²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Tetangga RI Bakal "Turun Gunung" di Perang Rusia-Ukraina

Thea Fathanah Arbar, ²©²ÊÍøÕ¾
12 October 2022 14:05
Ukraina mulai melaporkan kembali kemenangan atas Rusia di wilayah terdepan perang bagian Timur. (AFP via Getty Images/YASUYOSHI CHIBA)
Foto: Perang Rusia Ukraina (AFP via Getty Images/YASUYOSHI CHIBA)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Tetangga RI, Australia, kini tengah mempertimbangkan untuk "turun gunung" dalam perang Rusia-Ukraina. Namun bukan bertempur langsung, melainkan memberikan pelatihan militer kepada pasukan Kyiv guna melawan tentara Moskow.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese telah berbicara ke Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy Selasa. Ini menjadi kontribusi lanjutan yang dapat diberikan Negeri Kanguru ke Ukraina.

"Pemerintah sedang mempertimbangkan untuk melatih personel militer Ukraina, "tulis Al Jazeera Rabu (12/10/2022) memuat wawancara Albanese ke penyiar Channel 7 News.

Sejumlah laporan menyebut para pelatih Australia mungkin akan dikirim langsung ke Ukraina untuk itu. Namun beberapa media lagi menyebut hal ini belum pasti.

Kepada ABC, Albany sendiri mengutuk serangan terbaru Rusia ke Ukraina awal pekan ini. Rusia sebelumnya menghujani delapan kota Ukraina, termasuk Kyiv dan Lviv dengan puluhan rudal.

"Saya menyampaikan kepadanya (Zelensky) belasungkawa orang-orang Australia untuk para korban tak berdosa yang telah dibunuh oleh agresi Rusia, menargetkan lokasi sipil termasuk di Kyiv, hanya sekitar satu kilometer dari tempat saya beberapa bulan yang lalu," ujarnya seraya menyebut lokasi kunjungannya Juli lalu.

"Ini adalah pertarungan tentang aturan hukum internasional, tentang apakah perbatasan berdaulat akan dihormati dan itulah mengapa dunia bersatu dalam mendukung Ukraina melawan agresi Rusia ini," kata Albanese.

"Kami berpikir bahwa perang darat di Eropa adalah sesuatu dari masa lalu, tetapi Rusia terus terlibat dalam tindakan agresif ini. Kami akan terus memberikan dukungan. Kami adalah kontributor non-NATO terbesar," tambahnya.

Australia sendiri sejauh ini telah menghabiskan sekitar 500 juta dolar Australia termasuk 388 juta dolar Australia untuk bantuan militer ke Ukraina. Komentar ini muncul setelah Zelensky muncul dalam rapat mendadak negara kelompok tujuh (G7) Selasa, dan meminta lebih banyak pertahanan udara untuk melawan Rusia.

Perang Rusia ke Ukraina sendiri sudah berlangsung sejak Februari lalu. Diketahui, belum ada gencatan senjata terjadi antara media belah pihak.

NATO Latihan Nuklir

Sementara itu, NATO dilaporkan akan melaksanakan latihan nuklir pekan depan. Laporan yang diklaim sudah sesuai rencana ini digelar di tengah eskalasi konflik Rusia dan Ukraina.

Latihan ini akan disebut Steadfast Noon. Melibatkan jet tempur yang mampu membawa hulu ledak nuklir.

Empat belas dari 30 negara anggota NATO bergabung dalam latihan tersebut. Bagian utama latihan akan diadakan lebih dari 1.000 km dari Rusia.

"Perilaku NATO yang tegas dan dapat diprediksi, kekuatan militer kita, adalah cara terbaik untuk mencegah eskalasi," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.

"Jika sekarang kami menciptakan alasan untuk kesalahpahaman, kesalahan perhitungan di Moskow tentang kesediaan kami untuk melindungi dan membela semua sekutu, kami akan meningkatkan risiko eskalasi," tambahnya lagi.

Ancaman Baru Rusia ke Barat

Di sisi lain, kemarin, seorang pejabat tinggi Rusia memperingatkan bahaya "eskalasi yang tidak terkendali" jika Barat terus mendukung Ukraina. Ini menjadi ancaman terbaru yang dikeluarkan Rusia ke sekutu international Kyiv.

"Rusia akan dipaksa untuk mengambil tindakan pencegahan yang memadai, termasuk yang bersifat asimetris," kata Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov mengatakan kepada kantor berita milik negara Rusia RIA Novosti, dikutip ²©²ÊÍøÕ¾ International.

Ia menyinggung bagaimana Moskow menyesali bantuan skala besar yang sedang berlangsung ke Kyiv dari Barat. Ia pun menyebut bentrokan langsung dengan AS dan NATO, meski tak dijelaskan lebih lanjut.

"Bentrokan langsung dengan AS dan NATO bukan untuk kepentingan Rusia," tegasnya.

"Bahwa Washington dan ibu kota Barat lainnya sadar akan bahaya eskalasi yang tidak terkendali," tambahnya lagi.


(sef/sef) Next Article Rusia Tiba-Tiba Ngamuk ke Tetangga RI, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular