
Geger Ekonomi RI Bisa Tumbuh 5,17%, Akhir Tahun Gimana?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Ekonom senior yang sudah malang melintang di Kabinet Presiden Joko Widodo, Bambang Brodjonegoro memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir 2023 akan sulit mencapai 5,3% sebagaimana target pemerintah.
Menurut menteri keuangan periode 2014-2019 itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia keseluruhan tahun ini hanya akan berada di kisaran 5%. Terutama karena sumber pertumbuhan ekonomi seperti dari ekspor dan investasi belum mampu menjadi daya dorong di tengah lesunya pertumbuhan ekonomi global.
Ia berkaca pada realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 yang tumbuh 5,17%. Namun, masih di topang oleh konsumsi masyarakat sebesar 5,23% saat faktor musiman seperti libur hari raya, sedangkan ekspor terkontraksi 2,75%, dan investasi masih di bawah 5%, yaitu 4,63%.
"Kemungkinan besarnya mendekati 5% jadi di sekitar 5%, itulah kemungkinan pertumbuhan ekoni kita. Artinya sulit sekali kita berharap pertumbuhan ekonomi yang menuju 5,3% atau 5,5% seperti yang kita harapkan beberapa saat lalu," kata Bambang dalam acara Closing Bell ²©²ÊÍøÕ¾, seperti dikutip Selasa (8/8/2023).
Ketika perekonomin masih bergantung pada konsumsi masyarakat, serta ekspor komoditas, ia memastikan, pergerakannya akan mudah dipengaruhi oleh faktor eksternal. Maka ketika ekonomi global melemah seperti saat ini dan harga komoditas anjlok, otomatis ekonomi Indonesia turut melambat.
Kondisi ini diperburuk dengan tren suku bunga acuan negara-negara maju yang masih agresif untuk mengendalikan tingkat inflasi, akibatnya aliran modal asing juga tidak sederas kondisi normal. Kondisi ini pun menurut mantan menteri perencanaan pembangunan nasional (PPN)/ Kepala Bappenas itu akan berlangsung dalam waktu yang cukup panjang.
"Jadi kemungkinannya ke kita ya kondisi ekonomi global, pertumbuhan ekonomi global yang pasti akan lebih rendah dibanding tahun lalu, sehingga perkiraannya dampaknya ke pertumbuhan ekonomi to some extent masih agak bergantung kepada misalnya ekspor komoditas," ujar Bambang.
Pemerintah Indonesia sendiri sebetulnya juga mengamini potensi besar dampak perlambatan ekonomi global terhadap kinerja ekspor Indonesia. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, pemerintah tetap akan terus memantau dan mengantisipasi risiko perlambatan ekonomi dunia saat ini yang dampaknya terhadap kinerja perdagangan internasional Indonesia.
"Pemerintah akan terus memantau dan mengantisipasi risiko perlambatan ekonomi dunia saat ini, khususnya dampaknya terhadap ekspor-impor nasional. Dorongan terhadap keberlanjutan tahapan hilirisasi akan terus dilakukan untuk mendorong kinerja ekspor nasional. Pemerintah juga akan terus memanfaatkan sebesar-besarnya berbagai forum kerja sama ekonomi internasional untuk memperluas pasar ekspor produk-produk nasional," ujar Febrio melalui siaran pers kemarin.
Oleh sebab itu, ia mengatakan, tingkat pertumbuhan ekonomi nasional pada 2023 akan berada di kisaran 5,1%. Dengan artian tak akan mampu mencapai target pertumbuhan sesuai yang ditetapkan dalam APBN 2023 sebesar 5,3%.
"Kita akan terus mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk dapat meraih cita-cita bersama menjadi negara berpendapatan tinggi di tahun 2045," tegas Febrio.
(mij/mij) Next Article Pak Jokowi Awas! China Bisa 'Ganggu' Ekonomi RI