
Nasib Dunia di Tangan Putin, 'Kiamat' Ini Sudah di Depan Mata

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan tujuan utama dari kesepakatan yang memungkinkan ekspor biji-bijian Ukraina untuk dilanjutkan tidak tercapai. Hal itu terungkap dalam panggilan telepon dengan timpalannya dari Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, Sabtu (15/7/2023).
Kesepakatan sebelumnya yang meredakan kekhawatiran krisis pangan global yang dipicu oleh serangan di Ukraina akan berakhir Senin (17/7/2023) malam, kecuali Rusia setuju untuk memperbaruinya.
"Tujuan utama dari kesepakatan itu, yaitu pasokan biji-bijian ke negara-negara yang membutuhkan, termasuk di benua Afrika, belum dilaksanakan," kata Putin menurut pembacaan Kremlin, sebagaimana dikutip dari AFP.
Sebuah memorandum tentang ekspor makanan dan pupuk Rusia tanpa hambatan telah ditandatangani bersamaan dengan kesepakatan biji-bijian.
Namun Rusia mengatakan bahwa hambatan untuk ekspornya sendiri tetap ada, dan mengancam akan menarik diri dari kesepakatan biji-bijian karena masalah tersebut.
"Vladimir Putin menekankan bahwa kewajiban yang tercatat dalam memorandum Rusia-PBB yang relevan untuk menghilangkan hambatan ekspor makanan dan pupuk Rusia masih belum terpenuhi," kata pernyataan Kremlin.
Kepresidenan Afrika Selatan mengonfirmasi Ramaphosa telah berbicara dengan Putin setelah melakukan panggilan telepon dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, serta percakapan telepon Kamis dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Pada Jumat, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan dia telah berbicara dengan Putin dan yakin dia akan setuju kesepakatan itu harus diperpanjang.
"Kami bersiap untuk menyambut Putin pada Agustus dan kami menyetujui perpanjangan koridor biji-bijian Laut Hitam," kata Erdogan kepada wartawan.
Namun, ketika ditanya oleh kantor berita Rusia, juru bicara Kremlin tidak mengkonfirmasi klaim Erdogan.
"Tidak ada pernyataan tentang ini dari pihak Rusia," kata Dmitry Peskov.
Kesepakatan itu, yang dibantu oleh Erdogan sebagai perantara, telah memungkinkan Ukraina untuk mengirimkan lebih dari 32 juta ton biji-bijian melewati kapal perang Rusia di Laut Hitam.
Ramaphosa dan Putin juga berbicara tentang persiapan KTT BRICS mendatang di Afrika Selatan.
Pemimpin Rusia telah diundang untuk hadir meskipun ada surat perintah Pengadilan Pidana Internasional (ICC) terhadapnya.
Kedua kepala negara juga membahas KTT Rusia-Afrika, yang dijadwalkan pada akhir Juli di Saint Petersburg, dan sepakat untuk mengadakan pembicaraan bilateral di sela-sela pertemuan tersebut.
(luc/luc) Next Article Dunia 'Tersandera' Rusia, Ancaman Kelaparan Mengintai
