
Kudeta Militer Gagal Total di Bolivia, Mengapa Ini Terjadi?

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kudeta militer di Bolivia gagal total. Kepala Angkatan Darat Bolivia, Jenderal Juan Jose Zuniga, ditangkap pada Rabu malam waktu setempat.
Ia ditangkap dan dipaksa masuk ke dalam mobil polisi saat ia berbicara kepada wartawan di luar barak militer. "Jenderal, Anda ditahan," kata Wakil Menteri Dalam Negeri Jhonny Aguilera kepada Zuniga, seperti yang ditayangkan dalam rekaman televisi pemerintah, dikutip dari AFP, Kamis (27/6/2024).
Sebelumnya penangkapan, tentara dan tank-tank kendaraan lapis baja menyerbu gedung pemerintah di ibu kota La Paz. Pasukan dan tank memasuki Plaza Murillo, sebuah alun-alun bersejarah tempat kantor kepresidenan dan Kongres berada, pada sore hari. Salah satu tank mencoba mendobrak pintu besi istana presiden.
Dikelilingi oleh tentara dan delapan tank, saat itu Zuniga mengatakan angkatan bersenjata bermaksud untuk merestrukturisasi demokrasi, menjadikannya demokrasi sejati dan bukan demokrasi yang dijalankan oleh beberapa orang yang sama selama 30, 40 tahun. Tak lama kemudian, laporan AFP melihat tentara dan tank mundur dari alun-alun.
"Tidak seorang pun dapat merampas demokrasi yang telah kita menangkan," kata Presiden Bolivia Luis Arce dari balkon istana pemerintah di hadapan ratusan pendukungnya. Ia mendorong rakyat Bolivia untuk berorganisasi dan memobilisasi diri melawan kudeta demi demokrasi dan juga melantik pemimpin militer baru dengan pemecatan Zuniga.
Lalu Mengapa Kudeta Terjadi?
Bolivia sangat terpolarisasi setelah bertahun-tahun mengalami ketidakstabilan politik. Gerakan Menuju Sosialisme (MAS) yang berkuasa terkoyak oleh konflik internal antara pendukung Arce dan mantan mentornya Morales.
Morales, yang merupakan presiden pertama Bolivia yang berasal dari suku asli, sangat populer. Ini membuatnya "kebablasan" hingga ia mencoba untuk mengabaikan konstitusi dan mencalonkan diri untuk masa jabatan keempat pada tahun 2019.
Pemimpin serikat koka yang berhaluan kiri dan mantan pemimpin serikat itu memang memenangkan pemilihan tersebut. Tetapi pada akhirnya, ia dipaksa mengundurkan diri di tengah protes yang mematikan atas dugaan kecurangan pemilu, dan melarikan diri dari negara tersebut.
Ia kembali ke Bolivia setelah Arce memenangkan kursi kepresidenan pada bulan Oktober 2020. Sejak saat itu, perebutan kekuasaan telah berkembang di antara kedua pria tersebut.
Morales semakin sering mengkritik pemerintah. Ia menuduh pemerintah Arce melakukan korupsi, menoleransi perdagangan narkoba, dan menyingkirkannya secara politis.
Enam bulan lalu, Mahkamah Konstitusi mendiskualifikasi Morales dari pemilihan umum 2025. Namun ia masih mencalonkan diri sebagai kandidat MAS.
Arce belum mengatakan apakah ia akan mencalonkan diri kembali. Namun Zuniga muncul di televisi pada Senin dan mengatakan dia akan menangkap Morales jika dia bersikeras mencalonkan diri lagi pada tahun 2025.
"Secara hukum dia didiskualifikasi, orang itu tidak bisa menjadi presiden negara ini lagi," katanya. Sejak wawancara itu, rumor beredar bahwa Zuniga hampir dipecat.
(sef/sef) Next Article Kudeta Militer Guncang Negara Ini, Tentara-Tank Serbu Istana Presiden