
Diam-Diam Ada yang Untung Saat Dolar Rp 16.400!

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Pelemahan nilai tukar rupiah yang belakangan mencapai Rp 16.400/US$ akan berdampak buruk terhadap sejumlah sektor perekonomian di Indonesia. Meski demikian, ada sejumlah sektor lain yang mendapat untung dari pelemahan mata uang Garuda ini.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Telisa Aulia Falianty mengatakan sektor-sektor yang sedikit mendapatkan berkah dari pelemahan rupiah ini adalah mereka yang berorientasi ekspor. Selain itu, kata dia, sektor pariwisata juga ikut terbantu.
"Kita terbantu sedikit dari ekspor dan pariwisata," kata dia dikutip, Senin, (23/6/2024).
Meski demikian, dia mengatakan dampak pelemahan rupiah akan lebih banyak mudaratnya. Terlebih, kata dia, apabila pelemahan itu terlalu dalam.
"Overall akan negatif apabila pelemahan rupiah terlalu dalam," katanya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan di tengah keterpurukan industri tekstil Indonesia, angin segar datang dari Amerika Serikat.
Dia mengatakan sejak Amerika Serikat menerapkan tarif tinggi untuk produk tekstil dari China, terjadi peralihan impor AS yang berasal dari Indonesia.
"Masih ada ruang buat kita untuk menggantikan pesanan AS dari China," katanya.
Redma mengatakan ekspor produk tekstil dari Indonesia ke AS pada kuartal I 2024 naik 5% secara year-on-year. Dia bilang produk yang paling banyak diekspor adalah pakaian dan aksesoris. "Memang belum terlalu tinggi," katanya.
Meski begitu, Redma mengatakan pelemahan rupiah terhadap dolar ini tak bisa terjadi terus menerus. Dia mengatakan industri tekstil masih banyak menggantungkan bahan bakunya dari impor, seperti kebutuhan kapas. Karenanya, pelemahan nilai tukar akan mengakibatkan industri tekstil terutama dengan skala sedang terancam kolaps.
"Perkiraan maksimal 3 bulan akan banyak yang kolaps," kata dia.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani mengatakan industri yang paling terdampak adalah sektor manufaktur padat karya berorientasi ekspor, khususnya tekstil dan garmen.
"Industri tekstil dan garmen sudah lemah karena penurunan market share pasar domestik dan penurunan daya saing ekspor besar. Depresiasi rupiah semakin menekan sektor ini," kata dia.
Dia mengatakan tekanan dari depresiasi rupiah juga akan dirasakan oleh sektor yang menggantungkan kebutuhan bahan bakunya dari impor. Dia menyebut sektor-sektor yang akan paling terdampak adalah industri otomotif, elektronik, farmasi/alat kesehatan dan logistik.
"Bila depresiasi Rupiah dan inflasi kebutuhan pokok berlanjut, industri manufaktur nasional berorientasi domestik akan menghadapi penurunan produktivitas dan kesulitan mempertahankan tenaga kerja," kata dia.
(haa/haa) Next Article Now! Sandi Uno Blak-Blakan Soal Bisnis Hiburan Hingga Kabinet Jokowi