
Ada Proyek Kebanggaan Jokowi, Ekonomi 2 Daerah RI Ini Langsung Melejit

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas mengungkapkan program hilirisasi nikel yang digencarkan pemerintah selama ini telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran daerah.
Terutama yang terjadi di Morowali, Sulawesi Tengah dan Halmahera, Maluku Utara.
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Kementerian PPN/Bappenas Vivi Yulaswati mengatakan program hilirisasi nikel di dua provinsi tersebut memberi dampak terhadap pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
"Dengan adanya hilirisasi dari sektor pertambangan kita bisa lihat ini 2 contoh daerah Morowali dan juga Halmahera tengah," kata dia di Jakarta, Selasa (6/8/2024).
Ia pun membeberkan bahwa pada tahun 2022 struktur ekonomi di wilayah Morowali melonjak hingga 73% dibandingkan tahun 2010 yang hanya tercatat sebesar 8%. Sementara untuk di Halmahera, terjadi peningkatan dari yang semula hanya 3% menjadi 61%.
Menurut dia, transformasi ekonomi dengan sektor primer dari industri berbasis nilai tambah ini cukup banyak. Mulai dari nikel, bauksit, tembaga, dan beberapa komoditas lainnya.
"Kita sudah mulai beberapa policy atau kebijakan seperti misalnya larangan ekspor barang mentah untuk ketiga mineral ini yaitu nikel, bauksit dan juga tembaga dan dari sini kita bisa lihat terjadinya peningkatan nilai ekspor produk-produk turunannya sehingga tentunya kita berbicara mengenai hilirisasi sumber daya alam tadi yang perlu disertai dengan peningkatan nilai tambah dari masing-masing itu menambah sumber pertumbuhan ekonomi ke depan," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyebut investasi di luar Pulau Jawa kini telah lebih besar dibandingkan di Pulau Jawa, yakni telah berkontribusi 58% dari total investasi di Indonesia.
Besarnya investasi di luar Pulau Jawa tersebut menurutnya tak lain karena dipicu adanya program hilirisasi tambang, khususnya komoditas nikel. Dia menyebut, lonjakan investasi utamanya terjadi di Morowali, Sulawesi Tengah, dan Halmahera, Maluku Utara.
"Karena hilirisasi ini sekarang investasi di luar Pulau Jawa menyumbang 58% dan di dalam Pulau Jawa 42%. Sebelumnya, kita tidak punya industri di Morowali dan Halmahera. Sekarang lihat. Jadi, ini lah dampak dari hilirisasi pada pertumbuhan ekonomi regional," tuturnya dalam acara Indonesia Sustainability Forum (ISF) di Jakarta, Kamis (07/09/2023).
"Itu pun baru dari hilirisasi nikel, kita belum bicara lainnya," imbuhnya.
Begitu juga secara nasional, menurutnya hilirisasi juga berdampak pada perekonomian nasional. Nilai ekspor nikel kini sudah mencapai US$ 34 miliar, jauh meningkat dibandingkan beberapa tahun lalu ketika Indonesia hanya mengekspor mineral mentah, nilai ekspor hanya mencapai US$ 2-3 miliar.
"Jadi, kami tidak hanya ingin membangun satu industri, tapi ekosistem, dari bahan mentah, pabrik pengolahan (refinery), pembangkit listrik tenaga air, dan lainnya. Jadi, ekosistem ini yang membangun ekonomi kita di masa depan," ungkapnya.
(pgr/pgr) Next Article Era Presiden Baru: Pertumbuhan Ekonomi RI Dipatok 5,3-5,6% di RKP 2025