²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Krisis Energi Bikin Eropa Menderita, Negara Mana Paling Kuat?

Thea Fathanah Arbar, ²©²ÊÍøÕ¾
30 September 2022 20:20
FILE - In this Aug. 26, 2021 file photo, a flare burns natural gas at an oil well Aug. 26, 2021, in Watford City, N.D. The world's facing an energy crunch. Europe is feeling it worst as natural gas prices skyrocket to five times normal, forcing some factories to hold back production. Reserves depleted last winter haven't been made up, and chief supplier Russia has held back on supplying extra. Meanwhile, the new Nord Stream 2 gas pipeline won't start operating in time to help if the weather is cold, and there's talk Europe could wind up rationing electricity. China is feeling it too, seeing power outages in some towns. (AP Photo/Matthew Brown, file)
Foto: AP/Matthew Brown

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Negara-negara di wilayah Eropa telah dilanda krisis energi sejak serangan Rusia ke Ukraina pada Februari lalu. Meski begitu, tiap otoritas negara telah mengambil keputusan terkait penanggulangan krisis ini.

Melansir Reuters, beberapa minggu setelah serangan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, Claudio Descalzi, CEO perusahaan energi Italia Eni, memulai perjalanan ke pemasok gas di Afrika.

Kunjungan tersebut termasuk pertemuan dengan para pejabat di Aljazair pada Februari ditambah pembicaraan di Angola, Mesir dan Republik Kongo pada Maret. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, Descalzi sering didampingi oleh pejabat senior Roma, menurut rilis perusahaan dan pemerintah.

Perusahaan Eni yang dikendalikan negara mampu memanfaatkan hubungan pasokan yang ada dengan negara-negara tersebut untuk mengamankan gas ekstra, di mana ini akan menggantikan sebagian besar volume yang diterimanya dari pemasok utama Rusia.

Oleh karena itu, Italia, negara yang akrab dengan krisis ekonomi, terlihat relatif tangguh. Mereka telah mengamankan pasokan tambahan dan yakin tidak perlu menjatah gas. Pemerintahnya bahkan memuji negara itu sebagai "yang terbaik di Eropa" dalam keamanan energi.

"Apresiasi yang dinikmati Descalzi di beberapa negara Afrika pasti merupakan keunggulan kompetitif," kata Alberto Cl, mantan menteri industri Italia dan mantan anggota dewan di Eni, merujuk pada kesulitan menandatangani kesepakatan selama krisis pasokan.

Martijn Murphy, seorang spesialis minyak dan gas di perusahaan riset Wood Mackenzie, mengatakan meskipun Italia telah lama menganggap Rusia sebagai penyedia gas terbesarnya, keragaman pemasoknya yang lebih besar dan hubungan lama dengan Afrika membuatnya lebih baik ditempatkan untuk menahan penghentian pasokan dari Rusia.

"Eni memiliki ikatan yang sangat kuat dengan semua negara tempat ia beroperasi di Afrika utara dan hadir di semua: Aljazair, Tunisia, Libya, Mesir dan di sebagian besar negara ini adalah investor hulu terbesar dan produsen perusahaan minyak internasional," ujarnya.

Nasib berbeda terjadi di Jerman, di mana negara ini telah tertangkap sama sekali tidak siap dan telah di ambang resesi. Kini industrinya sedang mempersiapkan penjatahan gas dan listrik dan baru saja menasionalisasi utilitas utama.

Namun, tidak hanya Jerman, Hungaria dan Austria juga sangat terpapar dalam krisis ini. Negara-negara yang kurang terpengaruh termasuk Prancis, Swedia dan Inggris, yang secara tradisional tidak bergantung pada Rusia, serta Italia.

Sebagaimana diketahui, Italia mengonsumsi 29 miliar meter kubik (bcm) gas Rusia tahun lalu, mewakili sekitar 40% dari impornya. Secara bertahap menggantikan sekitar 10,5 bcm dengan peningkatan impor dari negara lain mulai dari musim dingin ini, menurut Eni.

Sebagian besar gas tambahan akan datang dari Aljazair, yang mengatakan pada 21 September akan meningkatkan total pengiriman ke Italia hampir 20% menjadi 25,2 bcm tahun 2022. Ini berarti Aljazair menjadi pemasok utama Italia, menyediakan sekitar 35% impor. Sementara itu, pangsa Rusia telah turun ke tingkat yang sangat rendah, kata Descalzi minggu ini.

Mulai musim semi 2023, aliran LNG yang meningkat akan mulai berdatangan dari negara-negara termasuk Mesir, Qatar, Kongo, Nigeria dan Angola, yang memungkinkan Italia untuk mengganti 4 bcm gas Rusia lainnya, kata Eni.

Sementara itu, Jerman, yang 58 bcm gas impor Rusia tahun lalu merupakan 58% dari konsumsi, telah melihat pasokan melalui pipa Nord Stream 1 berkurang sejak Juni dan dihentikan pada Agustus.

Jerman tidak dapat memperoleh pasokan pengganti jangka panjang yang cukup dari negara lain, dan kekurangan minyak dan gas nasional utama dengan produksi di luar negeri. Negara ini telah dipaksa untuk pergi ke pasar di mana harus membayar sekitar delapan kali harga untuk penggantian gas.


(luc/luc) Next Article Krisis Energi Eropa Makin Ngeri, 5 Negara "Teriak"

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular