Kaget! Luhut Ungkap Tak Ada Peta Indonesia di Bursa Logam Nikel Dunia

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan bercerita betapa kaget dirinya saat mengetahui bahwa salah satu Bursa Logam terkemuka di dunia tidak memiliki peta Indonesia.
Dia menyebut, hal ini terjadi ketika tiga tahun lalu dirinya menyambangi Bursa Logam di London, Inggris, yakni London Metal Exchange (LME).
Padahal, Indonesia sendiri terkenal sebagai negara dengan jumlah cadangan nikel terbesar di dunia.
"Memang waktu saya pergi ke LME, masa dia paparin sama saya nggak ada Indonesia, petanya pun di India. Oh iya, itu 3 tahun yang lalu. Saya bilang, masa Indonesia kalau nggak bisa (masuk peta di LME), itu kan dekat dengan Malaysia," beber Luhut saat ditanya tanggapannya perihal Indonesia yang akhirnya masuk dalam LME baru-baru ini, dalam program Economic Update ²©²ÊÍøÕ¾, Selasa (30/07/2024).
Lebih lanjut, dia mengatakan masuknya Indonesia dalam bursa nikel dunia merupakan hal yang monumental pada tahun 2024 ini.
"Sangat (monumental). Sekarang harga, kita yang menentukan harga di LME, belum, never happens in the history.. Apa namanya itu? LME. Nggak pernah," tambahnya.
Dengan begitu, Luhut mengatakan Indonesia harus menjadi penentu harga nikel dunia. Oleh karena itu, menurutnya Indonesia seharusnya memiliki keberanian.
"Sekarang, kita yang menentukan harga (nikel) di situ. Kita menentukan. Jadi kita tuh harus punya keberanian juga, kita punya right untuk say no and say yes," tegasnya.
Asal tahu saja, London Metal Exchange (LME) pada akhir Mei 2024 lalu baru saja menyetujui pencatatan merek nikel olahan pertama dari Indonesia, dengan kode "DX-zwdx". Meskipun namanya mungkin tidak begitu mudah diingat, masuknya merek baru ini dalam daftar pengiriman yang baik dari LME merupakan momen penting bagi industri global dan nikel Indonesia.
Merek "DX-zwdx" yang baru, dengan kemurnian minimal 99,8% nikel, adalah nikel produksi PT CNGR Ding Xing New Energy. Perusahaan tersebut adalah usaha patungan antara grup bahan baterai China CNGR Advanced Material Co. dan perusahaan lokal.
Mereka memproduksi 50.000 ton logam lembaran penuh setiap tahun dengan spesifikasi tersebut.
LME merupakan bursa berjangka dan opsi terbesar dan tertua di dunia untuk perdagangan logam industri, termasuk aluminium, tembaga, nikel, dan seng. Pada Agustus 2022, ada lebih dari 450 merek yang terdaftar di LME dari lebih dari 55 negara.
Semua merek yang disetujui masuk bursa LME harus mematuhi persyaratan yang ketat tentang kualitas, bentuk, dan berat, sebagaimana diuraikan oleh bursa.
(wia) Next Article Luhut Sebut RI Ketiban Durian Runtuh Rp640 Triliun dari Nikel di 2023
