²©²ÊÍøÕ¾

'Tangisan' Pengusaha Terbukti, Ekspor Sepatu RI Anjlok Segini

Anisa Sopiah, ²©²ÊÍøÕ¾
15 November 2022 14:15
Pekerja menyelesaikan pembuatan sepatu gunung di workshop sepatu gunung mokzhaware di kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan, Senin (7/6/2021). Bahan yang digunakan terbuat dari bahan baku kulit Nubuck. Dalam sehari pabrik ini bisa memproduksi 50 pasang sepatu. Usmar Ismail (42) mendirikan sebuah brand lokal di bidang fashion sepatu sekitar tahun 2016 lalu. Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan para pengusaha untuk bisa bertahan di tengah pandemi covid-19, yang pertama adalah terus melakukan inovasi dan tanggap terhadap kebutuhan market online,
Foto: Ilustrasi Pembuatan Sepatu. (²©²ÊÍøÕ¾/ Tri Susilo)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Beberapa waktu terakhir, kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) massal marak dilaporkan terjadi di industri padat karya. Termasuk industri sepatu (alas kaki).

Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) melaporkan, per 2 November 2022, sebanyak 22.500 buruh pabrik sepatu/ alas kaki di Tanah Air terkena PHK. Mulai dari awalnya dirumahkan, kontrak tak diperpanjang, hingga tak lagi bekerja.

Menurut Menurut Direktur Eksekutif Aprisindo Firman Bakri, PHK ditempuh karena pabrik mengalami penurunan produksi. Menyusul anjloknya ekspor yang trennya berlangsung sejak Juli 2022.

Lalu bagaimana datanya?

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor alas kaki nasional memang mengalami penurunan, baik secara volume maupun nilai.

"Ekspor alas kaki bulan Oktober 2022 secara month to month (bulanan) turun 3,66% (nilai) dibandingkan September 2022," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto saat konferensi pers, Selasa (15/11/2022).

Secara volume, ekspor bulan Oktober 2022 tercatat turun 2,08% dibandingkan September 2022.

Mengutip data BPS, nilai ekspor alas kaki (HS 64) bulan Oktober 2022 tercatat sebesar US$627,611 juta. Sedangkan di bulan September 2022 tercatat sebesar US$651,450 juta.

Ekspor bulan September 2022 anjlok dibandingkan Agustus 2022 yang tercatat mencapai US$683,269 juta. Sementara di bulan Juli ekspor tercatat turun jadi US$658,268 juta dari posisi Juni 2022 yang mencapai US$712.440 juta.

"Kita belum tahu akan seberapa besar efek ketidakpastian ini. Kita nggak bisa tahu apakah kondisi ini akan berakhir di akhir tahun 2022 ini. Kami mengkhawatirkan order akan terus turun 50% sampai semester pertama tahun depan," kata Firman kepada ²©²ÊÍøÕ¾ dikutip Selasa (15/11/2022).


(dce/dce) Next Article Mulai Ada Riak PHK Massal, Pekerja di RI Bisa Deg-Degan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular