²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

PBB Resmi Deklarasikan Malapetaka Baru di Bumi Dimulai

Tommy Patrio Sorongan, ²©²ÊÍøÕ¾
06 July 2023 15:06
Gambar bendera logo PBB, di New York City, Amerika Serikat, Selasa 20 September 2022. (Getty Images/NICOLAS MAETERLINCK)
Foto: Gambar bendera logo PBB, di New York City, Amerika Serikat, Selasa 20 September 2022. (Getty Images/NICOLAS MAETERLINCK)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Salah satu lembaga resmi PBB, Badan Meteorologi Dunia (WMO) mengumumkan permulaan fenomena El Niño di dunia. Hal ini memberi ruang bagi kemungkinan lonjakan suhu global dan kondisi cuaca ekstrem.

Dalam sebuah pernyataan, WMO memperkirakan bahwa ada kemungkinan 90% dari peristiwa El Niño bertahan hingga paruh kedua tahun ini. Diperkirakan, fenomena iklim itu akan bertahan dengan kekuatan sedang.

"Permulaan El Niño akan sangat meningkatkan kemungkinan memecahkan rekor suhu dan memicu panas yang lebih ekstrim di banyak bagian dunia dan di lautan," kata Petteri Taalas, sekretaris jenderal WMO, dikutip Kamis (6/7/2023).

"Deklarasi El Niño oleh WMO adalah sinyal bagi pemerintah di seluruh dunia untuk memobilisasi persiapan guna membatasi dampak terhadap kesehatan kita, ekosistem kita, dan ekonomi kita," tambahnya.

"Peringatan dini dan tindakan antisipatif dari peristiwa cuaca ekstrem yang terkait dengan fenomena iklim besar ini sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian," ujarnya lagi.

El Niño, bagian dari pola yang lebih besar bernama El Niño-Southern Oscillation (ENSO), adalah sistem iklim alami yang ditandai dengan suhu permukaan laut yang lebih hangat dari rata-rata di Samudra Pasifik dekat khatulistiwa. Fenomena ini muncul setiap 2-7 tahun.

Pembaruan mengikuti laporan dari National Oceanic and Atmospheric Administration pada awal Juni menjabarkan El Niño diperkirakan akan menguat secara bertahap hingga musim dingin di Belahan Bumi Utara.

Hal ini pun akan mempengaruhi kenaikan harga komoditas seperti pangan dan pakaian. Ahli iklim Christopher Callahan mengatakan dalam risetnya bahwa bumi pernah mengalami kerugian US$ 5,7 triliun akibat El Niño 1997-98 dan kerugian sebesar US$ 4,1 triliun akibat El Niño 1982-1983.

"Cuaca ekstrem yang terkait dengan El Niño menyebabkan banjir, kebakaran hutan, angin topan, dan bencana alam lainnya," pungkasnya dikutip CNN International.

Tapi potensi dampak dramatis El Nino membentang jauh melampaui Samudra Pasifik. Jin-Yi Yu, seorang profesor ilmu atmosfer di University of California Irvine, mengatakan pola iklim ini biasanya menghasilkan pola cuaca yang 'tidak normal'.

"Ini termasuk kekeringan di Asia Tenggara dan Australia yang biasanya hujan, dan curah hujan di gurun yang biasanya gersang di wilayah AS," katanya.


(sef/sef) Next Article Resmi! PBB Umumkan 'Petaka' Baru Bumi Dimulai

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular