
Rebut Takhta China, Pasar AS Jadi Kesayangan 'Geng' RI Cs

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Ekspor negara-negara ASEAN ke Amerika Serikat (AS) pada periode Januari-Maret 2024 telah melampaui ekspor ke China untuk pertama kalinya dalam enam kuartal terakhir.
Perdagangan di kawasan ini tampaknya bergeser seiring dengan pergerakan dalam rantai pasokan global.
Laporan Nikkei Asia yang dikutip Kamis (13/6/2024) menghimpun data untuk 10 anggota ASEAN berdasarkan statistik dari sekretariat blok tersebut, masing-masing pemerintah, dan laporan media lokal.
Data yang dihimpun menunjukkan ekspor ASEAN ke AS mencapai US$67,2 miliar (Rp1.095 triliun) pada kuartal Januari-Maret, melampaui ekspor ke China yang mencapai US$57 miliar (Rp928 triliun).
Para ahli mengatakan tren tersebut mencerminkan meningkatnya pengadaan semikonduktor dan suku cadang listrik oleh AS dari ASEAN dan ekonomi China yang lesu.
Ekspor Malaysia ke AS meningkat 8% year-on-year pada kuartal tersebut, sedangkan ekspor ke China menurun 3,3%.
"Tren saat ini didorong oleh faktor struktural dan siklus," kata ekonom Intan Nadia Jalil di CIMB Group.
"Meskipun China tetap menjadi bagian integral dari rantai nilai [listrik dan elektronik], kenaikan biaya serta faktor politik dan kelembagaan - yang utamanya adalah ketegangan perdagangan antara kedua negara adidaya - telah semakin mendorong perusahaan-perusahaan AS untuk pindah dari China, dengan Malaysia menjadi salah satu penerima manfaat."
Ia menambahkan bahwa penyebab struktural memperburuk tren ekonomi siklus, mengacu pada peralihan konsumsi di China dari impor ke komponen kelas atas yang diproduksi di dalam negeri seperti chip.
Arinah Najwa, direktur BowerGroupAsia, sebuah grup konsultan regional, memberikan pandangan lain.
"Perusahaan-perusahaan AS mengurangi risiko dari China dan mendiversifikasi rantai pasokan mereka untuk mengurangi ketergantungan pada China, dengan Malaysia menjadi alternatif yang menarik karena ekosistem manufakturnya yang kuat, lokasi yang strategis, dan tenaga kerja yang terampil," katanya, menambahkan bahwa tren tersebut dapat berfluktuasi.
Untuk Vietnam, AS pada tahun 2023 menerima 28% dari ekspor negara tersebut dan China 17%. Ekspor negara tersebut ke AS meningkat 24% menjadi US$25,7 miliar (Rp418 triliun) pada kuartal pertama.
Ini enaikan terbesar di antara negara-negara anggota ASEAN, jauh di atas Thailand yang mencapai US$12,6 miliar (Rp205 triliun) dan Singapura yang mencapai US$12,0 miliar (Rp195 triliun).
Demikian pula, ekspor Thailand ke China pada kuartal pertama turun 5,1% dari year-over-year, dengan penurunan pada karet alam, produk tapioka, dan buah-buahan. Sebaliknya, ekspor ke AS meningkat 9,8%, didorong oleh produk pertanian dan agroindustri.
Faktor penting lain yang membebani ekspor Thailand pada kuartal pertama tahun ini adalah ekspor mobil. Surapong Paisitpattanapong, kepala klub otomotif Federasi Industri Thailand, mengatakan jumlah kendaraan yang diproduksi untuk ekspor turun menjadi 273.680, turun 5% dari tahun ke tahun.
Jika Hong Kong disertakan, wilayah tersebut biasanya dibedakan dari daratan China dalam statistik karena sering berfungsi sebagai titik transit untuk ekspor ke negara ketiga, ekspor ASEAN ke China dan Hong Kong pada kuartal pertama tahun 2024 mencapai US$69,4 miliar (Rp1.130 triliun), melebihi ekspor yang ditujukan ke AS.
Namun, selisihnya jauh lebih kecil dibandingkan sebelumnya. Pada kuartal pertama tahun 2021, ekspor ASEAN ke China dan Hong Kong mencapai US$86,4 miliar (Rp1.407 triliun), sedangkan ekspor ke AS mencapai US$59 miliar (Rp961 triliun).
(luc/luc) Next Article China Tiba-Tiba Warning RI Cs Gegara NATO