
Awas RI Ketularan, Ekonomi Negara Eropa Stagnan & Pemerintah Tertekan

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Ekonomi sejumlah negara besar di Eropa sedang tidak baik-baik saja. Data terkini di kuartal III-2024, ekonomi negara pengguna mata uang euro (eurozone) hanya tumbuh 0,4% saja atau nyaris stagnan.
Dilansir dari AFP, Rabu (30/10/2024), ekonomi Jerman pada kuartal III-2024 tumbuh hanya 0,2%. Meski tumbuh sangat tipis, namun secara teknikal negeri dengan ekonomi terbesar di Eropa ini terhindar dari resesi. Suatu negara dinyatakan resesi secara teknikal apabila pertumbuhan ekonominya minus dalam dua kuartal berturut-turut.
Ekonomi Jerman disebut mengalami stagnasi dalam beberapa tahun terakhir. Penyebabnya adalah tingginya harga energi, menurunnya ekspor, dan meningkatnya persaingan dengan produk-produk buatan China.
Pada kuartal II-2024, ekonomi Jerman bergerak minus 0,1%. Meski tumbuh 0,2% di kuartal III-2024, namun banyak pihak mengatakan masih terlalu dini mengatakan ada sinyal positif pada perekonomian.
Diberitakan juga, ekonomi Prancis pada periode yang sama hanya tumbuh 0,4% itu pun sudah didorong oleh adanya penyelenggaraan Olimpiade. Sementara ekonomi Spanyol hanya tumbuh 0,8%.
Seperti di negara Eropa lainnya, kondisi industri manufaktur di Jerman terhantam oleh tingginya biaya energi karena perang antara Rusia dan Ukraina. Ini menyebabkan industri tidak mampu bersaing dengan negara lain.
Berita terbaru, produsen otomotif terbesar Jerman, yaitu Volkswagen melaporkan penurunan tajam laba pada kuartal III-2024. Perusahaan ini menyatakan harus segera melakukan efisiensi untuk meningkatkan daya saingnya.
Bahkan Volkswagen berencana untuk menutup tiga pabriknya di Jerman dan melakukan PHK terhadap puluhan ribu pegawainya. Penyebab jatuhnya Volkswagen adalah kalah saing dengan produk China, khususnya untuk produk kendaraan listrik.
Kondisi ekonomi di China juga sedang tidak baik-baik saja. Ini membuat permintaan produk otomotif Jerman seperti Volkswagen, BMW, dan Mercedes-Benz menurun.
Iklim ekonomi yang mendung ini menjadi tekanan bagi pemerintah Jerman, di mana harus melakukan perubahan struktural, seperti perbaikan birokrasi, investasi infrastruktur yang lemah, serta profil tenaga kerja yang didominasi oleh orang yang berumur. Terakhir adalah mahalnya biaya transisi menuju energi hijau.
Kanselir Jerman, Olaf Scholz, ditekan untuk mengambil tindakan segera. Namun, tiga partai koalisi pendukungnya malah berselisih soal cara terbaik yang harus diambil untuk memperbaiki ekonomi. Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck, yang berasal dari Partai Hijau, mengajukan investasi besar-besaran miliaran dolar euro untuk membantu menggerakkan bisnis. Namun ide tersebut ditolak mentah-mentah oleh Menteri Keuangan, Christian Lindner dari Partai FDP yang beraliran liberal.
Lindner tidak mau melanggar batas utang pemerintah Jerman yang telah ditetapkan oleh konstitusi. Muncul perdebatan, apakah Jerman harus mendobrak aturan batas utang untuk membiayai ekonominya.
(wed/wed) Next Article Ekonomi Indonesia Lebih Tangguh dari Eropa, Ini Buktinya!