
Putin 'Perang Gas', Setahun Lagi Eropa Bisa Resesi...

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Aliran gas lewat pipaÌýdari Rusia ke Eropa belum 100%. Ini menimbulkan kekhawatiran terjadinya krisis energi terutama saat musim dingin.
Perusahaan energi besar Rusia, Gazprom, baru mengalirkan 40% gas ke Eropa melalui pipa Nord Stream 1 dari kapasitas penuhnya. Gazprom beralasan keterlambatan kembalinya pasokan gas karena adanya perbaikan turbin di Kanada.
Sebelumnya pipa Nord Stream 1 melakukan aktivitas perawatan selama 10 hari hingga 21 Juli kemarin. Namun, adanya kendala, pipa tersebut baru bisa mengalirkan 40% pasokan gasnya. Hal ini kemudian membuat negara-negara Eropa cemas akan pasokan gasnya.
Uni Eropa sendiri memiliki rencana untuk mengisi ulang penyimpanan hingga 80% kapasitas pada1 November untuk menyangga kebutuhan energi pada puncak musim dingin. Sejauh ini, tingkat penyimpanan gas Eropa mencapai 66% penuh, menurut data dari Gas Infrastructure Europe.
Dengan kapasitas 20%, Eropa hanya dapat mengisi ulang penyimpanan hingga 75-80% menjelang musim dingin, kata konsultan Wood Mackenzie, Senin.
"Akibatnya, Eropa kemungkinan akan melewati musim pemanasan dengan hanya 20% gas yang tersimpan pada akhir Maret - level yang sangat rendah," kata Kateryna Filippenko, Analis Utama, Pasokan Gas Global, di Wood Mackenzie.
Masalahnya, yang bermasalah tidak hanya pipa milik Gazprom. Aliran gas melalui rute pipa lain, seperti Ukraina, juga telah turun sejak serangan Rusia ke Ukraina.
Sebelum perawatan turbin di Kanada,Ìýnegara yang dipimpin Presiden Vladimir PutinÌýitu telah memotong aliran gas ke Bulgaria, Denmark, Finlandia, perusahaan Belanda Gasterra dan, Shell untuk kontrak di Jerman. Ini terjadi setelah mereka semua menolak permintaan Kremlin untuk beralih ke pembayaran dalam mata uang rubel Rusia.
Musim dingin yang lebih dingin akan memperburuk situasi, terutama jika cuaca buruk di Asia, yang akan membatasi ketersediaan gas alam cair (LNG) sebagai alternatif pasokan gas dari pipa.ÌýAnalis dan politisi mengatakan akan sangat mudah bagi Rusia untuk terus memotong aliran gas ke Eropa karena alasan politik.
"Pertanyaan kuncinya adalah apakah Rusia ingin memaksimalkan tekanan sekarang dan menggagalkan rencana Eropa untuk mengisi kembali persediaan gasnya pada musim gugur," kata Pusat Studi Strategis dan Internasional Ben Cahill dan Isabelle Huber.
Uni Eropa pun melakukan banyak langkah persiapan untuk mencari solusi menghadapi pasokan yang rendah. Seperti mencari pemasok alternatif, mendorong penghematan energi, dan meningkatkan pembangkitan batu bara.
Pekan lalu, Komisi Eropa, mengusulkan target bagi semua negara anggota untuk memangkas penggunaan gas sebesar 15% mulai 1 Agustus untuk memungkinkan penyimpanan terisi lebih cepat. Tetapi rencana itu menghadapi perlawanan dari negara-negara anggota,
"Seluruh sistem energi Eropa sedang mengalami krisis, dan bahkan dengan dimulainya kembali Nord Stream 1, kawasan ini berada dalam posisi yang ketat dengan risiko berkelanjutan terhadap keamanan energi," kata Karolina Siemieniuk, analis di konsultan Rystad Energy.
"Negara-negara Eropa perlu bekerja sama dengan cepat jika mereka ingin bertahan di musim dingin yang relatif tanpa cedera dan bahkan jika mereka melakukannya, momok musim dingin berikutnya pada 2023 atau 2024 kemungkinan akan membuat harga tetap tinggi selama berbulan-bulan."