²©²ÊÍøÕ¾

Sri Mulyani Pasang 'Mode Waspada', Pantau Ketat 3 Masalah Ini!

Rosseno Aji Nugroho, ²©²ÊÍøÕ¾
24 June 2024 10:01
Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyampaikan keterangan saat konferensi pers terkait Kondisi Fundamental Ekonomi Terkini dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Senin (24/6/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Faisal Rahman)
Foto: Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyampaikan keterangan saat konferensi pers terkait Kondisi Fundamental Ekonomi Terkini dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Senin (24/6/2024). (²©²ÊÍøÕ¾/Faisal Rahman)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan resiliensi ekonomi Indonesia tidak terbebas dari ujian global. Dalam radar Kementerian Keuangan, ada tiga indikator yang terus dipantau saat ini.

Sri Mulyani menuturkan ketiga indikator ini terus dimonitor dan akan diwaspadai karena ini berpengaruh pada kinerja APBN yang berjalan pada tahun ini, 2024.

Pertama, kata Sri Mulyani, mengatakan pasar keuangan global memang mengalami turbulansi akibat posisi the Fed atau bank sentral AS yang tetap mempertahankan suku bunga acuannya, Fed Fund Rate, di level 5,5%.

"Ini adalah level yang sangat tinggi dibandingkan 2022 yang baru di bawah 1%, jadi kenaikan hanya dalam 24 bulan dan bertahan lama," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers, Senin (24/6/2024).

Pasar, menurut Sri Mulyani, memiliki ekspektasi agar Fed Fund Rate (FFR) turun. Namun, dalam komunikasi terakhir dari FOMC, suku bunga the Fed ini akan dipertahankan tinggi hingga akhir tahun.

"Kalaupun turun hanya sekali," tegasnya. Pasar memperkirakan FFR akan turun 4-6 kali, ternyata ini tidak terjadi.

Kedua, dengan FFR yang bertahan di level tinggi, indeks dolar AS (DXY) ikut menguat. Bahkan, level DXY mencapai 102,18. Alhasil, banyak mata uang mengalami depresiasi, termasuk rupiah.

"Indonesia yang merah di 95,22 (indeks), banyak negara Amerika Latin yang jauh lebih dalam," katanya.

Menurut Sri Mulyani, Indonesia tidak ingin kena stigma 'emerging yang vulnarable' atau negara berkembang yang rentan, maka penting untuk mengdepankan komunikasi dan menjaga kebijakan fiskal, moneter untuk menjaga ekonomi makro Indonesia.

Terakhir, tahun ini, Bank Indonesia (BI) merilis SRBI. Sri Mulyani menilai instrumen ini mampu menarik masuk modal asing karena yield atau imbal hasil dari SBN masih relatif tidak naik.

"Ini berarti kita dan BI akan mengelola stabilitas harga nilai tukar dan stabilitas yield dari SBN," tegas Sri Mulyani.

"Ketiga ini, tiga-tiganya sama penting dan kita terus bekerja sama agar ketiganya relatif stabil, karena environment yang gerak dan tekanannya tidak mungkin kita tak terdampak tapi harus manageable," tegasnya.


(haa/haa) Next Article Termasuk Perang, Sri Mulyani Ungkap Alasan Dunia Kini Masih Gelap

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular