²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Mundur 45 Hari Menjabat, Ini Trussonomics Buat Inggris Kacau

Muhammad Maruf & Tommy Patrio Sorongan, ²©²ÊÍøÕ¾
20 October 2022 21:58
Liz Truss meets supporters at a Conservative Party leadership election hustings at the NEC, Birmingham, England, Tuesday, Aug. 23, 2022. After weeks of waiting, Britain will finally learn who will be its new prime minister.  The governing Conservative Party will announce Monday, Sept. 5, 2022 whether Foreign Secretary Liz Truss or former Treasury chief Rishi Sunak won the most votes from party members to succeed Boris Johnson as party leader and British prime minister. (AP Photo/Rui Vieira, File)
Foto: Liz Truss (AP Photo/Rui Vieira)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Liz Truss, 47 tahun, mundur dari jabatan sebagai perdana menteri (PM) Inggris, Kamis (20/10/2022). Ia memutuskan lengser meski baru 45 hari menjabat di posisi tertinggi Downing Street itu.

"Namun saya mengakui, mengingat situasinya, saya tidak dapat menyampaikan mandat di mana saya dipilih oleh Partai Konservatif," katanya dalam konferensi pers dikutip ²©²ÊÍøÕ¾ International.

"Karena itu saya telah berbicara dengan Yang Mulia Raja untuk mengumumkan bahwa saya mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif," ujarnya.

Truss sendiri diangkat menjadi PM pada 6 September. Ia mendapatkan kursi itu setelah mengalahkan rekan separtainya, Rishi Sunak, dengan 81.326 suara berbanding 60.399.

Namun kepercayaan terhadap pemerintahannya terus merosot. Ini tak lain karena kebijakan ekonominya "Trussonomics".

Apa itu?

Intinya adalah belanja besar-besaran, disertai pemotongan pajak untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi. Paket kebijakan senilai 100 miliar pound, plus bantuan energi.

Poin utama kampanye sebelum terpilih itu, ia representasikan dalam program anggaran mini bersama mantan menteri keuangan Kwasi Kwarteng, yang pekan lalu ia pecat. Kebijakan itu kemudian mendapatkan reaksi negatif dari pasar.

Ini memicu panik jual di pasar obligasi di Inggris, mendorong yield atau imbal hasil obligasi 10 tahun pemerintah Inggris atau gilts ke level di atas 4%. Itu tertinggi sejak krisis global 2008.

Demikian pula poundsterling terlemah sejak 1985 terhadap dolar AS di angka GBP 1.069. Akibatnya, krisis mulai mengancam industri dana pensiun yang merupakan pembeli terbesar gilts.

Berikut adalah beberapa hal tentang Trussonomics dan mengapa itu hampir membuat ekonomi Inggris nyaris krisis, dikutip dari ²©²ÊÍøÕ¾ Riset:.

1. Perubahan besar konservatif

Hal paling menonjol dari Trussonomics adalah adanya pergeseran arah kebijakan partai konservatif dari kebiasaanya. Setidaknya sejak partai ini berkuasa satu dekade ini.

Trussonomics menggantikan program pengetatan anggaran yang sudah lama dianut partai tersebut. Gagasan konkritnya kebijakan fiskal yang lebih ekspansif, dibandingkan para pendahulunya yang umumnya menganut fiskal ketat.

Arah kebijakan Trussonomics adalah pro-pertumbuhan ekonomi yang dibangun berdasarkan tiga poin utama kebijakan. Kebijakan moneter yang tetap menjaga inflasi, kebijakan fiskal yang mampu menstabilkan ekonomi, dan kebijakan pada sisi penawaran yang fokus pada dorongan penuh investasi.

Arah baru kebijakan ini dinilai tidak realistis, terlebih dalam situasi sekarang dimana Inggris sedang mengalami krisis energi akibat perang Rusia-Ukraina.

2. Memicu kenaikan suku bunga

Ini adalah hal yang lumrah apabila pemerintah memilik kebijakan ekspansif, yang mengakibatkan defisit fiskal. Kebijakan ini membuat pemerintah akan

menggelontorkan banyak uang atau jumlah uang beredar di masyarakat, yang mana sebagai respon memicu bank sentral menaikkan suku bunga guna menjaga inflasi.

Tidak hanya itu, kebijakan defisit juga memicu pemerintahan Truss menerbitkan lebih banyak surat utang sehingga bisa mendorong kenaikan yield obligasi. Inilah yang memicu panik jual di pasar obligasi Inggris, di mana investor berekspektasi terhadap suku bunga tinggi.

Bank sentral diprediksi menaikkan suku bunga hingga 4,5% tahun depan. Februari lalu, suku bunga di level 1,5%.

3. Gagasan pro-pertumbuhan yang klise

Inti dari kebijakan Trussonomics adalah pertumbuhan ekonomi. Ini untuk meng-counter tren perlambatan ekonomi dunia, akibat krisis energi yang dipicu oleh perang Rusia dan Ukraina.

Setelah kontraksi 11% pada 2020, PDB Inggris tumbuh 7,4% pada 2021. Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) meramalkan PDB Inggris akan tumbuh 3.4% tahun ini, dan 0.0% tahun depan.

Gagasan Truss yang seolah bagus itu justru dicibir oleh pelaku pasar karena dinilai tidak realistis. Sebab, tidak ada pemerintah manapun yang anti pertumbuhan ekonomi.

Lagi pula, semenjak kampanye Brexit yang menjanjikan ekonomi Inggris lebih baik tidak terbukti. Banyak warga di sana kemudian skeptis dengan tindakan pemerintah.

4. Paradok kebijakan bank sentral dan pemerintah

Trussonomics mengakibatkan kebingungan di pasar. Pertama, kebijakan 'uang mudah' dengan menggenjot belanja dan memangkas pajak terang-terangan berlawanan dengan kebijakan bank sentral, Bank of England (BoE), yang menaikkan suku bunga guna menekan inflasi yang meroket akibat krisis energi.

Situasi ini membuat investor cenderung berhati-hati dan melepas investasinya. Ini terjadi di pasar obligasi baik gilts maupun obligasi korporasi. Kebijakan Trussonomics dinilai justru akan semakin mendorong tingkat inflasi menjadi tidak terkendali.


(sef/sef) Next Article Sowan ke Ratu, Liz Truss Resmi Jadi PM Inggris

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular