
Ternyata Ini Alasan Pemerintah Menaikkan Harga Eceran Tertinggi Beras

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) kembali memperpanjang masa relaksasi Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras medium dan premium. Dalam surat tertanggal 31 Mei 2024 yang ditandatangani oleh Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi itu disebutkan,, relaksasi HET dilakukan demi menjaga stabilisasi pasokan harga beras premium dan beras medium di pasar tradisional maupun ritel modern.
Deputi I Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa lalu menjelaskan, perpanjangan masa relaksasi HET beras ini juga dilakukan dengan tujuan untuk menjaga harga gabah di tingkat petani agar tidak jatuh kembali.
"Kalau HET-nya kita turunin, berarti kan input-nya jadi rendah, jangan-jangan kembali ke Rp5.000 lagi (gabahnya). Kasihan petani kita. Belum lagi MT (Musim Tanam) 2-nya mereka belum tentu menanam kan jangan-jangan, kita khawatir," kata Ketut kepada ²©²ÊÍøÕ¾, Selasa (4/6/2024).
"Oleh karena itu, pemerintah dalam mempertimbangkan segala macam, di samping memang ongkos produksi petani meningkat, sewa lahan meningkat. Maka hitung-hitungan wajarnya, harga beras medium dan premium itu berubah dari HET yang semula jadi HET yang baru," sambungnya.
Sebagai catatan, relaksasi itu menaikkan HET beras premium dan medium. Seperti untuk wilayah Jawa, Lampung, dan Sumatra Selatan ditetapkan, HET untuk beras premium dari sebelumnya Rp13.900 per kg menjadi Rp14.900 per kg. Sementara untuk HET beras medium dari sebelumnya Rp10.900 per kg menjadi Rp12.500 per kg.
Ketut mengatakan, yang menjadi perhatian mendasar pemerintah dalam menaikkan HET beras adalah ketersediaan barang, baik di ritel modern maupun pasar tradisional. Ia menilai, dengan adanya relaksasi ini, maka yang tadinya terjadi kelangkaan barang di ritel modern karena harga tinggi, kini stok berlimpah. Kemudian, ketika stok berlimpah di pasar modern, maka harga berangsur jinak.
"Yang tadinya harga tinggi, mungkin di atas HET, sehingga di ritel modern tidak berani jualan, maka dengan penyesuaian atau relaksasi yang diberikan, maka di ritel modern sekarang sudah ada barang. Bahwa nanti di pedagang pasar tradisional lebih tinggi, itu akan ada dibandingkan dengan yang di ritel modern, sehingga ketersediaan beras di seluruh pedagang baik di ritel modern maupun pasar tradisional itu tersedia," jelasnya.
Ketut menyebut ritel modern sebagai price leader bisa menjaga harga beras sesuai dengan HET yang ditetapkan oleh pemerintah.
"Artinya, begitu ritel modern menjual sesuai HET, maka di pasar tradisional tidak akan berani menjual jauh-jauh dari harga HET yang ditetapkan pemerintah. Tapi, begitu di ritel modern nggak ada barang, maka di pasar tradisional naiknya akan gila-gilaan. Karena kalau banyak pilihan, masyarakat bisa memilih, kalau mahal di pasar masyarakat akan lari belanja di ritel modern saja," pungkasnya.
(dce) Next Article Tiba-Tiba Harga Beras Naik Lagi, Pedagang Pasar Ungkap Biang Keroknya