²©²ÊÍøÕ¾

Ini Beda Kereta Cepat RI, Singapura, Malaysia & Shanghai

Rosseno Aji Nugroho, ²©²ÊÍøÕ¾
17 October 2023 16:00
Suasana uji coba Kereta Cepat Jakarta-Bandung. (²©²ÊÍøÕ¾/Suhendra)
Foto: Suasana uji coba Kereta Cepat Jakarta-Bandung. (²©²ÊÍøÕ¾/Suhendra)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Ekonom senior dari Universitas Indonesia Faisal Basri menganggap jarak tempuh antara Jakarta-Bandung sebenarnya tidak ideal untuk adanya sebuah moda transportasi kereta cepat. Dia mengatakan keberadaan di kereta cepat di beberapa negara menjadi buktinya.

"Saya punya daftar kereta di beberapa negara, jaraknya jauh semua," kata Faisal dalam diskusi di Universitas Paramadina, Jakarta, Selasa, (17/10/2023).

Faisal mencontohkan kereta cepat Beijing-Guangzhou yang memiliki jarak 2.298 kilometer dengan waktu tempuh 8 jam.

Lalu ada kereta cepat Shanghai-Wuhan-Chengdu dengan jarak 1.814 km dan waktu tempuh 10 jam. Kemudian, ada pula kereta cepat Mekah-Madinah yang berjarak 350 km dengan waktu tempuh lebih dari 2 jam.

Faisal menuturkan sebenarnya ada pula rencana untuk membangun kereta cepat Singapura-Kuala Lumpur dengan jarak 350 km dan waktu temput 1,5 jam.

Dia mengatakan keberadaan kereta cepat Singapura-Kuala Lumpur ini sebenarnya sangat ideal, namun telah dibatalkan. Padahal keberadaan kereta cepat Singapura-Kuala Lumpur sangat dibutuhkan, sebab penerbangan antara dua kota beda negara itu adalah yang terpadat di dunia.

Jadwal penerbangan tak mungkin ditambah karena jalur udara sudah penuh sesak. Meski ideal, namun proyek itu dibatalkan.

"Jadi pantas naik kereta cepat, karena tidak bisa ditambah lagi," ujarnya.

Faisal mengatakan variabel jarak dan banyak variabel lainnya inilah yang tidak dimiliki oleh Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Dia memperkirakan jarak Jakarta-Bandung hanya sekitar 140 km. Menurut dia, kereta cepat sebenarnya merupakan moda transportasi pengganti pesawat.

Pesawat, kata dia, memiliki sejumlah kekurangan, yaitu lokasi bandara yang jauh dari pusat kota dan lamanya proses persiapan sebelum terbang.

Kekurangan inilah, kata dia, yang membuat kereta cepat menjadi pilihan yang masuk akal dan menarik, walaupun harganya relatif mahal. "Kereta cepat Madrid-Barcelona bahkan lebih mahal dari pesawat," ungkapnya.

Faisal mengatakan keunggulan tersebut tidak dimiliki oleh KCJB Jakarta-Bandung. Jarak Bandung-Jakarta, kata dia, kelewat dekat sehingga masyarakat memiliki pilihan transportasi lainnya.

Lokasi stasiun, kata dia, juga ada di luar kota sehingga aksesnya sulit dijangkau dari pusat kota Jakarta maupun Bandung.

Dia menilai kereta cepat juga tidak cocok dengan karakteristik Bandung. Dia mengatakan kereta cepat biasanya dipakai oleh orang-orang dengan tujuan bisnis. Sementara, kata dia, karakteristik Bandung lebih pada kota wisata.

"Naik travel bisa lebih fleksibel ke Bandung," ujarnya.

Kondisi inilah yang membuat Faisal pesimis mengenai masa depan KCJB. Dia memperkirakan butuh waktu yang sangat lama bagi pemerintah untuk bisa mengembalikan investasi yang sudah dikeluarkan untuk proyek ini.

Hitung-hitungan paling optimis yang dilakukan Faisal memperkirakan butuh waktu sekitar 50 tahun untuk pemerintah bisa balik modal dari KCJB. Ketika angka penumpang menyusut menjadi 50%, maka masa balik modal itu bisa lebih lama yakni mencapai 139 tahun.

"Ini yang saya sebut sampai kiamat (baru balik modal) itu," katanya.


(haa/haa) Next Article Menhub: Presiden Segera Resmikan Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular