²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

China Kacau Balau, Pengangguran Merajalela

Tommy Patrio Sorongan, ²©²ÊÍøÕ¾
15 June 2023 19:50
Warga Beijing antre untuk melakukan tes covid, Selasa (28/6/2022). (NOEL CELIS/AFP via Getty Images)
Foto: Warga Beijing antre untuk melakukan tes covid, Selasa (28/6/2022). (NOEL CELIS/AFP via Getty Images)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Sentimen negatif masih terus menghantui perekonomian China. Setelah sebelumnya kinerja sektor perdagangan dan properti negara itu disebut melemah, kali ini survei terbaru menunjukan angka pengangguran usia muda yang tinggi.

Data yang dirilis Kamis, (15/6/2023) oleh Biro Statistik Nasional menyatakan bahwa tingkat pengangguran untuk kaum usia 16 hingga 24 tahun naik menjadi 20,8% pada Mei 2023, melonjak dari bulan sebelumnya. Tingkat pengangguran untuk orang-orang dari segala usia di perkotaan adalah 5,2% di bulan yang sama.

Sementara itu, angka statistik lainnya yang dirilis menunjukkan penjualan ritel untuk Mei naik 12,7% pada Mei dari tahun lalu. Ini bawah ekspektasi perkiraan pertumbuhan 13,6% oleh jajak pendapat Reuters.

Produksi industri naik 3,5% pada Mei dari tahun lalu, lebih lambat dari 3,6% yang diharapkan oleh jajak pendapat Reuters.

"Ekonomi nasional menopang momentum pemulihan," kata biro statistik dalam rilis bahasa Inggris dikutip ²©²ÊÍøÕ¾ International.

Namun, biro tersebut memperingatkan tantangan yang terus-menerus dari lingkungan internasional dan tekanan dalam pasar domestik.

Juru bicara Biro Statistik Nasional Fu Linghui mengatakan bahwa pertumbuhan kuartal kedua diharapkan lebih cepat dari kuartal pertama, karena basis yang rendah pada tahun lalu.

"China dapat mencapai target pertumbuhan setahun penuh, yang ditetapkan sekitar 5% pertumbuhan PDB untuk tahun 2023," ujarnya.

Ekonomi tumbuh hanya 3% pada tahun 2022. Saat itu, kota metropolitan Shanghai dikunci pada bulan April dan Mei sebagai bagian dari tindakan untuk mengendalikan Covid.

Beijing mengakhiri kontrol tersebut pada bulan Desember. Akan tetapi, rebound ekonomi yang diharapkan terjadi telah kehilangan tenaga dalam beberapa bulan terakhir.

"Beralih ke mode stimulus kebijakan dengan langkah-langkah pelonggaran skala besar akan menjadi keharusan pertama," kata Bruce Pang, kepala ekonom dan kepala penelitian, JLL Greater China.

Pihak berwenang telah mulai melonggarkan kebijakan moneter dalam upaya mendukung pertumbuhan, meskipun langkah-langkah yang lebih luas tidak begitu diramalkan terjadi sampai para pemimpin puncak mengadakan pertemuan rutin pada akhir Juli.

Perlambatan pertumbuhan global, terutama di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, membebani ekspor China, yang merupakan kontributor signifikan terhadap pertumbuhan domestik. Ekspor China turun 7,5% pada Mei dari tahun lalu.


(luc/luc) Next Article Ada Apa Xi Jinping? China Tak Baik-Baik Saja, Ini Buktinya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular