²©²ÊÍøÕ¾

Update Polling ²©²ÊÍøÕ¾

Neraca Dagang Diramal Surplus US$ 2,2 M, Jangan Happy Dulu!

Hidayat Setiaji, ²©²ÊÍøÕ¾
13 November 2020 11:42
Aktifitas Peti Kemas di Daerah Priok. (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Aktivitas di Pelabuhan (²©²ÊÍøÕ¾/Muhammad Sabki)
  • Menambah proyeksi BNI Sekuritas

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Neraca perdagangan Indonesia diperkirakan kembali membukukan surplus pada periode Oktober 2020. Bahkan surplusnya bukan kaleng-kaleng, di atas US$ 2 miliar.

Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional pada 16 November 2020. Konsensus pasar yang dihimpun ²©²ÊÍøÕ¾ memperkirakan ekspor mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 4,5% pada Oktober 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Sementara impor diperkirakan ambles lebih dalam dengan kontraksi 18,86% YoY. Ini membuat neraca perdagangan surplus US$ 2,2 miliar.

Institusi

Pertumbuhan Ekspor (%YoY)

Pertumbuhan Impor (%YoY)

Neraca Perdagangan (US$ Juta)

Maybank Indonesia

-3.72

-18.05

2232

CIMB Niaga

-7.3

-22.8

2400

Bahana Sekuritas

2.27

-24.11

4020

Bank Danamon

-8

-18.6

1733.2

Bank Mandiri

-2.25

-17.21

2330

Citi

-4.5

-17.5

2040

Mirae Asset

2.5

-14.75

2720

ANZ

-4.5

-18

2160

Danareksa Research Institute

-7.16

-21.32

2204

Moody's Analytics

-

-

2100

BCA

-4.21

-19.12

2370

Standard Chartered

-12.2

-24.6

1939

BNI Sekuritas

-7.34

-19.4

1894

MEDIAN

-4.5

-18.86

2204

Kali terakhir Indonesia membukukan defisit neraca perdagangan adalah pada April 2020. Selepas itu, surplus neraca perdagangan selalu dalam hitungan miliar dolar AS.

Perlu dicatat bahwa surplus neraca perdagangan akhir-akhir ini lebih disebabkan oleh anjloknya impor ketimbang peningkatan ekspor. Sejak Juli hingga September, ekspor selalu terkontraksi dua digit.

"Sektor manufaktur Indonesia masih di zona kontraksi. Pada Oktober 2020, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia tercatat 47,8. PMI manufaktur Indonesia adalah salah satu yang terendah di Asia," sebut riset Mirae Asset.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau masih di bawah 50, maka berarti masih belum ada ekspansi.


"Responden menggaribawahi bahwa dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih menekan permintaan, baik domestik maupun global. Oleh karena itu, kami memperkirakan impor bahan baku (yang memiliki porsi 74% dari total impor) masih akan terkontraksi pada Oktober. Sebagai catatan, impor bahan baku turun 19% YoY pada September," lanjut Riset Mirae Asset.

Impor yang anjlok ini bak pisau bermata dua. Di satu sisi tentu berdampak positif karena tidak banyak devisa yang 'terbakar' untuk keperluan impor.

Faktor ini yang membuat nilai tukar rupiah menguat. Sejak akhir April 2020 hingga 12 November 2020, rupiah menguat 4,62% terhadap dolar AS.

Namun di sisi lain, kelesuan impor menggambarkan industri dalam negeri sedang 'tiarap'. Sebab, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, impor Indonesia mayoritas adalah bahan baku dan barang modal untuk keperluan industri domestik.

Ketika industri masih lesu, maka sulit berharap lapangan kerja bisa tercipta secara masif. Kapasitas produksi masih sangat terbatas, sehingga dunia usaha masih cenderung melakukan pengurangan pegawai, apakah itu dirumahkan atau bahkan menjatuhkan vonis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

"Penggunaan tenaga kerja turun selama delapan bulan beruntun, dan laju pengurangan pegawai di beberapa perusahaan bahkan semakin cepat. Tidak hanya itu, perusahaan bahkan terpaksa menurunkan harga untuk merangsang permintaan," sebut keterangan terulis IHS Markit yang menyusun PMI manfaktur.

Oleh karena itu, sepertinya angka pengangguran Indonesia masih akan tinggi. BPS mencatat tingkat pengangguran per Agustus 2020 mencapai 7,07%, tertinggi sejak 2010.

Jad, jangan senang dulu saat melihat neraca perdagangan Indonesia surplus gila-gilaan. Sebab di balik surplus itu ada tangis jutaan orang yang kini menjadi pengangguran gara-gara ekonomi yang mati suri.

TIM RISET ²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular