²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

"Kiamat" Beras India Bawa Petaka, Harga Beras "Menggila"

Thea Fathanah Arbar, ²©²ÊÍøÕ¾
10 August 2023 12:00
A farmer harvests rice crop in a paddy field on the outskirts of Guwahati, India, Tuesday, June 6, 2023. Experts are warning that rice production across South and Southeast Asia is likely to suffer with the world heading into an El Nino. (AP Photo/Anupam Nath)
Foto: AP/Anupam Nath

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Harga beras global melonjak ke level tertinggi dalam hampir 12 tahun. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyebut kenaikan dipicu "kiamat" beras India, yakni larangan ekspor, dan kondisi cuaca buruk yang dapat berdampak pada produksi.

Indeks Harga Beras FAO menyebut harga beras global untuk Juli naik 2,8% menjadi 129,7 poin. Angka tersebut naik 19,7% dibandingkan tahun lalu.

Hal ini tercatat sebagai nilai nominal tertinggi sejak September 2011. Kenaikan harga paling tajam datang dari Thailand.

"Kekhawatiran atas potensi dampak El Nino pada produksi di beberapa pemasok memberikan dukungan lebih lanjut terhadap harga," tambah laporan FAO menyebut fenomena iklim yang ditandai dengan suhu dan kondisi cuaca ekstrem, dikutip ²©²ÊÍøÕ¾ International.

"Begitu pula gangguan yang disebabkan oleh hujan dan variabilitas kualitas dalam panen musim panas-musim gugur Vietnam yang sedang berlangsung," jelasnya lagi.

Sebelumnya, India, pengekspor beras terkemuka dunia, melarang ekspor beras putih non-basmati pada 20 Juli. Langkah diambil pemerintah untuk membatasi kenaikan harga pangan di dalam negeri dan memastikan ada cukup pasokan di dalam negeri dengan harga yang wajar.

Negara ini menyumbang lebih dari 40% perdagangan beras global. Bahkan jika itu mempengaruhi sebagian dari keseluruhan pengiriman beras India, FAO mencatat bahwa pembatasan ekspor India meningkatkan masalah ketahanan pangan yang substansial untuk sebagian besar populasi dunia.

Di pasar beras berjangka, harga terakhir diperdagangkan menembus US$16,02 per berat seratus (cwt). Analis meyakini kenaikan bakal menjadi-jadi.

"Kita kemungkinan besar akan melihat indeks harga beras FAO yang lebih tinggi untuk Agustus 2023 vs Juli 2023," kata analis senior di bank pangan dan pertanian global Rabobank, Oscar Tjakra.

"El Nino juga dapat memperburuk risiko pada produksi global di produsen beras utama Asia lainnya seperti Thailand, Pakistan, dan Vietnam. Untuk beberapa bulan ke depan, arah harga beras dunia akan ditentukan oleh dampak El Nino," tambahnya.

Menurutnya lagi, larangan ekspor beras putih non-basmati India datang pada saat persediaan musiman rendah di pemasok utama beras global, terutama di Asia. Harga juga bisa melonjak lebih jauh jika negara lain ikut menerapkan pembatasan ekspor.

Potensi "menggilanya" harga beras juga dikatakan Direktur Regional Asia di International Potato Center, Samarendu Mohanty. Menurutnya penimbunan memperburuk keadaan.

"Harga bisa jauh lebih tinggi jika negara pengimpor mencoba menimbun beras untuk ketahanan pangan dalam negeri, dan negara pengekspor membatasi ekspor," katanya.

Beras adalah makanan pokok bagi lebih dari 3 miliar orang dengan hampir 90% dari tanaman intensif air diproduksi di Asia. Dalam data Barclays pekan lalu setidaknya tiga negara di Asia Tenggara akan sangat terpengaruh, yakni Malaysia, Singapura dan Filipina.

"Malaysia tampaknya menjadi yang paling rentan menurut analisis kami," sebut laporan itu.

"Negara ini mengimpor sebagian besar pasokan berasnya, dan India menyumbang bagian yang relatif besar dari impor berasnya," tulis para analis.

Mengutip data Observatory for Economic Complexity (OEC), impor beras Malaysia mencapai US$ 207 juta pada tahun 2021. Ini sekitar Rp 3,1 triliun

Singapura juga akan menjadi salah satu negara yang paling terdampak. Di mana laporan menunjukkan bahwa India menghasilkan sekitar 30% dari impor beras negara kota tersebut.

Namun, pemerintah Singapura menyebut telah menghubungi otoritas India untuk meminta pengecualian atas larangan ekspor beras non basmati. Pencarian sumber lain juga dilakukan untuk menghindari kekurangan pasokan dan kenaikan harga domestik.

Filipina, menurut Barclays, akan menjadi yang paling rentan terhadap kenaikan harga beras global. Ini mengingat bobot beras tertinggi dalam keranjang Index Harga Konsumen (IHK) negara tersebut.

Saat ini saja, Manila sedang berupaya untuk mencari pasokan beras baru. Pasalnya, fenomena iklim El Nino diramalkan akan merusak panen hasil pertanian, mengancam stok pangan negara itu.

Filipina, salah satu importir beras terbesar di dunia, biasanya membeli beras pokok terutama dari tetangganya Vietnam. Tetapi Presiden Filipina Ferdinand Marcos mengatakan pasokan dari Vietnam mungkin terbatas karena pembeli lain yang berbondong-bondong masuk


(sef/sef) Next Article "Kiamat" Beras India Bawa Malapetaka, Malaysia-Filipina Kena

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular