
Ternyata Industri Tekstil RI Masih Megap-megap, Ini Biang Keroknya

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut sektor manufaktur nasional dalam fase ekspansi selama 28 bulan berturut-turut. Hal itu mengacu pada purchasing manager index (PMI) manufaktur yang dirilis S&P Global dan terkonfirmasi Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Januari 2024.Â
Disebutkan, 3 variabel utama penghitungan IKIÂ bulan Januari 2024 menunjukkan, secara umum sektor manufaktur nasional dalam fase ekspansi. Di mana, komponen variabel pesanan baru sebesar 52,17, variabel produksi sebesar 53,63 dan variabel persediaan produk sebesar 50,80 poin.
Meski begitu, Kemenperin mengakui, ada 6 sub-sektor manufaktur di dalam negeri yang masih mengalami kontraksi alias penurunan kinerja. Yaitu, industri peralatan listrik (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia/ KBLI 27), industri kayu (KBLI 16), industri komputer dan industri barang elektronik (KBLI 26), industri tekstil (KBLI 13), industri percetakan (KBLI 18), dan industri pengolahan lainnya (KBLI 32).
"Khusus industri tekstil atau KBLI 13 ini memang masih terlihat dalam posisi kontraksi. Tapi secara kumulatif sebenarnya dari bulan ke bulan meningkat. Memang masih level kontraksi," kata Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Ditjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin Adie Rochmanto Pandiangan saat konferensi pers Rilis IKI Januari 2024, ditayangkan akun Youtube Kemenperin, Rabu (31/1/2024).Â
"Industri KBLIÂ 13 ini adalah industri penghasil bahan baku. Kita tahu, penghasil bahan baju, industri tekstil nasional itu 60% targetnya adalah untuk pesanan domestik. Nah, kita tadi berharap pesta demokrasi yang ada bisa mengangkat produksi dengan permintaan," tambahnya.
Hanya saja, lanjut Adie, kondisi di lapangan tak sesuai harapan. Menurutnya, hal itu salah satunya dipicu adanya perubahan metode kampanye jelang Pemilu tahun 2024 yang akan digelar 14-15 Februari nanti.Â
"Peran media elektronik dalam kampanye ternyata cukup berpengaruh besar. Sehingga, penjualan atribut seperti spanduk, kaos, yang biasanya permintaannya banyak, tidak terjadi. Itu mungkin yang jadi persoalan," sebut Adie.
![]() IKI Manufaktur Januari 2024. (Dok. Kemenperin) |
Karena itu, dia berharap, industri tekstil di dalam negeri akan semakin mengalami pemulihan.Â
"Dalam beberapa bulan terakhir, di bulan Desember kemarin (2023), ada peningkatan (poin IKI) yang cukup signifikan karena kenaikan produksi. Ke depan kita harapkan terjadi lagi, peningkatan suplai dan demand bahan baku (tekstil) secara volume,"Â pungkas Adie.
Sebelumnya, kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri tekstil nasional dikabarkan masih terus berlanjut. Gelombang PHK sepertinya belum akan berhenti, baik akibat serbuan produk impor yang menggerogoti pasar domestik, maupun dipicu perlambatan ekonomi di pasar-pasar tujuan ekspor utama yang menyebabkan anjloknya permintaan.
Terbaru, pada akhir Desember 2023 lalu,Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) melaporkan ada 2 pabrik TPT di Kota Semarang dilaporkan melakukan PHK terhadap ribuan pekerjanya. Dengan begitu, tercatat ada 10 pabrik yang serikat pekerjanya adalah anggota KSPN, melakukan PHK pada tahun 2023 ini. Hal itu menyebabkan total lebih 12.000 karyawan kehilangan pekerjaannya pada tahun 2023 lalu.
(dce/dce) Next Article Ramai Order Atribut Kampanye Prabowo-Gibran, Lokasi Produksi Terungkap
