²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

PBB Benar! Petaka Baru Bumi Dimulai, Serius & Mengerikan

Tommy Patrio Sorongan, ²©²ÊÍøÕ¾
13 July 2023 09:25
Gambar bendera logo PBB, di New York City, Amerika Serikat, Selasa 20 September 2022. (Getty Images/NICOLAS MAETERLINCK)
Foto: Gambar bendera PBB (Getty Images/NICOLAS MAETERLINCK)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Petaka rekor terpanas bumi kini mengintai. Bahkan dampaknya serius dan mengerikan.

Bumi dilaporkan memecahkan rekor tidak resmi untuk hari terpanas dalam 120.000 tahun pekan lalu. Hal ini disampaikan oleh laporan beberapa analis iklim.

Dalam catatan proyek reanalyzer iklim Universitas Maine misalnya, rekor dipecahkan pada hari Senin, Selasa, dan Kamis pekan lalu. Laporan institusi itu, mengutip The Hills Kamis (13/7/2023), menambahkan untuk periode tujuh hari yang berakhir Rabu lalu, suhu rata-rata harian adalah 0,04C, lebih tinggi daripada minggu mana pun dalam 44 tahun pencatatan.

Laporan Nature juga mengamini gelombang panas menyerang bumi. Meski tak spesifik mengeluarkan data 2023, data 2022 menunjukan hal tersebut.

Mengutip NPR, musim panas 2022 di Eropa menjadi saksi rekor terpanas di benua itu. Bahkan 61.000 orang tewas, dengan dominasi perempuan.

Para peneliti menganalisisnya data dari database kematian Eurostat untuk 35 negara. Dilaporkan ada 61.672 orang meninggal akibat penyakit terkait panas antara 30 Mei dan 4 September.

Italia, Spanyol, dan Jerman memiliki jumlah kematian akibat panas tertinggi secara keseluruhan. Diperkirakan di 2023, benua itu dapat melihat lebih dari 68.000 kematian terkait panas setiap musim panas sengam angka mencapai 120.000 pada music panas 2050.

"Fakta bahwa lebih dari 61.600 orang di Eropa meninggal karena tekanan panas pada musim panas 2022," kata Hicham Achebak, salah satu penulis studi tersebut, mengatakan dalam siaran pers.

Kemunculan Cerberus di Eropa

Petaka ini makin menjadi dengan fakta baru dari Italia. Dilaporkan bagaimana ancaman cerberus, mengancam negeri itu.

Cerberus sendiri merupakan nama monster berkepala tiga yang muncul di puisi epik Romani, Inferno, sebagai penjaga gerbang neraka. Peristiwa alam ini Siberia nama monster karena dampaknya sangat dahsyat.

Mengutip laporan terbaru CNN International, Cerberus diyakini akan membuat rekor şuhu di Italia hingga melewati 45 derajat celcius. "Bumi mengalami demam tinggi dan Italia merasakannya secara langsung," kata Kepala Masyarakat Meteorologi Italia, Luca Mercalli.

Dalam catatan pemerintah, panas luar biasa telah merenggut setidaknya satu nyawa. Seorang pekerja konstruksi jalan berusia 44 tahun meninggal di rumah sakit pada Selasa.

Awalnya, ia dilaporkan pingsan di pinggir jalan di kota Lodi, Italia utara. Petisi untuk soal aturan untuk melindungi pekerja selama gelombang panas akhirnya diajukan.

"Kami menghadapi gelombang panas yang tidak normal pada tingkat yang tak tertahankan," kata politisi Nicola Fratoianni, yang mengajukan petisi.

"Mungkin selama jam-jam terpanas, semua tindakan pencegahan yang berguna diambil untuk menghindari tragedi seperti yang terjadi hari ini di Lodi," ujarnya.

Di Roma sendiri, dilaporkan banyak turis pingsan, Selasa dan Rabu. Termasuk seorang turis Inggris yang tiba-tiba jatuh lunglai di di depan Colosseum Romawi kuno.

Gelombang panas di Eropa ini disebabkan oleh heat dome (kubah panas). Ini tercipta akibat area bertekanan tinggi yang tetap berada di tempat sama untuk waktu lama, sehingga menjebak udara panas di bawahnya.

Jumat lalu, suhu sangat tinggi juga terjadi di Italia tengah dan selatan. Ibu kota Italia pun rekor antara 40 dan 45 derajat Celcius.

Kementerian Kesehatan Italia mengeluarkan peringatan berwarna merah di 27 kota minggu ini, termasuk Roma, Florence dan Bologna. Warna merah merujuk ke sangat bahaya dan berarti "risiko kematian".

PBB Benar

Sebenarnya, PBB juga mengamini "petaka" baru bumi ini. Pekan lalu, Badan Meteorologi Dunia (WMO) mengumumkan permulaan fenomena El Niño di dunia.

WMO memperingatkan seluruh pemerintahan di dunia untuk bersiap menghadapi cuaca ekstrem dan suhu tertinggi dalam waktu beberapa bulan mendatang. El Nino adalah pola iklim alami di Samudra Pasifik tropis yang membawa suhu permukaan laut yang lebih hangat dari rata-rata dan berpengaruh besar terhadap cuaca di Bumi.

"Dimulainya El Nino akan sangat meningkatkan kemungkinan terpecahnya rekor suhu dan memicu gelombang panas yang lebih ekstrem di banyak bagian dunia, baik di daratan maupun lautan," ujar Sekretaris Jenderal WMO, Petteri Taalas, dikutip CNN International.

"Pernyataan ini merupakan sinyal bagi pemerintah di seluruh dunia untuk melakukan persiapan guna membatasi dampak El Nino terhadap kesehatan, ekosistem, dan ekonomi," katanya lagi.

Dalam tiga tahun terakhir, bumi mencatatkan suhu dengan angka tertinggi. Bahkan ketika fase La Nina yang ditandai dengan suhu lautan lebih dingin dari rata-rata.

"Kombinasi yang sangat kuat antara El Nino dan pemanasan akibat pembakaran bahan bakar fosil manusia membuat 2016 menjadi tahun terpanas yang tercatat," kata WMO.

WMO mengklaim bahwa El Nino pertama yang muncul dalam tujuh tahun terakhir ini dapat membuat 2023 atau 2024 melampaui rekor suhu pada 2016. Menurut WMO, El Nino akan berlanjut selama paruh kedua 2023 dengan kekuatan sedang melalui probabilitas 90%.

"Peringatan dini dan tindakan antisipatif dari peristiwa cuaca ekstrem yang terkait dengan fenomena iklim besar ini sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian," ujarnya lagi.

Peristiwa El Nino biasanya dikaitkan dengan peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Amerika Selatan bagian selatan, selatan Amerika Serikat (AS), Tanduk Afrika, dan Asia Tengah. Namun, El Nino juga bisa memperburuk kekeringan parah, gelombang panas, dan kebakaran hutan di Australia, Indonesia, sebagian wilayah Asia selatan, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan bagian utara.

Sebelumnya, studi mengatribusikan bahwa El Nino pada 1997-1998 menghasilkan kerugian pendapatan global sebesar US$5,7 triliun atau sekitar Rp85.747 triliun saat ini. Di 1982-1983, El Nino menimbulkan kerugian sebesar US$4,1 triliun atau sekitar Rp61.677 triliun saat ini.

"Cuaca ekstrem yang terkait dengan El Nino menyebabkan banjir, kebakaran hutan, angin topan, dan bencana alam lainnya," tegas ahli iklim Christopher Callahan.

"Karena sistem cuacanya rumit, hal itu juga dapat menekan aktivitas badai di Atlantik," tambah seorang profesor di Universitas Vermont, Lesley-Ann Dupigny-Giroux.


(sef/sef) Next Article Bukan Perang! 195.000 Orang Tewas di Eropa, Ada 'Kiamat' Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular