
Produsen Mobil Tiba-Tiba Diminta Jangan Ambil Untung Banyak-Banyak

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Penjualan mobil pada tahun 2024 anjlok hanya 865 ribu unit, jauh lebih kecil dibanding tahun sebelumnya di 1 juta unit. Ekonom Raden Pardede menilai hal ini karena menurunnya daya beli masyarakat. Karenanya perlu kerja sama banyak pihak untuk kembali meningkatkan penjualan mobil di Indonesia.
Para pabrikan yang tergabung dalam Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) juga harus rela untuk mengurangi margin keuntungan. Hal itu untuk mengimbangi faktor menurunnya daya beli.
"Kalau boleh saran ke Pak Kukuh (Sekretaris Umum Gaikindo) jangan pula pengusaha di situasi saat ini mengambil margin terlalu banyak juga, dua-duanya jadi keseimbangan, ini perlu dijaga," kata Raden dalam diskusi Forum Wartawan Industri (Forwin) bertemakan Prospek Industri Otomotif 2025 dan Peluang Insentif dari Pemerintah, Selasa (14/1/2024).
Pemerintah coba memberikan insentif seperti untuk menaikkan penjualan, namun cara itu dinilai tidak akan bertahan lama.
"Insentif itu jangka pendek berdampak sampai insentif ini selesai diberlakukan, poin pentingnya di penurunan daya beli masyarakat," ujar Raden.
Sementara itu Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara menyebut, kenaikan harga mobil memang lebih besar dibanding pendapatan masyarakat. Akibatnya masyarakat makin kesulitan untuk membeli mobil baru.
"Harga mobil naik 7,5%, sementara kenaikan income masyarakat di batas inflasi sekitar 3%, jadi makin lama makin sulit beli mobil baru," kata Kukuh.
Di sisi lain, kelas menengah belakangan membeli mobil bekas karena lebih transparan, misalnya disampaikan kondisi mobil seperti mobil bekas baret, bekas banjir.
"Diperkirakan pasar mobil bekas 1,8 juta unit setahun, sementara mobil baru 1 juta unit, jadi 2,8 juta alangkah eloknya dimanfaatkan kendaraan baru jadi industri komponen bisa jalan," ujar Kukuh.
(dce) Next Article Penjualan Mobil RI Jatuh Sampai 17%, Gaikindo Beri Respons Tak Terduga
