²©²ÊÍøÕ¾

Akhirnya! Sri Mulyani Mengaku Rajin Bahas Resesi Karena Ini

Tim Redaksi, ²©²ÊÍøÕ¾
02 November 2022 06:25
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara Leaders Talk Series #2 dengan tema
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara Leaders Talk Series #2 dengan tema "Indonesia Energy Investment Landscape". (Tangkapan Layar Youtube PLN Pusdiklat)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kata resesi semakin akrab di telinga masyarakat. Hal ini salah satunya disebabkan karena seringnya pejabat pemerintah, termasuk Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, membagikan cerita 'gelap' soal resesi.

Akibat seringnya berbagi soal situasi ekonomi dan resesi global, Sri Mulyani telah mendapatkan teguran. Bukan teguran biasa, teguran kali ini datang dari Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Menurutnya, pembahasan soal resesi dari Sri Mulyani dinilai terlalu menakut-nakuti masyarakat.

Mantan bos Bank Dunia ini pun mencoba menjelaskan alasan dirinya berbagi proyeksi resesi. Dia menegaskan bahwa dirinya tidak bermaksud menakut-nakuti masyarakat, dengan berbagi kondisi dunia.

Dia berharap dengan berbagi cerita soal resesi semua pihak dapat lebih waspada.

"IMF bilang pada 2023 is gonna be dark. itu yang disebut gelap. Kalau saya bicara begitu dianggap menakuti-nakuti padahal sebetulnya tidak. Saya hanya menyampaikan risiko itu ada dan kita harus waspada," tegasnya beberapa waktu lalu.

Pernyataan Sri Mulyani ini pun kembali dipertegas oleh Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo. Dia menilai bahwa teguran Jusuf Kalla atau akrab dipanggil JK bertujuan baik.

"Saya rasa tujuan Pak JK baik karena beliau memiliki pengalaman panjang sebagai wapres dan pengusaha. Kita tidak ingin menakuti-nakuti," tegas Yustinus saat ditemui media, dikutip (2/11/2022).

"Dari awal Bu Menteri, Presiden, OJK dan yang lain itu memberikan background agar kita bersyukur bahwa Indonesia relatif lebih baik banyak negara atau proyeksi global," tambahnya.

Yustinus juga menegaskan bahwa pemerintah tetap optimistis. Hal ini tercermin dari tagline di dalam APBN 2023, dimana pemerintah ingin menjaga optimisme dan kewaspadaan.

Sebelumnya, Jusuf Kalla berbagi cerita soall dirinya yang menegur Bendahara Negara melalui telepon. Hal tersebut disampaikan oleh Jusuf Kalla yang akrab dipanggil JK secara langsung dalam acara HUT Ke-44 Bukaka beberapa waktu lalu.

Dia menceritakan perihal percakapannya dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tentang kondisi perekonomian saat ini. Dalam percakapannya dengan Sri Mulyani, dia memberikan peringatan kepada Menkeu agar tidak menakut-nakuti publik.

"Saya bilang ke Sri Mulyani, jangan selalu kasih takut-takut orang besok akan, tahun depan akan kiamat. Saya telepon, jangan begitu, jangan kasih takut semua orang," kata JK.

JK menilai cara pandang yang optimistis harus terus dikedepankan kendati Indonesia dihadapkan pada sejumlah masalah.

Sebagai catatan, tidak hanya Sri Mulyani. Beberapa menteri pembantu Presiden Jokowi juga rajin memberikan peringatan soal resesi, termasuk Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menko Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan.

Luhut pernah menyebut bahwa saat ini dunia tengah menghadapi ancaman perfect storm. Istilah ini digunakan Luhut untuk menggambarkan kondisi krisis ekonomi dan ketidakpastian geopolitik yang terjadi bersamaan.

"Kita menghadapi perfect storm. Kita berdoa supaya tidak terjadi pemimpin Rusia dan AS tadi, ada nuklir weapon. Kalau ini terjadi, maka perfect storm ini seluruh dunia akan hadapi masalah yang sama. Kita harap itu tidak terjadi," kata dia di Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta Selatan (Jaksel), Sabtu (29/10/2022).

Resesi global yang kali ini disebut Luhut sebagai 'perfect storm' atau badai yang sempurna juga dipengaruhi oleh laju inflasi tinggi yang diikuti kenaikan suku bunga secara besar-besaran di banyak negara, termasuk AS.

Menurut Luhut, jika perfect storm terjadi, yang perlu dilakukan adalah membangun kekompakan. Pemerintah Indonesia pun perlu menyiapkan skenario terburuk.

"Transisi ekonomi Indonesia harus siapkan skenario terburuk. Untuk mengatasi Covid-19 ini dengan kerja terintegrasi harus kerjakan apa saja," ungkap Luhut.

Selain istilah 'perfect strom' dari Luhut, Airlangga juga mengambarkan kondisi saat ini dengan istilah Krisis 5 C.

Krisis 5C, kata Airlangga, bisa lebih buruk dari krisis keuangan Asia 1997 yang berujung pada krisis politik dan ekonomi di Indonesia tahun 1998. Kelak, situasi ini populer dengan sebutan krisis moneter (krismon) 1998.

Krisis 5 C sendiri adalah istilah Airlangga untuk menekankan masyarakat tetap waspada dalam menghadapi perfect storm yang terdiri dari lima hal. Kelimanya adalah, Covid-19 yang belum selesai, conflict Ukraina yang berkepanjangan, climate change atau perubahan iklim, commodity price yang melonjak, dan cost of living dampak dari inflasi.


(haa/haa) Next Article Hot News! Dampak Resesi Ri Hingga Rusia Kirim Rudal Ke Ukrain

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular