²©²ÊÍøÕ¾

Ungkit Tsunami Aceh, BMKG Ungkap Penduduk Bumi Diintai Bahaya Besar

Damiana, ²©²ÊÍøÕ¾
23 May 2024 17:30
FILE - In this Sunday, Jan. 2, 2005 file photo, a mosque remains in a village wiped out by tsunamis in Keude Teunom, Aceh province in northwestern Indonesia. Some 230,000 people were killed in the Indian Ocean tsunami set off by a magnitude 9.1 earthquake on Dec. 26, 2004. A dozen countries were hit, from Indonesia to India to Africa's east coast. Scores of Associated Press journalists covered the disaster, and as the 10th anniversary approached, the AP asked 10 of them to describe the images that have stuck with them the most. This is the ninth of their stories, which are being published daily through Dec. 26. (AP Photo/Eugene Hoshiko, File)
Foto: AP/Eugene Hoshiko

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, sistem peringatan dini dan tindakan dini merupakan alat penting untuk mengurangi risiko bencana dan mendukung adaptasi iklim. Sayangnya, ujar dia, banyak penduduk dunia yang belum memiliki akses ke sistem peringatan dini tersebut sehingga sangat rentan menjadi korban.

Padahal, imbuh dia, bumi dan penduduknya saat ini menghadapi ancaman akibat perubahan iklim.

Dia menjelaskan, sistem peringatan dini berisi data dan informasi seputar iklim dan kondisi atmosfer serta rencana tanggapan untuk meminimalkan dampak bencana iklim. Yang berperan melindungi masyarakat terhadap meningkatnya frekuensi bencana alam. 

Saat menjadi Key Speaker pada diskusi high-level panel dalam rangkaian 10th World Water Forum (WWF) di Bali, Dwikorita mengungkapkan, early warning system atau peringatan dini saat ini masih banyak ketimpangan bahkan injustice atau ketidakadilan, tak semua mendapat akses sama atau setara terhadap early warning for all tersebut.

Dwikorita pun menuturkan kembali saat gempa - tsunami menghantam Aceh pada tahun 2004 silam. Kala itu, Indonesia diakui tak berdaya saat tsunami  menyapu Aceh.

"Ketika itu, Indonesia tidak memiliki sistem peringatan dini tsunami sehingga jumlah korban yang berjatuhan sangat banyak. Bencana dahsyat tersebut menjadi titik balik bagi Indonesia dalam mengembangkan sistem peringatan dini yang lebih canggih dan efektif. Tidak hanya mengejar kecepatan, namun juga ketepatan dan akurasi," kata Dwikorita dalam keterangan resmi, Kamis (23/5/2024).

"Sejak saat itu, BMKG secara berkelanjutan terus melakukan berbagai langkah mitigasi dan inovasi sistem peringatan dini atau Early Warning System EWS) yang dirancang untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat," tambahnya.

Karena itu, imbuh dia, sistem peringatan dini lokal ataupun tradisional yang sudah ada di komunitas masyarakat harus tetap terus diterapkan bahkan diperkuat dengan diintegrasikan ke Sistem Peringatan Dini yang dibangun secara lebih moderen di tingkat nasional.

Selain itu, pelibatan partisipasi masyarakat yang disertai dengan program edukasi dan literasi, juga harus secara berkelanjutan dibangun dan dilakukan, untuk menjamin efektivitas keberhasilan Peringatan Dini yang diikuti dengan Aksi Dini secara cepat, tepat dan selamat.

"Bumi dan seluruh penduduknya menghadapi bahaya dari dampak besar perubahan iklim. Frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem terus meningkat di seluruh penjuru Bumi sehingga sistem peringatan dini untuk semua ini menjadi sebuah kebutuhan mendesak dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang terus menerus," kata Dwikorita.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati saat konferensi pers di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), ITDC Nusa Dua, Kamis (23/5/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Faisal Rahman)Foto: Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati saat konferensi pers di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), ITDC Nusa Dua, Kamis (23/5/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Faisal Rahman)
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati saat konferensi pers di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), ITDC Nusa Dua, Kamis (23/5/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Faisal Rahman)

"Karena keberhasilan sebuah sistem peringatan dini dapat terwujud, jika sistem peringatan dini tersebut dapat diakses banyak populasi. Kesenjangan antara pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam bertindak merespons cepat dan tepat terhadap peringatan tersebut semakin kecil," tukasnya.

Di sisi lain, dia mengingatkan, keberhasilan peringatan dini tidak hanya bergantung pada teknologi yang digunakan, tetapi juga pada keberlanjutan (continuity) dari para pemangku kebijakan dalam menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah dirancang.

"Teknologi hanyalah alat, namun komitmen dan keberlanjutan dari pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk terus menjalankan dan memelihara SOP peringatan dini adalah kunci utama. Harapannya, keberadaan Early Warning System For All akan semakin efektif dalam menyelamatkan nyawa dan mengurangi kerugian akibat bencana di masa mendatang," pungkas Dwikorita.


(dce/dce) Next Article Awas! Wilayah Ini Sangat Rawan Tsunami Menurut BMKG

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular