
Tambang Bahan Nuklir Dibuka, Bahlil Siapkan Peta Investasinya

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pemerintah membuka celah untuk pertambangan bahan galian nuklir dalam negeri. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2022 tentang Keselamatan dan Keamanan Pertambangan Bahan Galian Nuklir.
Menindaklanjuti peraturan tersebut, Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tengah menyiapkan peta investasi untuk bahan galian nuklir di Indonesia. Hal ini dilakukan agar investor tertarik untuk berinvestasi di sektor nuklir Indonesia.
Tim Ahli Menteri Investasi/Kepala BKPM RI Anggawira mengungkapkan, dalam mengatur investasi nuklir, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia tengah menyiapkan peta investasi yang terperinci. Dalam peta investasi tersebut turut dipaparkan potensi yang dimiliki di Indonesia.
"Eranya Pak Bahlil, Menteri, coba jawab tantangan itu dengan menyusun berbagai peta peluang investasi yang ada. Artinya berbagai sektor ada, mulai dari sektor industri misalnya, di sektor pertambangan, sektor logistik, dan sebagainya," ungkapnya kepada ²©²ÊÍøÕ¾ dalam Mining Zone, dikutip Rabu (21/12/2022).
Dia menilai, sebelumnya Indonesia tidak pernah membuat peta investasi yang detail. Menurutnya, peta investasi yang selama ini dibuat adalah karangan bebas belaka.
"Sebelum-sebelumnya kalau bisa dibilang, kita ini nggak pernah memberikan suatu peta investasi atau data investasi. Istilahnya kalau kita bilang, kita mengarang bebas aja, Indonesia punya 17 ribu pulau blabla. On detail-nya nggak pernah kita sampaikan secara terperinci kepada investor yang mau masuk," tuturnya.
Angga menyebutkan untuk sektor nuklir, peta investasi yang akan disajikan kepada investor agar tertarik yaitu dengan menyebutkan potensi bahan galian nuklir yang luar biasa di Indonesia. Selain itu, daerah yang potensial mengandung tambang nuklir juga dipaparkan dalam peta investasi tersebut.
"Untuk PLTN sendiri, di sektor nuklir ini jadi hal yang menarik, karena kita sendiri dari data yang disampaikan kepala BATAN, kita punya potensi luar biasa tapi tadi, masih baru ini, di sini daerah ini, kan perlu kita lebih detilkan lagi," tandasnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) periode 2013-2018 Djarot Sulistyo mengungkapkan bahan galian nuklir yang potensial di Indonesia berupa uranium dan thorium.
Djarot turut menyebutkan beberapa wilayah di Indonesia yang menyimpan potensi bahan galian nuklir, di antaranya adalah Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, dan Bangka Belitung.
Selain itu, dia juga menyebutkan wilayah Papua turut menjadi wilayah yang potensial untuk digali potensi bahan baku nuklir tersebut.
"Daerah mana saja yang menjadi lokasi, diantaranya ada Kalimantan Barat, di Mamuju, Sulawesi Barat, dan juga di Bangka Belitung, daerah ini potensial. Dan mungkin potensial lagi di Papua, tapi kami belum sampai masuk ke dalam daerah-daerah yang mungkin sekitar Freeport," ungkapnya.
Djarot juga mengungkapkan potensi uranium di Indonesia sebesar 88 ribu ton dan untuk thorium memiliki potensi sebesar 140 ribu ton dari seluruh Indonesia.
"Jadi kami mendata seluruh Indonesia saat ini data terakhir ada sekitar 88 ribu ton uranium dan 140 ribuan ton thorium. Data itu tentu saja harus update terus menerus oleh BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional)," ungkapnya.
Sebagai informasi, melansir data Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) pada 2020, Indonesia memiliki bahan baku nuklir berupa sumber daya uranium sebanyak 81.090 ton dan juga thorium sebanyak 140.411 ton.
Dari total tersebut bahan baku pun tersebar di beberapa kota, di antaranya di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Sumatera tercatat memiliki sekitar 31.567 ton uranium dan 126.821 ton thorium. Sementara Kalimantan memiliki sebanyak 45.731 ton uranium dan 7.028 ton thorium. Sulawesi memiliki 3.793 ton uranium dan 6.562 ton.
Berdasarkan data dari World Nuclear Association pada 2019, cadangan uranium dunia diketahui mencapai 6,14 juta ton dengan produksi mencapai 54,7 ribu ton. Australia menempati negara dengan persediaan uranium terbanyak hingga 1,7 juta ton.
Kemudian, disusul oleh Kazakhstan di urutan kedua dengan porsi kontribusi sebesar 15% dari total cadangan dunia. Kanada di urutan ketiga dengan cadangan uranium mencapai 564,9 ribu ton atau setara 9% dari cadangan dunia.
(wia) Next Article BRIN Buka Suara, Layakkah RI Membangun Nuklir?