Berlomba menuju Real-Time

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi ²©²ÊÍøÕ¾Indonesia.com
Akses ke talenta semakin menjadi komponen penting dalam kesuksesan transformasi digital. Namun, Kawasan ASEAN tengah menghadapi kekurangan besar di area ini, sehingga berpotensi menghambat pertumbuhan bisnis. Menurut penelitian yang dilakukan oleh World Bank, Indonesia sendiri kekurangan pekerja profesional di bidang teknologi diprediksi akan mencapai jumlah yang mengkhawatirkan, yaitu 9 juta pekerja terampil dan semi terampil di bidang komunikasi dan informatika hingga tahun 2030.
Kekurangan ini juga berdampak pada kemampuan banyak organisasi/perusahaan dalam mengadopsi teknologi-teknologi penting yang dibutuhkan untuk memajukan operasional mereka, dan beradaptasi dengan dunia digital. Baru tahun lalu IDC mengungkapkan bahwa lebih dari 85% organisasi/perusahaan di wilayah Asia Pasifik tengah berjuang untuk bisa beroperasi secara lebih lincah melalui pemanfaatan cloud di tengah banyaknya hambatan seperti kompetensi karyawan rendah untuk mendukung hal tersebut.
Mengandalkan SDM dari luar negeri yang sebelumnya dilakukan untuk kebutuhan-kebutuhan tetentu saat ini tidak bisa dilakukan karena adanya larangan perjalanan internasional di banyak negara, dan hal ini mungkin akan terus berlanjut di masa datang. Untuk merespon tantangan ini, banyak organisasi/perusahaan beralih ke teknologi-teknologi baru agar tetap kompetitif, sehingga keberlanjutan bisnis dapat dipertahankan dan kebutuhan terhadap SDM berbakat bisa diatasi. Otomatisasi adalah salah satu teknologi yang saat ini mengguncang dunia bisnis.
Mengakselerasi pemulihan ekonomi dengan otomatisasi dan pelatihan kembali
Para pemimpin bisnis di Indonesia secara perlahan semakin terbiasa dengan otomatisasi sebagai alat untuk mendorong pertumbuhan bisnis. Survei PwC di tahun 2020 mengungkapkan bahwa 94% CFO di Indonesia akan secara signifikan meningkatkan investasi dalam solusi otomatisasi proses robotik atau minimal tetap menginvestasikan anggaran yang sama pada tahun 2021 ini.
Momentum ini diharapkan akan berlanjut di Indonesia, terutama karena negara berupaya untuk pulih dari kelesuan ekonomi akibat COVID-19. Survei Enterprise Cloud Index terbaru dari Nutanix mengungkapkan bahwa 34% responden di Indonesia memandang otomatisasi sebagai prioritas IT untuk 12 hingga 18 bulan mendatang, lebih tinggi dari rata-rata global yang hanya sebesar 31%.
Riset oleh McKinsey juga mengindikasikan bahwa teknologi seperti otomatisasi akan menjadi sangat penting dalam mengubah penciptaan lapanan pekerjaan. Bahkan, otomatisasi akan menciptakan lapangan kerja jauh lebih banyak hingga tahun 2030 dibandingkan pekerjaan yang akan digantikan oleh teknologi, sehingga menghasilkan pekerjaan yang bernilai lebih tinggi bagi masyarakat Indonesia. Namun, sangat penting bahwa hal ini juga harus disertai dengan upaya bersama untuk memberikan pelatihan kembali kepada karyawan, sehingga memungkinkan mereka untuk meningkatkan keterampilan yang sudah ada dengan kemampuan baru. Hal ini juga sejalan dengan rencana pemerintah untuk mendukung pekerja teknologi lokal, melalui inisiatif dari Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) seperti Beasiswa Talenta Digital.
Dengan mengurangi intervensi manusia dalam proses yang memakan waktu dan padat karya, otomatisasi menggerakkan organisasi/perusahaan untuk mendorong lebih banyak kompetensi strategis dalam operasional mereka - kompetensi yang memberikan mereka keuntungan ekonomi di atas kompetitor. Bagi organisasi/perusahaan yang ingin memanfaatkan kekuatan dan kecepatan otomatisasi, pemimpin bisnis harus secara proaktif meningkatkan keterampilan karyawan mereka serta memodernisasi infrastruktur teknologi. Ini akan memungkinkan pendekatan holistik terhadap transformasi, karyawan, proses dan teknologi, juga membantu memposisikan organisasi untuk bersiap menghadapi masa depan. Kulminasi dari upaya ini akan sangat penting dalam mendorong pemulihan ekonomi Indonesia.
Membenahi IT dengan otomatisasi
IT tradisional yang dijalankan secara manual dan padat karya menghambat produktivitas dan memberikan dampak terhadap kemampuan perusahaan-perusahaan untuk secara cepat merespon lingkungan bisnis yang terus berubah. Bahkan, di seluruh dunia, penyerapan otomatisasi mengalami peningkatan dengan adanya pergeseran ke model IT-as-a-Service di mana implementasi teknologi disesuaikan dengan kebutuhan (on-demand). Survei Enterprise Cloud Index terbaru Nutanix mengungkap bahwa 31% responden melihat otomatisasi sebagai prioritas utama dalam 12 - 18 bulan ke depan. Dengan mengurangi intervensi manusia dalam proses seperti penyediaan user environment, mengelola iklus hidup database, dan menggelar beban kerja cloud, kesalahan yang disebabkan manusia bisa diminimalisir dan efisiensi menjadi lebih meningkat. Keterampilan digital tim IT yang semakin langka bisa difokuskan pada tugas strategis untuk menggerakkan bisnis.
Di Asia, RBL Bank India sudah meraup keutungan besar dari otomatisasi tugas rutin IT. Hal ini membebaskan sumber daya untuk dialihkan guna mendukung area bisnis lain seperti memenuhi kebutuhan pelanggan yang semakin meningkat. Beban kerja otomatisasi database juga jauh berkurang, sehingga memberdayakan staf agar lebih fokus pada merespon peluang-peluang baru dengan lebih cepat dan dalam skala besar. Dengan demikian, dia dapat menambah pelanggan baru lebih cepat dari sebelumnya dan bersaing secara efektif di industri jasa keuangan.
Mengingat perubahan cepat yang lebih diakselerasi sebagai respon terhadap pandemi, bisnis kini mereview rencana transformasi digital mereka dan menilai kembali bagaimana investasi IT bisa mendorong pertumbuhan bisnis. Organisasi/perusahaan harus terus menjawab tantangan dengan inovasi dan mengoptimasi proses bisnis dan otomatisasi adalah faktor kunci dalam hal ini.
Baik untuk menjembatani kesenjangan keterampilan digital, menambah stok talenta teknologi lokal, menghemat biaya ataupun merealisasikan keuntungan bisnis yang lebih besar dalam jangka panjang, ada banyak alasan bagi perusahaan di Indonesia untuk mempertimbangkan pemanfaatan otomatisasi di lingkungan IT mereka