Gak Main-Main, RI Punya Pabrik Biodiesel 20,26 Juta KL

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi raja di bidang hilirisasi sawit. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan produksi biodiesel hasil pengolahan sawit yang cukup besar di Tanah Air.
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah melaksanakan program mandatory penggunaan biodiesel hingga 35%. Program yang berlangsung sejak 10 tahun lalu ini didukung oleh pasokan biodiesel yang sangat melimpah dengan kapasitas produksi terpasang sebanyak 20,26 juta kiloliter (KL) per tahun.
"Kali ini mandatory penggunaan biodiesel telah mencapai 35%, di mana dukungan mandatory ini telah disuplai oleh kecukupan produksi dari kelapa sawit kita dan pada saat ini terpasang 20,26 juta kilo liter dan dengan insentif pendanaan pemerintah dengan pola dari BPDPKS serta kebijakan Pemerintah untuk menetapkan campuran biodiesel," ujar Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Eniya Listiani Dewi dalam acara Special Dialogue Strategi Meningkatkan Daya Saing Kelapa Sawit Indonesia Melalui Hilirisasi, Kamis (6/6/2024).
Demikian, Pemerintah juga melakukan monitoring evaluasi bersama dengan berbagai pihak serta adanya standar nasional yang mendukung pelaksanaan dari mandatory biodiesel ini. Tak ketinggalan, ia menjelaskan bahwa infrastruktur merupakan bagian terpenting dari pengadaan pemanfaatan biodiesel di sektor transportasi ini.
"Kenapa kita menerapkan? Pertama kita memang menginginkan mengurangi ketergantungan dari impor diesel yang selama ini sudah dilakukan dan 2019 kita sudah mulai turun dengan adanya konversi penggunaan biodiesel dan Indonesia memiliki potensi CPO yang sangat besar sehingga kalau kita memanfaatkan CPO ini akan terkait dengan kesejahteraan petani," imbuhnya.
Menurut Eniya Listiani, dengan adanya komitmen ini CO2 harus bisa turun. Dalam rangka menurunkan emisi dari Gas Rumah Kaca (GRK) dan dengan adanya pemanfaatan tersebut bisa memperbaiki defisit neraca perdagangan serta menjaga stabilisasi dari harga CPO.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, dari pemakaian CPO ini nantinya akan tumbuh nilai hilirisasi dari agroindustri yang bisa menjadi salah satu bagian dari supply chain pengadaan biodiesel dan tentu saja karena menggunakan bio double fuel dampak negatif terhadap lingkungan itu tidak ada. Sehingga, pemanfaatan biodiesel ini sudah sangat komprehensif.
"Kalau kita lihat peta jalan dari program biodiesel sejak 2019 setelah dimulai dengan adanya pembiayaan APBN hingga 2015 di mana introduction untuk pemakaian biodiesel itu dari 2%, 7,5%, lalu 10% di tahun 2014 dan saat itu kita trial untuk road test B20 atau 20% penggunaan biofuel untuk diesel telah kita mulai dan di 2015 sudah ada 15% mandatory dari biodiesel," jelasnya.
Dia bilang, setelah itu pembiayaan beralih kepada insentif BPDPKS dan menaikkan porsinya menjadi B20 lalu B30 sampai 2022 lalu dan 2023 ini mandatory B35 telah dilakukan. Asal tahu saja, Indonesia juga telah siap jika ada uji terap pengujian dari sektor otomotif pada tahun ini.
"Jadi, pengguna B40 untuk sektor otomotif selesai uji dan ke depan saat ini juga kita sedang melakukan uji untuk alat berat pertambangan, perkeretaapian, kelautan, dan alat pertanian. Selanjutnya dari program ini kita upayakan untuk penggunaan B40 bisa secepat mungkin," kata dia.
Sementara itu, dari produksi keseimbangan CPO ini kalau dilihat dari capaian pemanfaatan sawit untuk energi, saat ini sawit merupakan penghasil devisa tertinggi dan pemanfaatan sawit di energi adalah isu terbesar yang kita gaungkan bahwa dari perkebunan bisa merambah ke ranah energi.
Lebih lanjut, dengan adanya pemanfaatan CPO menjadi biodiesel ini hanya perlu menjaga harga. Sebab, adanya pemanfaatan CPO untuk biodiesel diperlukan pasar yang masif dan ini diharapkan untuk menjaga harga agar tidak jatuh.
"Dan kalau kita melihat porsinya, pemanfaatan biodiesel ini juga dijaga. Jadi tidak bertentangan dengan bagian dari oil untuk pangan, juga oil chemical, dan untuk bisa mengurangi porsi ekspor," pungkas Eniya Listiani.Â
(bul/bul) Next Article Konsumsi Minyak Sawit RI Tahun 2024 Diprediksi Naik 2 Juta Ton Lebih
