
Alamak, 5 Tahun ke Depan Produksi Minyak RI Diramal Makin Anjlok!

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Praktisi sektor hulu migas Tumbur Parlindungan memprediksi produksi minyak nasional hingga lima tahun ke depan akan terus mengalami penurunan. Hal tersebut dapat terlihat dari minimnya investasi selama 10 tahun belakangan ini.
Menurut Tumbur sejak harga minyak mengalami penurunan pada 2015 lalu, hampir tidak ada investasi untuk kegiatan eksplorasi. Hal ini diperparah dengan adanya perubahan fiscal regime (kemudahan investasi dari segi pajak, pembagian hasil, dan sebagainya), hingga terjadinya pandemi covid-19.
"Akhirnya banyak yang tertunda eksplorasinya, ini mengakibatkan produksi turun. Ini mungkin sampai 5 tahun ke depan akan turun terus kecuali ada masif exploitation sekarang," kata Tumbur dalam acara Energy Corner ²©²ÊÍøÕ¾, Selasa (9/1/2024).
Tumbur menilai produksi minyak nasional dapat digenjot hanya dengan kegiatan eksplorasi yang secara masif. Adapun cara-cara yang dilakukan kontraktor migas saat ini paling tidak hanya untuk menahan laju penurunan produksi migas secara alamiah.
"Supaya laju decline nya tidak besar yang biasa didapat biasanya sekitar 6 sampai 7% sekarang mungkin bertahan 1 sampai 2% itu yang dicoba ditahan oleh semua pelaku migas maupun SKK Migas maupun kita sebagai pelaku migas itu sendiri. Jadi investasi di eksplorasi itu yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produksi," ujarnya.
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyampaikan produksi minyak mentah di dalam negeri saat ini kondisinya masih cukup menantang. Hal tersebut menyusul dengan tren penurunan produksi yang masih berlangsung dari tahun ke tahun.
Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf mengatakan meskipun belum mencapai target, namun ia bersyukur penurunan produksi secara alamiah atau natural decline di tahun 2023 dapat diperkecil. Terutama dari yang sebelumnya sekitar 6-7% kini menjadi 1,2%.
"Kalau minyak masih challenging tapi alhamdulillah 2023 ini kan decline kita ya cuma 1,2% dari sebelumnya 6-7% artinya membaik," ujar Nanang ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Selasa (2/1/2024).
Nanang pun berharap dengan beroperasinya proyek migas yang di operatori oleh Medco di lapangan Forel-Bronang pada tahun depan bisa menghasilkan tambahan produksi minyak sebesar 10 ribu barel per hari (BPH). Proyek ini diharapkan dapat onstream pada pertengahan tahun 2024.
"Harapannya nambah 10 ribu kita bisa bertahan di 610-615 ribu BPH, atau bahkan naik lagi memang ada juga peluang dari lapangan Hidayah namun Hidayah paling cepat kemungkinan 2025. Harapannya juga dari kondensat kita nambah ya kalau misal Tangguh Train 3 full capacity itu kondesatnya bisa sampai 3000 bph JTB juga sama 4500 bph itu lumayan," tutup Nanang.
Sebagai informasi, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat produksi minyak siap jual atau lifting minyak Indonesia hanya 607 ribu barel per hari (bph) pada 2023. Realisasi tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan sebesar 660 ribu bph.
(pgr/pgr) Next Article Ada Perkiraan Minyak Jumbo Dekat Jakarta, Ini Dia Pemiliknya