²©²ÊÍøÕ¾

Lagi Jadi Rebutan Eropa, Harta Karun RI Ini Pun Diincar Rusia

Verda Nano Setiawan, ²©²ÊÍøÕ¾
06 December 2022 16:55
FILE - A Russian construction worker speaks on a mobile phone during a ceremony marking the start of Nord Stream pipeline construction in Portovaya Bay some 170 kms (106 miles) north-west from St. Petersburg, Russia on April 9, 2010. Europe is short of gas. Russia could in theory supply more beyond its long-term agreements, but hasn't, leading to accusations it is holding back to pressure Europe to approve a new controversial Russian pipeline.  (AP Photo/Dmitry Lovetsky, File)
Foto: AP/Dmitry Lovetsky

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Eropa kini tengah berebut untuk mendapatkan "harta karun" guna mencegah terjadinya pemadaman listrik atau kekurangan sumber energi di tengah musim dingin di akhir tahun.

"Harta karun" yang dimaksud di sini yaitu gas bumi, termasuk gas alam cair (Liquefied Natural Gas/ LNG).

Kekurangan pasokan gas akibat putusnya aliran gas dari Rusia membuat Eropa kocar-kacir mencari sumber gas atau alternatif sumber energi lainnya. Bila tidak, benua Eropa akan terancam gelap gulita, dan bahkan kedinginan.

Di saat Eropa kalang kabut mencari gas, Rusia justru dikabarkan mengincar sumber "harta karun raksasa" di Indonesia. "Harta karun raksasa" yang dibidik Rusia ini yaitu Blok East Natuna di Laut Natuna.

Wilayah kerja gas bumi ini memang belum dieksploitasi sama sekali. Namun, kandungan gas yang jumbo membuat blok gas ini menjadi daya tarik tersendiri.

Adapun sumber daya gas di Blok East Natuna ini dikabarkan mencapai 222 triliun kaki kubik (TCF). Namun demikian, kandungan karbon dioksida (CO2) di blok gas ini juga besar yakni mencapai 71%. Artinya, hanya sekitar 46 TCF potensi gas di blok ini yang bisa dikembangkan.

Meski demikian, jumlah tersebut masih jauh lebih besar dibandingkan blok gas "raksasa" yang sedang dikembangkan di Tanah Air saat ini, seperti Blok Masela di Maluku dan juga Proyek Gas Tangguh di Papua Barat.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menyebut bahwa investor yang ingin menggarap Blok East Natuna semakin banyak. Terbaru, Rusia kepincut untuk masuk ke Blok East Natuna melalui perusahaan migas pelat merah yakni Zarubezhneft.

Adapun sebelumnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) asal Malaysia, Petroliam Nasional Berhad atau Petronas, juga turut menaruh minat untuk mengembangkan Blok East Natuna ini.

"Memang berminat saya kira di East Natuna banyak yang berminat dari Malaysia juga berminat. Yang Rusia mungkin hampir sama yang sekarang hampir terlibat di Blok Tuna (Zarubezhneft)," kata Dwi saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (5/12/2022).

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, pemerintah tidak menutup diri bagi siapa saja yang tertarik untuk masuk ke pengelolaan Blok East Natuna.

"Kita buka umum, siapa saja yang tertarik, ke seluruh dunia," ungkap Tutuka.

Lebih lanjut, Tutuka mengatakan bahwa Kementerian ESDM saat ini masih menanti proses pengembalian Blok East Natuna dari Pertamina terlebih dahulu. Adapun setelah proses tersebut rampung, pemerintah bakal melelang ulang kembali Blok East Natuna dan memecahnya menjadi tiga wilayah kerja.

"Intinya setelah pembagian selesai, kita launching buka ke internasional, terutama tiga di tengah itu ya," katanya.

Menurut Tutuka, pemecahan Blok East Natuna menjadi tiga wilayah kerja lantaran blok tersebut cukup luas.

"East Natuna itu terdiri dari berbagai lapangan, ada yang di atas Arwana- Barakuda, di bawah D-Alpha, di bawah Paus East Natuna, tiga itu kelompok besarnya. D-alpha ini jadi masalah ini berat sekali, kompleks sekali kalau jadi satu orang tidak mau D-alphanya, konsepsinya begitu saja," kata dia.


(wia) Next Article Pertamina Kembalikan Proyek Gas Raksasa di Natuna, Kenapa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular