²©²ÊÍøÕ¾

Tahun Perak Ekonomi Biru, Menuju Indonesia Emas

Martyasari Rizky, ²©²ÊÍøÕ¾
30 August 2024 09:47
Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono dalam program Economic Update 2024. (²©²ÊÍøÕ¾ TV)
Foto: Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono dalam program Economic Update 2024. (²©²ÊÍøÕ¾ TV)
Daftar Isi

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Menuju Indonesia Emas 2045, sejumlah transformasi tata kelola kelautan dan perikanan melalui program berbasis ekonomi biru terus digencarkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Adapun program ekonomi biru yang menjadi fokus KKP saat ini bertujuan untuk menjaga ekosistem perikanan berkelanjutan, hingga mewujudkan perikanan budidaya yang modern di Indonesia.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan bahwa di semester I-2024, produksi perikanan Indonesia secara keseluruhan adalah 11,8 juta ton. Rinciannya terdiri dari 3,3 juta ton dari perikanan tangkap, 3,3 juta ton dari perikanan budi daya dan sisanya 5 juta ton itu dari produksi rumput laut.

"Total kira-kira hampir 12 juta ton," ungkap Trenggono dalam program Power Lunch ²©²ÊÍøÕ¾, dikutip Jumat (30/8/2024).

Trenggono pun mengakui jumlah tersebut masih belum maksimal. Namun katanya, pemerintah saat ini memang tengah memperbaiki tata kelola sektor kelautan dan perikanan yang menyeluruh.

Misalnya, pemerintah kedepannya akan lebih memprioritaskan kualitas produksi perikanan tangkap dibandingkan volumenya. Dengan cara, melakukan penangkapan ikan hanya untuk jenis ikan yang memang pasar sangat butuhkan. Ini juga berlaku untuk pengembangan budi daya perikanan Indonesia.

"Jadi bukan sembarang ikan ditangkap. Lalu budi dayanya juga kita sudah mulai mengerahkan ke kebutuhan market yang memang tinggi itu program," jelasnya.

Trenggono pun menyatakan dia memiliki 5 kebijakan yang komprehensif untuk mentransformasi kelautan dan perikanan Indonesia. Pertama adalah perluasan ruang konservasi laut.

"Perluasan ruang konservasi sangat penting menjadi sustain di dalam produksi perikanan secara natural maupun budi daya," ucapnya.

Bukan hanya sekadar soal produksi perikanan, perluasan ruang konservasi laut juga dilakukan untuk pemijahan ikan secara alami sekaligus serapan karbon dan produksi oksigen. Ia pun menargetkan, di tahun 2045 nanti setidaknya 30% wilayah laut Indonesia, atau seluas 97,5 hektare dijadikan kawasan konservasi laut.

Kemudian kebijakan kedua soal penangkapan ikan secara terukur. Untuk mendukung langkah ini, pemerintah telah menerbitkan PP Nomor 11 Tahun 2023 sekaligus sudah melakukan uji coba di beberapa titik yang krusial seperti di Indonesia Timur.

Kebijakan ketiga adalah pengembangan perikanan budi daya yang lebih masif dan berkualitas. Dimulai dari bibit sampai produksi hingga panen.

"Jadi benar-benar ikan yang diproduksi punya kualitas," sebutnya.

Yang keempat adalah pengelolaan kawasan pesisir, pengawasan pulau-pulau kecil supaya tidak rusak lingkungannya. Kemudian yang terakhir, atau kelima adalah terkait sampah plastik.

"Kemudian yang kelima sampah plastik ini menjadi penting. Kalau tidak ditangani serius bisa Ini berdampak juga ke produksi perikanan," jelasnya.

RI Jadi 'Raja' 5 Produk Laut

Selain itu, Trenggono juga menargetkan 10 tahun lagi Indonesia akan menjadi pemimpin pasar untuk 5 produk perikanan.

"Ada 5 komoditi yang kami harap 10 tahun ke depan Indonesia bisa menjadi champion di sini. Ada udang, lobster, kepiting, tilapia dan terakhir rumput laut," paparnya.

KKP pernah memaparkan nilai pasar untuk komoditas udang di Indonesia sendiri pada tahun 2023 sebesar US$ 60,4 miliar (6,7% pasar global), kemudian rumput laut memiliki potensi pasar sebesar US$ 16,7 miliar (16,4% dari pasar global), serta nilai pasar ikan tilapia sebesar US$ 13,9 miliar (9,7% pasar global).

Kemudian untuk potensi pasar komoditas kepiting sebesar US$ 879 juta (1,9% pasar global), dan Lobster sebesar US$ 7,2 miliar (0,5% pasar global).

"5 ini adalah komoditi yang sangat kuat di pasar dan memberikan pengaruh yang besar untuk pertumbuhan," imbuhnya.

Trenggono merasa peningkatan produksi komoditas ini menjadi sangat penting. Sehingga harus menjadi prioritas dari KKP untuk dikembangkan.

"Kalau kita tidak mampu memproduksi yang baik dan excellent ya kita jadi rugi akhirnya," jelasnya.

Ilustrasi stok ikan jelang Idul Fitri. (Dok. PT Perikanan Indonesia)Foto: Ilustrasi stok ikan jelang Idul Fitri. (Dok. PT Perikanan Indonesia)
Ilustrasi stok ikan jelang Idul Fitri. (Dok. PT Perikanan Indonesia)

KKP Genjot Hilirisasi Perikanan yang Tak Mudah

Lebih lanjut, Trenggono membeberkan sejumlah upaya yang telah dijalankan KKP untuk mengembangkan hilirisasi industri pengolahan perikanan di Tanah Air.

Ia menjelaskan bahwa hilirisasi produk perikanan di Indonesia tidak lah mudah. Salah satu masalahnya adalah produksi perikanan tangkap yang belum mampu memenuhi kebutuhan industri pabrik pengolahan. Ini terjadi karena mayoritas sektor perikanan tangkap dilakukan oleh nelayan tradisional yang memiliki keterbatasan dalam proses penangkapan ikan.

"Kalau ini (nelayan tradisional) ideal industrinya maka produksinya tidak masalah, kalau sektor hulunya ideal maka hilirisasinya mudah. Yang jadi soal hilirisasi menunggu hasil dari hulunya yang up and down. Sekali waktu besar sekali tetapi jenis ikannya tidak sesuai kebutuhan pasar, tidak matching," ungkap Trenggono.

Masalah ini yang kemudian dicari jalan keluarnya oleh Trenggono. Bahwa kebutuhan industri pabrik pengolahan ikan butuh kepastian.

"Butuhnya cakalang tetapi tangkapannya kecil, butuhnya tuna tetapi tangkapannya kecil sementara yang banyak ikan kerapu atau ikan demersal yang lain, sementara marketnya tidak sebesar yang dibutuhkan. Ini harus kita matching sehingga waktu produksi betul-betul bisa efektif dan kalau ini bisa dilakukan hulu hilirnya bisa matching dan tentu lebih sustain di industri perikanan dan tentu value-nya bisa naik secara keseluruhan," tuturnya.

Sampai akhirnya ditemukan jalan keluar bahwa perikanan budi daya akhirnya dikerahkan untuk mengisi industri pabrik pengolahan perikanan. Menurut Trenggono, produksi perikanan budi daya lebih mudah terkontrol dan diprediksi.

"Itu lah kita koneksi penangkapan dan budi daya jadi budi daya lebih mudah terkontrol, jumlahnya lebih mudah terprediksi. Ini salah satu yang menjadi roadmap ke depan adalah budi daya sehingga hilirisasi bisa jalan dengan baik," ucapnya.

Sementara itu, KKP juga berupaya keras untuk meningkatkan hilirisasi rumput laut ke berbagai macam produk, bukan hanya sebatas makanan.

"Belum lagi rumput laut hilirisasinya masif ya beberapa jenis. Rumput laut ini bisa dikonversi ke berbagai macam bukan hanya foods tetapi juga untuk kepentingan farmasi dan lainnya dan ini sedang menuju ke arah sana," jelas Trenggono.

Peluang Menggiurkan di Bisnis Seafood Market

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan proyeksi dari Global Seafood Market, pasar seafood global akan tumbuh dengan laju tahunan hingga 8,92%. Pertumbuhan ini menciptakan peluang yang sangat besar bagi industri dan para pelaku bisnisnya terutama di Indonesia.

"Populasi dunia diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 30% pada 2050 menyentuh angka 9,7 miliar jiwa. Peningkatan populasi tersebut berdampak pada peningkatan protein sebesar 70% yang mana sumber protein yang diprediksi dapat memenuhi perkiraan tersebut bersumber dari hayati laut," ungkap Trenggono di Indonesia Marine and Fisheries Business Forum 2024 di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin (5/2/2024).

Sementara terkait dengan realisasi investasi di sektor perikanan di Indonesia, Trenggono mencatat data kuartal III-2023 mencapai Rp 9,56 triliun rupiah terdiri dari PMDN (Penyertaan Modal Dalam Negeri) sebesar Rp 5,32 triliun, PMS (Penyertaan Modal Asing) Rp 1,4 triliun dan kredit investasi Rp 2,84 triliun.

"Realisasi PMA terbesar dari China mencapai Rp370,74 miliar disusul Malaysia Rp240,47 miliar dan Swiss Rp152 miliar," sebutnya.

Sedangkan berdasarkan bidang usaha, pengolahan ikan menempati urutan pertama dengan nilai investasi Rp3,65 triliun. Disusul kemudian budi daya perikanan Rp2,6 ttriliun, pemasaran produk perikanan Rp1,95 triliun, penangkapan ikan Rp1,18 triliun, dan jasa perikanan Rp186 miliar. Nilai ini bisa semakin besar mengingat besarnya sumber daya kelautan dan perikanan Indonesia.


(wur) Next Article Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur Resmi Dimulai, Lokasinya di Sini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular