
Kasus Covid RI Makin Seram, Ekonomi Bakal Terpuruk (Lagi)?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Tambahan kasus Covid-19 di Indonesia masih di atas 5.000 per hari. Tambahan kasus dalam jumlah besar dikhawatirkan bisa memperlambat pemulihan ekonomi domestik.
Indonesia melaporkan tambahan kasus sebanyak 5.410, kemarin, Kamis (21/7/2022). Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan pada hari sebelumnya yang tercatat 5.653. Kendati melandai kemarin, jumlah kasus Covid-19 masih lebih tinggi dibandingkan pekan-pekan sebelumnya.
Sepekan terakhir (15-21 Juli 2022), tambahan kasus menembus 30.741, melonjak 52,2% dibandingkan pekan sebelumnya yang tercatat 20.201. Lonjakan kasus sepekan kemarin juga jauh lebih tinggi dibandingkan pekan lalu yakni 33,9% serta dua pekan sebelumnya (10.7%).
Angka kematian dalam sepekan juga bertambah 53, lebih tinggi dibandingkan pekan sebelumnya yang tercatat 51. Jumlah kasus aktif atau yang menjalani perawatan akibat Covid-19 per kemarin mencapai 36.781, lebih tinggi dibandingkan Kamis pekan lalu yang tercatat 24.490.
Epidemiolog dan peneliti Indonesia dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman mengatakan lonjakan kasus Covid-19 tidak bisa dilepaskan dari penyebaran subvarian BA.4, BA.5.
Subvarian tersebut bisa menularkan dengan cepat tetapi dampak yang ditimbulkan lebih ringan dari Delta. Terlebih, masyarakat Indonesia juga sudah memiliki modal imunitas sehingga peningkatan kasus tidak lantas membuat kasus kematian dan kesakitan melonjak signifikan.
Dicky juga mengatakan kendati kasus Covid-19 melonjak, akan sulit bagi pemerintah menarik rem darurat. Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tetap diperlukan tetapi pengetatan seperti saat gelombang Delta sulit dilakukan.ÌýPasalnya, kebijakan tersebut akan memakan ongkos ekonomi dan sosial yang sangat besar.
"Yang namanya rem darurat tidak menjadi pilihan yang populer atau ideal dalam konteks saat ini. Pasalnya, kita sudah ada imunitas. Kita juga sudah mengalami tiga tahun pandemi dengan beban besar di luar sektor kesehatan. Rem darurat bisa menjadi kontradiktif," tutur Dicky, kepada ²©²ÊÍøÕ¾.
Kemampuan pemerintah dalam menerapkan pengetatan yang sangat frontal juga sudah terbatas.ÌýMasyarakat Indonesia pun akan kesulitan karena kebijakan selama ini sudah longgar. Sebagai catatan, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sepanjang kuartal II-2020 hingga kuartal I-2021 karena ketatnya kebijakan mobilitas dalam meredam penyebaran Covid.
Setelah tumbuh pesat sebesar 7,07% (year on year/yoy) pada kuartal II-2022, ekonomi Indonesia kembali melambat pada kuartal III-2021 menjadi 3,5% akibat gelombang Delta.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE)ÌýPiter Abdullah mengatakan ekonomi Indonesia masih relatif aman dari goncangan global, termasuk resesi. Namun, ekonomi Indonesia akan kembali jatuh jika pengetatan kebijakan terkait penanganan Covid seperti lockdown kembali diberlakukan.
"Kalau pandemi terjaga dan tidak memaksa pemerintah melakukan lockdown maka saya rasa resesi relatif kecil terjadi," tutur Piter, kepada ²©²ÊÍøÕ¾.
Piter mengingatkan perekonomian Indonesia lebih bergantung kepada nadi konsumsi rumah tangga dan aktivitas ekonomi domestik sehingga lockdown akan sangat berpengaruh kepada laju ekonomi.