
Pak Jokowi, Wong Cilik Kok Cenderung Makin Susah Ya?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Efek pandemi dan perlambatan ekonomi dunia, inflasi mulai dirasakan oleh 'wong cilik' mulai dari petani hingga para buruh pabrik bergaji kecil. Sejumlah indikator dan fakta menunjukkan kecenderungan situasi yang dialami wong cilik menuju kondisi yang memburuk daripada membaik.
Teranyar, Nilai Tukar Petani (NTP) pada Oktober 2022 mencapai 107,27 atau naik 0,42% dibandingkan dengan bulan sebelumnya (MtM). Meskipun naik, tren kenaikan NTP cenderung melambat, yakni pada September tumbuh 0,49% dan dari Agustus naik 1,97%, Bahkan pada Juli, nilainya turun 1,61% dibanding NTP bulan sebelumnya
NTP adalah indikator keluaran Badan Pusat Statistik (BPS) yang menggambarkan tingkat kesejahteraan petani. NTP adalah rasio indeks harga yang diterima dan yang dibayarkan petani. Artinya, bila harga yang diterima lebih rendah dari yang dibayarkan, maka NTP turun atau petani dalam posisi keuangan tekor, dan sebaliknya.
Masih dari data BPS, meskipun tercatat deflasi atau penurunan harga-harga sebesar 0,11% MtM pada Oktober, namun harga bahan makanan utama kebanyakan masyarakat Indonesia justru naik. Di tengah menurunnya harga beberapa komoditas pangan, BPS mencatat, harga beras, tempe dan tahu mengalami kenaikan.
Pada Oktober 2022, beras mengalami inflasi sebesar 1,13% dibanding bulan sebelumnya. Sementara itu, harga kedelai terus mengalami peningkatan dari US$606 per ton pada awal tahun menjadi US$664 per ton pada September 2022.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah meminta Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk mengecek ulang data stok beras dan menambah cadangan beras pemerintah, supaya fluktuasi harga beras terkendali. "Saya diberi waktu oleh Bapak Presiden satu minggu ini untuk mengecek," ujar Mentan Syahrul seusai bertemu dengan Presiden Senin (31/10)
Sementara di tempat terpisah, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyebut ada monopoli, oligopoli pada tata niaga sejumlah komoditas kebutuhan utama, seperti kedelai, terigu dan minyak goreng.
"Bapak/ibu tahu, yang ngendaliin kedelai di Indonesia ini 270 juta orang, satu orang. Yang kendalikan makan terigu, makan roti di Republik Indonesia ini satu orang, yang kendalikan minyak goreng di Republik ini 7 orang. Nah ini mulai kita bongkar agar memperluas ownership. Masa rakyat 270 juta diatur 1-2 orang. Kita benahi pelan-pelan," kata dia Kuliah Umum Tematik Waralaba Lokal 'Go Global' di Universitas Muhammadiyah Magelang, Selasa (1/11/2022), seperti dikutip dari Detik Finance.
Adapun pelemahan permintaan ekspor pada industri padat karya mulai berdampak pada sejumlah industri tekstil. Menurut data Perkumpulan Pengusaha Produk Tekstil Provinsi Jawa Barat (PPTPJB) ada 14 kabupaten/kota yang memberikan data jumlah pengurangan/putus kontrak mencakup 106 perusahaan di Jawa Barat.
Selain itu, ada lebih dari 54 ribu pekerja yang sudah terkena PHK/pengurangan pekerja. Dilaporkan PPTPJB ada 18 pabrik yang tutup yang berdampak pada lebih dari sembilan ribu pekerja. Selain itu, total pengurangan/putus kontrak mencapai lebih dari 64 ribu pekerja dari 124 perusahaan.
Kondisi Jabar hanyalah puncak gunung es dari kondisi nasional. Pabrik tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional telah terkena efek domino pelemahan daya beli di pasar tujuan ekspor, dimana ekspor TPT selama dua bulan terakhir dilaporkan anjlok sekitar 30% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pada saat normal, rata-rata, jam kerja buruh pabrik TPT adalah 40 jam per minggu. Namun, kini turun ke bawah 40 jam, bahkan jadi hanya sekitar 30 jam per minggu. "Ada yang sudah meliburkan Sabtu-Minggu, ada yang kini hanya kerja 4-5 hari seminggu. Ada yang sudah mematikan 1-2 lini produksinya. Ini akibat pelemahan global dan sudah kita rasakan terutama selama 2 bulan terakhir," kata Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmadja kepada ²©²ÊÍøÕ¾.
TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA
(mum/mum) Next Article Selamat! Petani di 19 Daerah Ini Mulai Makmur