
Ini Bom Waktu Krisis Warisan Eks PM Truss Untuk Inggris

Jakarta,²©²ÊÍøÕ¾ - Perdana Menteri (PM) Inggris Liz Truss akhirnyatak tahan juga dengan tekanan kanan-kiri. Ia mundur dari jabatan setelahmemimpin selama 45 hari, dan meninggalkan pasar finansial Inggris pada kekacauan terbesar setelah krisis global 2008.
Kekacauan itu dipicu oleh rencana ambisiusnya untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi Inggris di tengah kekhawatiran akan stagflasi global. Caranya, dengan menggenjot belanja melalui ekspansi fiskal, serta mengiming-imingi pengusaha dengan diskon pajak besar. Nilainya tak kira-kira, 45 miliar poundsterling atau nyaris Rp 800 triliun dalam kurs rupiah.
Niat baik ini disampaikan pada saat yang salah. Sebab, pada saat yang bersamaan bank sentral Inggris, (Bank of England/BoE)- sebagaimana seluruh bank sentral di dunia- sedang menerapkan kebijakan ekonomi ketat, menaikkan suku bunga untuk menyedot sebanyak-banyaknya uang yang beredar dimasyarakat. Tujuannya cuma satu, agar inflasi mereda.
Inflasi menjadi momok mengerikan di semuanegara, termasuk Inggris. Mencapai 10,10% pada September, tertinggi dari yang pernah di catat dalam sejarah perekonomian Negeri Raja Charles ini. Orang-orang Inggris yang tadinya hidup enak menjadi menderita, banyak yang menggelandang, sementara para pemudinya menjadi pekerja seks komersial. Di sana, harga BBM dan gas menggila, akibat ulah Rusia.
Rencana Truss-yang kemudian disebut Trussonomics-benar-benar menjadi bencana buat pasar finansial Inggris, kendati baru masih dalam bentuk rencana. Tiba-tiba saja membuat para pembeli obligasi pemerintah Inggris atau disebut gilts menjual dalam kepanikan. Mereka khawatir, harga gilts semakin jatuh oleh Trussonomics, setelah sebelumnya dihajar oleh inflasi dan suku bunga tinggi.
Ketakutan investor begini. Nilai gilts yang sudah jatuh oleh inflasi, akan semakin tertekan dengan rencana ekspansi fiskal Truss, yang berarti defisit fiskal atau menjual lebih banyak gilts baru dipasar. Yield gilts tenor 10 tembus di atas 4%, atau tertinggi sejak krisiskeuangan dunia pada 2008, setelah Truss mengutarakan niatnya.
Untuk menenangkan pasar, Truss memecat menteri keuangannya, Kwasi Alfred Addo Kwarteng. Tetapi lacur, itu tidak cukup, tetap saja tekanan tak mereda, dan pasar obligasi Inggris tetap dalam kepanikan jual. Sekarang, dia memecat dirinya sendiri, tetapi pasar keuangan Inggris telah rapuh, karena para pembeli gilts yang di dominasi dana pensiun ini sudah terlanjut terjebak dalam lingkaran setan produk investasinya.
'Bom Atom" Pertama : LDI
Pasar gilts senilai GBP 2 triliun atau setara Rp35 ribu triliun dalam kurs rupiah sekarang. Sekitar separuhnya gilts dibeli oleh industri dana pensiun (Dapen) Inggris, yang melayani jaminan masa tua para pekerja di sana. Kondisinya, sekarang mereka ramai-ramai menjual aset likud yang dipunya, mulai dari gilts, obligasi korporat, saham hingga properti.
Dapen di sana menjual aset untuk mendapatkan dana tunai guna menambal margin call pada produk bernama bertema liability-driven investment. Ini adalah sebuah produk derivatif yang banyak dibeli dapen untuk karena mampu menjamin kemampuan mereka untuk membayar kewajiban/cicilan dana pensiun di masa mendatang melalui aset yang mereka punya.
Produk-produk LDI ini banyak dijual bank bank kakap, seperti BlackRock yang menguasai sekitar 20% produk LDI di pasar Inggris.
Pada waktu normal, suku bunga rendah, produk LDI ini bisa bikin para fund manager di dapen tidur nyenyak, karena mampu menjamin kewajiban di masa depan. Tapi bila suku bunga naik, posisi mereka akan kalah dan harus top up dana untuk menutupi posisi margin call. Inilah yang memicu mereka berebut menjual aset yang ada.
Nilai pasar LDI ini tidak main-main, mencapai sekitar dua pertiga kapitalisasi pasar gilts, dan bisa menjadi krisis besar bila dapen tidak bisa lagi menjaga posisi lindung nilainya. Mereka akan bankrut dan tidak bisa membayar kewajiban kepada pensiunan. Entah berapa juta jiwa di Inggris yang kehilangan dana pensiunnya.
'Bom Atom" Kedua: Shadow Banking
Krisis pasar gilts di Inggris yang bisa meruntuhkan industri dapen dan pasar perumahaan-yang suku bunganya ikut naik mengikuti kenaikan yield-di sana hanyalah puncak gunung es yang siap meleleh, bila pengganti Truss nanti gagal mengamankan situasi.
Bom waktu kedua adalah alarm sektor shadow banking yang juga mulai berkedip, menyala akibat kejatuhan harga gilts. Bila meledak, ini lebih berbahaya dan mematikan dampaknya terhadap ekonomi, tidak hanya Inggris tetapi daratan Eropa. Shadow bank adalah lembaga keuangan private yang bekerja layaknya perbankan tradisional, mereka mencari dana pihak ketiga dan kemudian menyalurkan kepada peminjam.
Bedanya, mereka tidak teregulasi dan tidak tercatat berapa jumlah dana yang dikelola dan pendanaan yang diberikan. Semuanya berlangsung business to business. Biasanya mereka mencari pendanaan di pasar uang jangka pendek untuk diberikan kepada pengusaha untuk aksi akusisi, sehingga shadow banking selalu melibatkan pendanaan-pendanaan jumbo.
Mantan Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, yang menerbitkan paket penyelamatan perbankan di Inggris pada krisis global 2008, mengatakan kepada BBC baru baru ini bila , regulator perlu memperketat pengawasan terhadap bank-bank bayangan ini.
"Saya khawatir ketika inflasi melanda dan suku bunga naik, akan ada sejumlah perusahaan, sejumlah organisasi yang akan berada dalam kesulitan besar, jadi saya tidak berpikir krisis ini berakhir karena dana pensiun telah diselamatkan," kata Brown, seperti di kutip ²©²ÊÍøÕ¾ International.
"Saya pikir harus ada kewaspadaan abadi tentang apa yang terjadi pada apa yang disebut sektor shadow banking, dan saya khawatir akan ada krisis lebih lanjut yang akan datang."
Sebagai gambaran, krisis global 2008 juga terjadi akibat banyak shadow banks yang merugi akibat salah memberikan pinjaman. Shadow banking ini sulit diawasi karena tidak ada data yang pasti, tiba-tiba bisa mati seperti Lehman Brothers pada September 2008.
Demikian juga di Inggris, tidak diketahui berapa banyak pembiayaan dan dana yang mereka pinjam. Bila mereka bangkrut, akan ada dampak domino yang lebih besar dari sekedar kebangkrutan dana pensiun.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(mum/mum) Next Article Mengenal "Trussonomics" yang Hampir Bikin Inggris Krisis
