
Biden Umumkan Respons AS atas Serangan di Yordania, Perang Lawan Iran?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan telah dirinya telah memutuskan bagaimana menanggapi serangan pesawat tak berawak (drone) di Yordania utara yang menewaskan tiga tentara AS dan melukai puluhan lainnya, ketika milisi dukungan Iran yang disalahkan Washington atas serangan itu mengatakan mereka telah menghentikan operasi anti-AS.
Ketika Washington mempertimbangkan tanggapannya, Kataib Hizbullah mengumumkan penangguhan seluruh operasi militernya terhadap pasukan AS di wilayah tersebut, dan mengeklaim bahwa keputusan tersebut dimaksudkan untuk mencegah "rasa malu" bagi pemerintah Irak.
Biden mengatakan kepada wartawan bahwa dia menganggap Iran bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak terhadap pangkalan AS di perbatasan Yordania-Suriah pada Minggu (28/1/2024) tersebut, dalam artian mereka memasok senjata ke Kataib Hizbullah.
Ketika ditanya apakah ada kaitan langsung dengan Iran dalam serangan pada Minggu di pangkalan Tower 22 tersebut, Biden menjawab bahwa "kami akan melakukan diskusi itu".
Namun, Biden menambahkan bahwa dirinya tidak menginginkan perang yang lebih luas di kawasan tersebut.
"Saya rasa kita tidak memerlukan perang yang lebih luas di Timur Tengah. Bukan itu yang saya cari," katanya, dilansir The Guardian, Rabu (31/1/2023).
Pernyataan tersebut mencerminkan keseimbangan genting yang ingin dicapai oleh pemerintah antara mencegah serangan lebih lanjut dan memuaskan opini publik AS dengan tindakan tegas sambil menahan risiko memicu konflik langsung dengan Iran.
Adapun sebagian besar analis militer memperkirakan bahwa pembalasan langsung di wilayah Iran tidak mungkin terjadi. Para pejabat AS pun telah menyarankan bahwa respons AS akan dilakukan secara bertahap, bukan sekaligus.
"Adalah adil bagi Anda untuk mengharapkan bahwa kami akan merespons dengan cara yang tepat dan sangat mungkin bahwa apa yang Anda akan lihat adalah pendekatan berjenjang di sini. Bukan hanya satu tindakan, tapi pada dasarnya beberapa tindakan," tutur John Kirby, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih.
Teheran bersikeras bahwa pihaknya tidak ada hubungannya dengan serangan hari Minggu dan membantah tuduhan AS bahwa mereka mendukung kelompok militan di balik lebih dari 150 serangan terhadap pangkalan dan posisi AS sejak pecahnya perang Israel-Hamas pada 7 Oktober.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menggambarkan dilema AS pada pertemuan dengan Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, di Washington pada Senin.
"Kami bermaksud melakukan keduanya - yaitu, membela rakyat kami ketika mereka diserang, dan pada saat yang sama bekerja setiap hari untuk mencegah konflik berkembang dan menyebar," kata Blinken.
"Kami akan merespons, kami akan merespons dengan tegas, kami akan merespons pada waktu dan tempat yang kami pilih. Dan tentu saja, saya tidak akan mengirim telegram apa yang mungkin kami lakukan dalam hal ini atau mendahului presiden, tapi saya bisa, sekali lagi, kami beritahukan kepada Anda... kami akan meresponsnya. Dan respons tersebut dapat bersifat multi-level, dilakukan secara bertahap, dan dipertahankan seiring berjalannya waktu."
Analis militer mengatakan salah satu opsi yang terbuka bagi pasukan AS adalah menyerang anggota Garda Revolusi Islam (IRGC) yang beroperasi di wilayah di luar Iran, misalnya saja mereka memiliki sejumlah pangkalan di Suriah. Namun, operasi semacam itu, meskipun tidak dilakukan di wilayah Iran, tetap mempunyai risiko memicu eskalasi yang bisa lepas kendali.
(luc/luc) Next Article 6 Update Perang Hamas-Israel: Jumlah Korban, AS Turun Tangan
