²©²ÊÍøÕ¾

²©²ÊÍøÕ¾ Insight

Soros Bobol Bank Sentral Inggris, Kantongi Rp 31 Triliun!

Putu Agus Pransuamitra, ²©²ÊÍøÕ¾
10 May 2023 08:25
REUTERS/Thomas Peter
Foto: REUTERS/Thomas Peter

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾Â Indonesia - Pada Mei 1998, Indonesia khususnya di Jakarta terjadi kerusuhan besar. Krisis finansial yang melanda Indonesia menjadi awal mula kerusuhan tersebut. Tidak hanya Indonesia, banyak negara di Asia Tenggara, dan negara Asia lainnya mengalami hal yang sama.

Di dunia finansial, satu nama yang sering dikaitkan dengan krisis Asia 1998 adalah George Soros. Miliader keturunan Yahudi ini adalah pendiri dan pemimpin perusahaan pengelola investasi global, Quantum Group of Funds.

Saat itu, Soros membuat mata uang baht Thailand ambrol dengan aksi spekulatifnya. Krisis mata uang ini merembet ke negara lain termasuk Indonesia hingga akhirnya memicu krisis finansial.

Nama Soros sudah mentereng beberapa tahun sebelum dikatakan sebagai biang kerok krisis 1998. Ia sukses membobol pertahanan bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) dalam menjaga nilai tukar poundsterling.

Aksinya itu dikenal sebagai Black Wednesday, yang selalu dikenang hingga saat ini. Soros mampu mencatat keuntungan sebesar US$ 1 miliar pada 1992 atau setara dengan US$ 2,1 miliar saat ini. Jika dirupiahkan, nilainya sekitar Rp 31 triliun (kurs Rp 14.700/US$).

Sebelum melancarkan aksinya, Soros sudah melihat masalah yang dihadapi Inggris. Melansir The Balance, masalah tersebut bermula dari Exchange Rate Mechanism (ERM) Eropa yang dibuat pada Maret 1979. ERM bertujuan membatasi nilai tukar dan menstabikan kebijakan moneter di seluruh Eropa, sebelum dirilisnya mata uang tunggal euro.

Inggris yang sebelumnya enggan masuk ERM akhirnya memutuskan bergabung pada Oktober 1990. Saat itu 1 poundsterling dipatok sebesar 2,95 deutche mark (mata uang Jerman), dan pergerakannya dibatasi sebesar 6% baik itu menguat atau pun melemah.

Masalahnya, Inggris saat itu sedang mengalami inflasi yang tinggi. Pada umumnya, inflasi yang tinggi akan membuat mata uang melemah.

Soros melihat hal tersebut dan mengambil posisi melawan poundsterling dengan nilai US$ 10 miliar. Ia pun aktif berbicara di publik terkait keyakinannya nilai tukar poundsterling tidak akan bisa dipertahankan dan akan merosot tajam.

Para spekulan pun melakukan mengikuti Soros, memaksa bank sentral Inggris menaikkan suku bunga menjadi 15% guna meredam aksi jual dan menarik aliran modal.

Sayangnya, langkah tersebut tidak dipercaya oleh para spekulan yang justru terus mengambil posisi melawan poundsterling. Pertemuan darurat pun dilakukan dan memutuskan Inggris keluar dari ERM pada Rabu 16 September 1992. Kurs poundsterling pun langsung jeblok hingga dikenal dengan Black Wednesday.

Bank sentral Inggris saat itu mengalami kerugian hingga 3,3 miliar poundsterling kala itu. Soros pun dikenal sebagai orang yang membobol bank sentral Inggris.

²©²ÊÍøÕ¾Â INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(pap/pap)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation