
Anak Buah Sri Mulyani: Bersyukur RI Tak Seperti Inggris

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan daya beli masyarakat terasa anjlok di sektor riil. Namun, Staf Khusus Menteri Keuangan Sri Mulyani Yustinus Prastowo mengindikasikan kondisi negara lain lebih memilukan.
"Hampir semua negara mengalami seperti ini, di Inggris aja sangat memilukan keadaannya, kenaikan harga, konon banyak orang kehilangan pekerjaan. Di Jerman juga sama. Kita bersyukur Indonesia tidak seperti itu dan jangan sampai mengalami itu," katanya dalam diskusi Polemik Waspada Resesi Ekonomi dan Krisis Pangan, Sabtu (1/10/22).
Meski demikian RI masih harus waspada dengan kondisi ke depan. Apalagi Presiden sudah mewanti-wanti bahwa kondisinya bisa gelap. Karenanya, berhemat bisa menjadi opsi jitu untuk tetap bertahan di tengah ancaman krisis.
"Maka presiden mewanti-wanti agar kita mensyukuri yang ada sekaligus jangan boros. Karena masih banyak pos-pos yang bisa diefisienkan, terutama konteks desentralisasi fiskal, tantangan kita gimana orkestra kebijakan pusat daerah bisa berjalan baik, sehingga irama serentak jadi kita fokus," sebut Yustinus.
"Kalau daerah dukung pusat punya kebijakan punya kebijakan baik, anggaran mengikuti itu. Mestinya soal pangan sudah beres tapi faktanya masih terjadi beberapa hal yang mestinya dikolaborasikan dengan baik," lanjutnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi di dalam pengarahan di acara UOB Economic Outlook 2023 kemarin, di Jakarta menyampaikan bahwa perekonomian global ke depan masih penuh ketidakpastian.
Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan endurance atau daya tahan yang berkepanjangan. Pengeluaran alias belanja setiap satu persen rupiah di dalam APBN diminta untuk 'dieman-eman' alias dihemat-hemat, produktif, dan memberikan imbal balik yang jelas.
"Saya selalu sampaikan ke Bu Menteri Keuangan (Sri Mulyani Indrawati). Kalau punya uang kita di APBN harus 'dieman-eman', dijaga hati-hati. Mengeluarkannya harus produktif, harus memunculkan return yang jelas," jelas Jokowi, dikutip Sabtu (1/20/2022).
(luc/luc) Next Article 3 Negara Kaya Eropa Terancam Masuk Jurang Resesi
