
Inggris Nekat Kerek Suku Bunga Lagi, Yakin Tak Jadi Resesi?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Bank of England memutuskan untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin sekaligus mengesampingkan kemungkinan resesi Inggris pada tahun ini.
Komite Kebijakan Moneter (MPC) sepakat mengere suku bunga bank utama dari 4,25% menjadi 4,5%. Hal itu diambil karena bank menegaskan kembali komitmennya untuk menjinakkan inflasi yang sangat tinggi.
Adapun, inflasi Inggris tercatat sebesar 10,1% YoY pada Maret, didorong oleh harga makanan dan energi yang terus tinggi. Inflasi inti, yang tidak termasuk harga bergejolak sebesar sebesar 5,7% YoY, tidak berubah dari kenaikan tahunan Februari dan menegaskan kembali risiko yang dikhawatirkan bank.
Ìý
Di sisi lain, MPC tidak lagi berekspektasi ekonomi Inggris memasuki resesi tahun ini. Hal ini berdasarkan perkiraan pertumbuhan yang diperbarui dalam Laporan Kebijakan Moneter yang menyertainya. PDB Inggris sekarang diperkirakan akan datar selama paruh pertama tahun ini, tumbuh 0,9% pada pertengahan 2024 dan 0,7% pada pertengahan 2025.
Perekonomian Inggris sejauh ini telah menunjukkan ketangguhan yang mengejutkan dalam menangkal resesi yang diantisipasi secara luas, dengan penurunan biaya energi dan dorongan fiskal yang diumumkan dalam Anggaran Musim Semi pemerintah.
MPC sekarang menilai bahwa "jalur permintaan kemungkinan besar akan lebih kuat secara material dari yang diharapkan dalam Laporan Februari, meskipun masih ditundukkan oleh standar historis."
"Telah ada berita positif untuk prospek jangka pendek untuk aktivitas global, dengan PDB dunia yang berbobot Inggris sekarang diharapkan tumbuh pada kecepatan moderat selama periode perkiraan," kata MPC dalam Laporan Kebijakan Moneter Mei, dikutip dari ²©²ÊÍøÕ¾ International, Kamis (11/5/2023).
"Risiko tetap ada, tetapi jika tidak ada kejutan lebih lanjut, kemungkinan hanya ada dampak kecil terhadap PDB dari pengetatan kondisi kredit terkait perkembangan sektor perbankan global baru-baru ini."
Laju Inflasi
Sementara itu, inflasi diperkirakan akan turun tajam mulai April. Perpanjangan Jaminan Harga Energi pemerintah dan penurunan lebih lanjut harga grosir energi juga menghilangkan beberapa tekanan inflasi.
Namun, MPC memproyeksikan bahwa inflasi akan turun pada tingkat yang lebih lambat dari yang diproyeksikan sebelumnya dalam laporan Februari, turun menjadi 5,1% pada akhir tahun ini, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 3,9%.
Inflasi pun masih diperkirakan akan turun "secara material di bawah target 2%" menjadi tepat di atas 1% dalam jangka waktu dua dan tiga tahun.
"Komite terus menilai bahwa risiko seputar perkiraan inflasi miring secara signifikan ke atas, yang mencerminkan kemungkinan bahwa efek putaran kedua dari guncangan biaya eksternal terhadap inflasi upah dan harga domestik mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk hilang daripada yang muncul," kata MPC.
"Jika ada bukti tekanan yang lebih terus-menerus, maka diperlukan pengetatan lebih lanjut dalam kebijakan moneter."
(luc/luc) Next Article Inflasi Inggris 'Longsor' ke 7,9%, Badai Ekonomi Belum Usai
