²©²ÊÍøÕ¾

Big Stories 2023

"Kiamat" Beras Ancam Bumi karena India

sef, ²©²ÊÍøÕ¾
28 December 2023 07:00
A farmer harvests rice crop in a paddy field on the outskirts of Guwahati, India, Tuesday, June 6, 2023. Experts are warning that rice production across South and Southeast Asia is likely to suffer with the world heading into an El Nino. (AP Photo/Anupam Nath)
Foto: AP/Anupam Nath

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Ancaman "kiamat" beras menjadi salah satu berita terpopuler di 2023. Hal ini disebabkan oleh India.

Negara itu melarang ekspor beras non-basmati hingga 80%. Padahal, India sendiri adalah pemasok beras utama dunia, lebin dari 40%.

Mengutip Independent, pemberitaan ini bermula dari laporan Bloomberg. Sumber menyebutkan pemerintah Perdana Menteri (PM) Narendra Modi melakukan itu guna membatasi risiko inflasi yang meningkat.

Diketahui konsumen India memang berjuang melawan harga yang sangat tinggi. Sayur mayur seperti tomat naik 400%.

Wacana larangan ekspor beras muncul di tengah kekhawatiran global atas dampak fenomena cuaca El Nino yang mengganggu pada pertanian, yang semakin menambah tekanan pada harga. Peristiwa cuaca siklik di Samudra Pasifik diketahui meningkatkan panas dan dapat memicu cuaca ekstrim.

India pun telah bergulat dengan gelombang panas berulang dan musim hujan yang tidak menentu, berdampak pada produksi pertanian. Kekeringan yang lebih panjang dan musim hujan yang lebih lebat pasalnya berdampak buruk pada produksi tanaman.

Beras berfungsi sebagai makanan pokok bagi sekitar setengah dari populasi dunia. Asia saja menyumbang sekitar 90% dari konsumsi beras dunia.

Sementara itu, larangan India ini menyebabkan sejumlah kelangkaan di sejumlah negara. Salah satunya Inggris, yang mengimpor senilai 127 juta pound atau setara Rp 2,5 triliun.

"Seiring dampak yang semakin parah, maka kelangkaan akan menaikkan harga makanan pokok yang kita impor dari luar negeri, yang tidak bisa kita tanam di sini saja," kata Gareth Redmond-King dari Unit Kecerdasan Energi dan Iklim yang berbasis di London.

Di Negeri Maple, Kanada, para ahli mengatakan larangan mendorong beberapa warga untuk mulai melakukan panic buying. Ini dapat meningkatkan harga jenis beras yang tidak terkena larangan tersebut.

Manish Limbachiya, misalnya. Pemilik Namaste Indian Supermarket di Mississauga, Ontario, mengatakan dia perlu membatasi penjualan beberapa jenis beras untuk mencegah pembelian panik.

"Saya harus menjaga pelanggan saya juga, jadi saya hanya mengatakan kepada semua orang untuk mengambil satu tas untuk setiap keluarga sehingga saya dapat melindungi semua keluarga pelanggan," katanya.

Di Texas Amerika Serikat (AS), sebagaimana dilaporkan NBC, konsumen tiba-tiba melakukan pembelian dalam jumlah besar, untuk menghindari kekurangan dan potensi kenaikan harga (inflasi).

Selama akhir pekan, fenomena ini terlihat di toko-toko di Dallas-Fort Worth di mana pelanggan dilaporkan mengosongkan rak dan menunggu dalam antrean panjang untuk menimbun beras.

"Mereka sangat ingin membeli sepuluh, 12, 15 tas," kata Anand Pabari, pemilik India Bazaar, toko kelontong Asia Selatan di sana.

"Itu adalah situasi yang benar-benar gila," ujarnya lagi.

Singapura juga merasakan keresahan serupa. Negeri itu menyebut telah menghubungi otoritas India untuk meminta pengecualian atas larangan ekspor beras non basmati.

Diketahui, impor beras India di Singapura mencapai 40% di 2022. Sekitar 17% nya adalah non basmati.

"Singapura berhubungan dekat dengan otoritas India," kata Badan Pangan Singapura (SFA).


(sef/sef) Next Article "Kiamat" Beras India Makan Korban: Singapura, AS & Kanada

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular