
Bisa Kiamat! Elon Musk-Bill Gates-Zuckerberg Debat Masalah AI

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Elon Musk, Bill Gates, Mark Zuckerberg dan para bos teknologi lainnya berdebat soal masa depan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) pada Rabu (13/9) dalam rapat tertutup dengan senator Amerika Serikat (AS) yang tengah menggodok undang-undang (UU) untuk mengatur teknologi tersebut.
Melansir Wall Street Journal (WSJ), Rabu (13/9), Musk, CEO Tesla dan pemilik X (sebelumnya Twitter), memperingatkan tentang apa yang ia pandang sebagai potensi AI yang mengancam umat manusia, menurut seorang peserta.
Co-founder Microsoft, Gates, mengatakan bahwa teknologi AI dapat membantu mengatasi kelaparan dunia, kata Senator Chuck Schumer (D., N.Y.), yang mengadakan sesi tersebut.
Pembicara lainnya termasuk pendiri Facebook Zuckerberg dan CEO Google, Microsoft, Nvidia NVDA dan IBM, bersama dengan para pemimpin serikat pekerja, pembela hak-hak sipil dan lain-lain.
Schumer bertanya kepada para hadirin apakah mereka setuju bahwa pemerintah perlu berperan dalam mengatur kecerdasan buatan. Semua orang yang hadir mengangkat tangan mereka, kata Schumer saat istirahat di sesi Rabu siang.
"Tidak ada seorang pun yang mundur dengan mengatakan bahwa kita memerlukan keterlibatan pemerintah," kata Schumer dalam sebuah wawancara, dikutip WSJ.
"Mereka memahami bahwa perlu ada tanggung jawab pemerintah, karena katakanlah perusahaan-perusahaan ini bersedia memasang 'pagar pembatas' (guardrails) pada diri mereka sendiri-mereka akan memiliki pesaing yang tidak mau melakukannya."
Terlepas dari konsensus tersebut-dan janji Schumer untuk segera meloloskan undang-undang dalam beberapa bulan mendatang-pertemuan tersebut juga mengungkapkan beberapa poin ketegangan yang akan terjadi.
AI Model Open Source
Salah satu perdebatan berpusat pada sistem AI "sumber terbuka" alias open source yang tersedia untuk diunduh dan dimodifikasi oleh publik.
Sistem ini memungkinkan perusahaan dan peneliti memanfaatkan teknologi AI serupa dengan model yang mendukung ChatGPT tanpa mengeluarkan jutaan dolar untuk melatih mereka.
Tristan Harris, kepala organisasi nirlaba Center for Humane Technology, berpendapat, pelaku kejahatan dapat menyalahgunakan sistem AI versi open source, termasuk model Llama 2 yang baru-baru ini dirilis oleh Meta Platforms, perusahaan yang dipimpin oleh Zuckerberg, menurut orang-orang yang hadir dalam ruangan tersebut.
Harris mengatakan organisasi nirlabanya berhasil membuat model Llama 2 memberikan instruksi tentang cara membuat senyawa biologis berbahaya, kata orang-orang tersebut.
Zuckerberg membalas dengan mengatakan, instruksi serupa sudah dapat ditemukan di internet.
Dia menambahkan, model open source dapat menimbulkan bahaya, tetapi Meta berusaha membangun teknologi ini seaman mungkin, demikian mengutip orang-orang yang hadir dalam ruangan tersebut.
Zuckerberg mengatakan kepada para senator dalam pernyataan pembukaannya bahwa open source "mendemokratisasikan akses terhadap tools ini, dan itu membantu menyamakan kedudukan dan mendorong inovasi bagi masyarakat dan bisnis," menurut kutipan yang dirilis oleh Meta.
Hal lain yang menjadi ketegangan adalah terkait dengan para pekerja yang melihat AI sebagai potensi ancaman terhadap pekerjaan mereka.
Senator Maria Cantwell (D., Wash.) menceritakan momen ketika ketua Writers Guild of America West, Meredith Stiehm, menggambarkan pandangan para anggota asosiasi penulis naskah tersebut yang melakukan pemogokan untuk mencari kontrak baru dengan studio Hollywood untuk mengatasi ketakutan tersebut.
Satu pertanyaan terbuka adalah bidang apa yang akan dicakup oleh UU tersebut.
Isu-isu yang juga diangkat oleh para peserta pertemuan itu mencakup serangkaian potensi kekhawatiran yang melibatkan bidang hukum. Sebut saja: pelanggaran hak cipta, pelanggaran privasi, diskriminasi rasial, hubungan ekonomi dengan Tiongkok, dan penggunaan AI oleh pemerintah untuk tujuan militer atau lainnya.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
(trp/trp)