²©²ÊÍøÕ¾

Internasional

Ancaman Baru Muncul di Eropa, Bawa-Bawa Kondom

Tommy Patrio Sorongan, ²©²ÊÍøÕ¾
29 August 2024 11:06
condom
Foto: Reuters

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Eropa telah mengalami fenomena seks yang baru. Hal ini diungkap oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Eropa.

Dalam sebuah pemaparan Rabu waktu setempat, WHO Eropa menyebut penggunaan kondom di kalangan remaja yang aktif secara seksual telah menurun secara signifikan di Eropa selama dekade terakhir. Hal ini membawa resiko tersendiri. 

"Hal ini menempatkan kaum muda pada risiko yang signifikan terhadap infeksi menular seksual (IMS) dan kehamilan yang tidak direncanakan," lapor lembaga tersebut dikutip AFP, dikutip Kamis (29/8/2024).

Data survei 242.000 anak berusia 15 tahun di 42 dari 53 negara anggota WHO Eropa, proporsi remaja laki-laki yang aktif secara seksual yang menggunakan kondom saat terakhir kali berhubungan seks turun dari 70% pada tahun 2014 menjadi 61% pada tahun 2022. Angka untuk anak perempuan yang mengatakan kondom telah digunakan saat terakhir kali berhubungan seks juga turun dari 63% menjadi 57%.

Hampir sepertiga remaja mengatakan mereka tidak menggunakan kondom maupun pil kontrasepsi saat terakhir kali berhubungan seksual. Khusus pil kontrasepsi, hanya 26% remaja berusia 15 tahun melaporkan bahwa mereka atau pasangannya telah menggunakan pil tersebut saat terakhir kali berhubungan seksual.

Secara rinci, laporan tersebut juga menunjukkan bahwa remaja dari keluarga berpenghasilan rendah lebih cenderung tidak menggunakan kondom atau pil. Dalam kategori masyarakat ini, 33% melaporkan tidak menggunakan keduanya saat berhubungan seksual terakhir, dibandingkan dengan 25% dari keluarga yang lebih kaya.

"Pendidikan seksualitas komprehensif yang sesuai usia masih diabaikan di banyak negara, dan jika tersedia, pendidikan tersebut semakin diserang dalam beberapa tahun terakhir dengan alasan yang salah bahwa pendidikan tersebut mendorong perilaku seksual," kata direktur WHO Eropa Hans Kluge dalam sebuah pernyataan.

"Yang sebenarnya adalah bahwa membekali kaum muda dengan pengetahuan yang tepat pada waktu yang tepat akan menghasilkan hasil kesehatan yang optimal yang terkait dengan perilaku dan pilihan yang bertanggung jawab," tambahnya.

Lebih lanjut WHO Eropa juga memaparkan bahwa selain tingkat IMS dan angka kehamilan tinggi, pendidikan seksualitas yang tidak memadai juga menyebabkan meningkatnya biaya perawatan kesehatan dan terganggunya pendidikan serta karier bagi kaum muda.

"Kita menuai buah pahit dari upaya reaksioner ini, dan akan lebih buruk lagi jika pemerintah, otoritas kesehatan, sektor pendidikan, dan pemangku kepentingan penting lainnya benar-benar menyadari akar penyebab situasi saat ini dan mengambil langkah-langkah untuk memperbaikinya," tambahnya.

"Kami mendesak para pembuat kebijakan, pendidik, dan penyedia layanan kesehatan untuk berinvestasi dalam pendidikan seksualitas yang komprehensif, meningkatkan akses ke layanan kesehatan seksual, mempromosikan dialog, dan melatih para pendidik dengan lebih baik," jelasnya lagi.


(sef/sef) Next Article Ekonomi Indonesia Lebih Tangguh dari Eropa, Ini Buktinya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular