
Peringatan BMKG, 2024 Bumi Makin Panas Mendidih

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan, tahun 2024, suhu bumi diprediksi bakal lebih panas lagi.
Mengutip situs resmi NOAA, tahun 2022, suhu bumi mengalami anomali kenaikan 0,86 derajat Celcius. Ini menjadikan suhu bumi terpanas keenam dalam periode tahun 1880-2022. Rekor terjadi di tahun 2016, saat terjadi anomali kenaikan 0,99 derajat Celcius.
Di Indonesia, BMKG mencatat, suhu udara rata-rata bulan Juni 2023 adalah sebesar 27,0 derajat Celcius, sementara normal suhu udara klimatologis untuk bulan Juni 2023 periode 1991-2020 di Indonesia adalah sebesar 26,5 derajat Celcius.
"Anomali suhu udara rata-rata pada bulan Juni 2023 menunjukkan anomali positif dengan nilai sebesar 0,5 derajat Celcius. Anomali suhu udara Indonesia pada bulan Juni 2023 ini merupakan nilai anomali tertinggi ke-1 sepanjang periode pengamatan sejak 1981," demikian dikutip dari situs resmi BMKG.
Menurut Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG Ardhasena Sopaheluwakan, kenaikan suhu itu dipicu oleh perubahan iklim atau pemanasan global (global warming) yang melanda bumi.
Di saat bersamaan, Indonesia saat ini sedang mengalami fenomena El Nino. Yaitu, terjadinya anomali pada suhu permukaan laut di Samudera Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru yang lebih tinggi daripada rata-rata normalnya.
"Dampak El Nino akan menambahkan lagi panas bumi setelah Januari 2024," katanya kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Kamis (27/7/2023).
Saat ini, kata dia, El Nino sudah terjadi di Pasifik dengan intensitas yang mulai beralih dari moderat.
"Dampaknya di Indonesia akan secara gradual mulai akhir Juli," ujar Ardhasena.
Menurutnya, fenomena El Nino akan berlangsung sampai Februari 2024. Sementara, puncak El Nino di Indonesia diprediksi terjadi pada Agustus-September 2023.
"2024 ekspektasinya suhu bumi akan meningkat, karena panas laut yang di lepas oleh El Nino," kata Ardhasena.
Untuk menghadapi efek El Nino tersebut, dia merekomendasikan agar beradaptasi dengan kenaikan suhu yang akan terjadi.
"Yang dapat dilakukan pada dasarnya adalah beradaptasi terhadap suhu yang naik. Untuk masing-masing sektor yang terdampak, seperti pertanian, kehutanan, sumber daya air. Suhu bumi tidak dapat diturunkan," terangnya.
"Mendorong kebijakan mitigasi, yaitu kebijakan yang mengarah kepada pengurangan emisi gas rumah kaca dari industri, transportasi, dan energi," pungkas Ardhasena.
(dce/dce) Next Article Duh! RI Bisa Boncos Rp 544 T Akibat Malapetaka Iklim
