²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Di AS Menlu Sebut Nangis dalam Senyap-Tak Boleh Diam, Kenapa?

sef, ²©²ÊÍøÕ¾
22 September 2023 09:15
Menlu RI Retno Marsudi (Ist Tangkapan Layar Kemlu.go)
Foto: Menlu RI Retno Marsudi (Ist Tangkapan Layar Kemlu.go)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi tiba-tiba menyebut "menangis dalam senyap". Ia bahkan menyerukan ke dunia agar semua negara tak boleh diam.

Hal ini bukan tanpa sebab. Ia mengutarakan itu saat RI menyoroti nasib etnis Rohingya yang hingga kini mesih tak jelas, pada pertemuan "Have they Forgotten Us? Ensuring Continued Global Solidarity with the Rohingya of Myanmar" di sela-sela High Level Week Sidang Majelis Umum PBB ke-78, Kamis (21/9/2023).

"Nasib masyarakat Rohingya masih belum jelas. Situasi global dan kondisi domestik di Myanmar membuat isu ini semakin kompleks dan sulit," tegasnya dalam pernyataan pers diterima ²©²ÊÍøÕ¾.

"Komitmen politik yang kuat untuk menyelesaikan isu ini adalah niscaya", tambahnya.

Ia pun kembali menyampaikan dua hal yang perlu dilakukan untuk membantu para pengungsi Rohingya. Pertama, mendorong adanya solusi politik dan kedua memastikan tersedianya bantuan kemanusiaan.

"Isu Rohingya adalah isu kemanusiaan, tapi sangat politis," jelasnya.

"Oleh karenanya, satu- satunya jalan keluar untuk Rohingya ini adalah melalui solusi politik," tegasnya menyebut Rohingya harus menjadi bagian integral yang tak terpisahkan dari solusi krisis politik di Myanmar.

"Saat ini lebih dari 1 juta masyarakat Rohingya terlantar dan menjadi pengungsi, sementara mereka yang tinggal di wilayah Rakhine juga menghadapi situasi yang sangat sulit. Mereka rentan menjadi korban kejahatan terorganisir," tambahnya lagi.

"Saat ini, masyarakat Rohingya menangis dalam senyap. Hanya karena kita tidak bisa mendengar tangisan mereka, kita tidak boleh tinggal diam," ujar Retno.

Pertemuan "Have they Forgotten Us? Ensuring Continued Global Solidarity with the Rohingya of Myanmar" disponsori bersama oleh Bangladesh, Indonesia, Kanada, Gambia, Malaysia, Turki, Inggris dan Amerika Serikat (AS).

Sebelumnya, krisis Rohingnya muncul sejak 2017. Kala itu Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap populasi Muslim Rohingya di negara itu dan mendorong lebih dari 740.000 orang mengungsi, terutama ke negara tetangga Bangladesh.


(sef) Next Article Menlu Retno Ungkap Kunci Penyelesaian Isu Rohingya, Sudah Dipakai RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular