
DPR Dorong Target Lifting Minyak 1 Juta Barel 2030 Dibongkar Ulang

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI meminta agar target produksi minyak bumi di dalam negeri tahun 2030 dibuat secara realistis. Oleh karena itu, mereka meminta target 1 juta barel minyak per hari (bph) di tahun 2030 untuk direvisi ulang.
Anggota Komisi VII DPR RI, Ramson Siagian menegaskan bahwa target produksi minyak mentah hingga tahun 2030 mendatang yang sebesar 1 juta barel per hari tidak realistis untuk dicapai. Hal itu lantaran melihat lifting atau produksi minyak mentah dalam negeri tahun ke tahun kian menurun dan semakin jauh dari target.
"Saya sampaikan target 2030 (lifting minyak) 1 juta barel saya usul diubah saja, jangan buat lagi target bahwa lifting akan mencapai 1 juta barel per hari tahun 2030," ujar dia dalam RDP Komisi VII bersama SKK Migas, di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (13/3/2024).
Maka, kata Ramson, target tersebut harus dibuat dengan perhitungan margin of error terkecil. Ramson membuat permisalan hingga tahun 2030 target lifting minyak bumi bisa diturunkan ke 800 ribu - 850 ribu barel per hari.
"Harus realistis itu harusnya ada evaluasi kembali misal 2030 misal target jadi 800 ribu barel per hari atau 850 ribu bph, harus realistis, jangan dibawa angan-angan," jelasnya.
Adapun, dia mengatakan bahkan tahun 2023 yang lalu pada target lifting migas yang lebih rendah juga tidak terealisasi dari target 660 ribu bph realisasinya 605 ribuan bph.
"Jadi musti prediksi akurat, ini kan sudah 2024, tahun 2030 tinggal 5 tahun lagi. APBN target 2023 (lifting minyak) 660 ribu barel per hari tapi realisasi 605,5 ribu barel per hari," tandasnya.
Dalam catatan Kementerian ESDM, capaian produksi minyak siap jual atau lifting minyak di dalam negeri pada tahun 2023 mencapai 605.000 bph. Hal ini sejatinya tak mencapai yang ditargetkan pada tahun 2023 sebesar 660.000 bph.
Tak cuma di sektor minyak, lifting gas juga mengalami penurunan dan ada indikasi kelandaian. Tercatat realisasi lifting gas tahun 2023 mencapai 964 ribu BOEPD, lebih rendah dari asumsi 1,1 juta BOEPD.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengakui bahwa adanya tren penurunan lifting minyak di Indonesia, hal itu disebabkan belum adanya sumur-sumur baru pendukung produksi migas tersebut.
"Tren penurunan disebabkan belum memiliki sumber sumur baru yang memberikan tambahan produksi baru dari minyak mentah kita," ungkap Menteri Arifin dalam Konfrensi Pers Capaian Sektor ESDM tahun 2023 dan Program Kerja Tahun 2024, Senin (15/1/2024).
Agar tren penurunan tak begitu mendalam, Menteri Arifin menyebutkan bahwa pada tahun 2024 pihaknya memiliki program untuk menahan laju penurunan tersebut. Salah satunya adalah memanfaatkan sumur-sumur idle yang selama ini tidak diupayakan lagi namun masih potensial.
"Kita sudah minta kuartal I-2024 program ini sudah ada dan tinggal di launching. upaya untuk bisa melakukan optimasi dengan lifting dengan waterflood cemical itu kita dorong dan tentu saja untuk mengupayakan ini kita harus memikirkan policy atau kebijakan baru yang akan kita terapkan," jelas Menteri Arifin.
"Dengan beroperasi Tangguh Train 3 kita bisa menahan dan di 2023 kita sudah mencatatkan discovery yang besar antara lain di Geng North yang bisa mengangkat lebih dari 5 tcf plus kondensat dan temuan eksplorasi di Andaman ada dua blok yg katakan lah masing-masing memberikan dua kali rata rata 5.5 tcf," ungkap Menteri Arifin.
(pgr/pgr) Next Article ESDM Akui Target 1 Juta Barel Minyak Sulit, Tapi...
