
Siaga! Perang Nuklir Sudah Dekat, Putin Beri Sinyal Baru Lagi

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Presiden Rusia Vladimir Putin resmi mengumumkan pembangunan sistem manufaktur senjata baru yang sebelumnya dilarang berdasarkan perjanjian Intermediete Range Nuclear Forces (INF).
Perjanjian INF sendiri disepakati Rusia dengan Amerika Serikat (AS) 1 Juni 1988, berisi penghapusan pembuatan semua rudal jarak menengahnya yaitu 500 hingga 5.500 km, namun bubar 2019 lalu ketika Washington menarik diri dari perjanjian tersebut.
"Industri pertahanan Rusia siap untuk mulai memproduksi rudal jarak menengah dan jarak pendek yang telah dilarang berdasarkan perjanjian dengan AS, tapi kini sudah tidak berlaku lagi," tulis Russia Today (RT) mengutip pengumuman langsung Putin, pada Kamis waktu setempat, dilansir Jumat (5/7/2024).
"Seperti yang saya katakan, sehubungan dengan penarikan AS dari perjanjian ini dan pengumuman bahwa mereka akan memulai produksi, kami juga menganggap diri kami berhak untuk memulai penelitian, pengembangan, dan di masa depan, produksi," tegas Putin.
"Kami sedang melakukan penelitian, dan kami siap memulai produksi. Pada prinsipnya, kami telah memberikan instruksi yang relevan kepada industri kami," tambahnya.
Sebenarnya ini telah diwacanakan Putin pekan lalu di depan Dewan Keamanan Nasional di Moskow. Putin menyebutkan kemungkinan bahwa Rusia akan melanjutkan produksi sistem rudal yang sebelumnya dilarang, dengan alasan "tindakan permusuhan" AS.
"Kita sekarang tahu bahwa AS tidak hanya memproduksi sistem rudal ini, namun juga membawanya ke Eropa, Denmark, untuk digunakan dalam latihan. Belum lama ini dikabarkan mereka berada di Filipina," kata Putin saat itu.
"Tindakan Washington membuat Moskow tidak punya pilihan selain menghidupkan kembali program jangka menengah dan jangka pendeknya," tambahnya.
"Akan dikerahkan berdasarkan situasi aktual, jika diperlukan," ujarnya.
Secara rinci, perjanjian INF telah melarang AS dan Rusia memproduksi dan menggunakan rudal balistik dan jelajah berbasis darat. Tapi, perjanjian tersebut tidak mempengaruhi sistem berbasis udara atau laut dengan jangkauan yang sama.
Dulunya, hal ini diyakini membantu menurunkan ketegangan mengenai penyebaran senjata nuklir di Eropa. AS sendiri menarik diri dari perjanjian tersebut dengan klaim Moskow lebih dulu melanggar perjanjian.
(sef/sef) Next Article Perang Nuklir Benar-Benar di Depan Mata, Putin Beri Ancaman Baru