
Jadi Korban Putin, Negara Eropa Ini Mau Bangkrut

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Perekonomian Eropa terus mengalami tantangan besar. Hambatan mulai melanda wilayah itu setelah Rusia menyerang Ukraina pada 2022 lalu.
Hal ini pun telah membawa bencana bagi ekonomi Ukraina. Negara di Timur Eropa ini disebut bisa gagal membayar utangnya pada awal bulan depan jika gagal menegosiasikan kesepakatan restrukturisasi dengan para krediturnya.
Pada bulan Februari 2022, sejumlah pemegang obligasi Kyiv, termasuk raksasa keuangan Amerika Serikat (AS) BlackRock dan Pimco, serta manajer aset Prancis Amundi, memberi Ukraina kebebasan untuk tidak membayarkan utangnya selama dua tahun mengingat konfliknya dengan Rusia.
Namun perjanjian itu akan berakhir pada bulan Agustus. The Economist melaporkan bahwa para kreditor Kyiv sangat ingin agar negara itu mulai membayar bunga utangnya lagi.
"Pengaturan tersebut bernilai 15% dari PDB tahunan Ukraina, yang berarti bahwa jika pembayaran diperlukan, maka pembayaran tersebut akan menjadi kategori pengeluaran terbesar kedua di Ukraina setelah pertahanan," tulis media itu yang dilansir Russia Today, Selasa (2/7/2024).
Konflik dengan Rusia telah memberikan pukulan berat terhadap perekonomian Ukraina. Rasio utang terhadap PDB negara itu akan mendekati 94% pada akhir tahun ini.
"Meskipun ada dukungan Barat yang mengesankan meskipun sebagian besar datang dalam bentuk artileri, tank, dan dana yang dialokasikan, bukan uang tunai," jelas artikel tersebut lagi
"Ukraina mempunyai waktu satu bulan untuk menghindari gagal bayar. Dana Moneter Internasional (IMF) ingin menegosiasikan rencana keringanan utang, namun kesepakatan semacam itu tidak mungkin terjadi dalam jangka waktu yang tersedia," tambahnya.
Bulan lalu, pemerintah Ukraina gagal mencapai kesepakatan dengan sekelompok investor asing mengenai restrukturisasi utang negaranya sebesar US$ 20 miliar (Rp 327 triliun) dalam Eurobonds. Kyiv telah mendesak pemegang obligasi untuk menerima penurunan nilai utang yang besar dalam upaya memenuhi tuntutan IMF untuk merestrukturisasi dan mempertahankan akses ke pasar internasional.
Jika kesepakatan restrukturisasi utang baru tidak tercapai, Ukraina akan mengalami gagal bayar (default). Hal ini akan merusak peringkat kredit negara tersebut dan mempersulit kemampuan negara tersebut untuk meminjam di masa depan.
"Skenario yang paling mungkin terjadi di Kyiv adalah perpanjangan pembekuan pembayaran utang hingga tahun 2027 atau deklarasi gagal bayar (default). Bagaimanapun, Ukraina tidak akan melanjutkan pembayaran kepada kreditornya," tambahnya.
(sef/sef) Next Article Warning Krisis Baru Hantam Bumi, Negara Berkembang Bangkrut Berjamaah