²©²ÊÍøÕ¾

Saham BREN Sentuh ARA Berjilid-Jilid, Siapa Bernasib Sama?

Chandra Dwi, ²©²ÊÍøÕ¾
15 October 2023 19:45
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Tanggamus 110 MW di Ulubelu, Lampung. Dok PLN
Foto: Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Tanggamus 110 MW di Ulubelu, Lampung. Dok PLN

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Emiten Energi Baru dan Terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin awal pekan ini, yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) terpantau sudah cukup eksis di pasar saham.

Bagaimana tidak, hanya dalam waktu lima hari saja, saham BREN berhasil naik kelas menjadi salah satu saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI. Saham BREN pun kini sudah masuk ke dalam jajaran 10 besar saham dengan kapitalisasi pasar terbesar.

Hanya dalam lima hari saja sejak perdagangan perdananya pada Senin lalu, kapitalisasi pasar saham BREN sudah mencapai Rp 315,74 triliun, menduduki posisi ke-7 dan berada di atas saham PT Astra International Tbk (ASII) dan berada di bawah saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).

Dalam lima hari beruntun, saham BREN pun terus mencetak auto rejection atas (ARA), sehingga sejak penutupan perdagangan perdananya hingga Jumat pekan ini, saham BREN sudah terbang 142,05%. Adapun sejak IPO, saham BREN sudah meroket 202,56%.

Saham BREN resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin awal pekan ini. BREN menawarkan 4.015.000.000 saham baru atau sebesar 3% dari dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah Penawaran Umum Perdana, dengan harga penawaran sebesar Rp 780 per saham dan jumlah nilai Penawaran Umum secara keseluruhan sebesar Rp 3.131.700.000.000.

Adapun penggunaan dana IPO setelah dikurangi biaya akan digunakan untuk membayar sebagian utang fasilitas B kepada Bangkok Bank Public Company Limited sebanyak-banyaknya sebesar US$ 158.588.321.

Selain itu, IPO BREN juga bertujuan untuk memenuhi kewajiban pembayaran kepada Star Energi Oil & Gas Pte. Ltd. perihal penunjukan Star sebagai pemegang saham ACEHI. Rinciannya pembayaran kepada SEOG sebesar US$ 66,50 juta dan kepada Perseroan sebesar US$ 6 juta.

Biaya yang dibayarkan Star kepada Perseroan akan digunakan untuk pembayaran gaji, biaya jasa dan biaya sewa.

Sebelum resmi melantai di BEI pada Senin lalu atau pada saat IPO masih berlangsung, PT BNI Sekuritas (BNI Sekuritas) selaku lead underwriter untuk pencatatan saham perdana atau IPO BREN, mengalami kelebihan permintaan 135,2 kali selama masa book building. Artinya, minat investor cukup tinggi di saham BREN.

Hal ini juga terlihat dari pergerakan saham BREN yang terus melesat dan mencetak ARA selama lima hari beruntun.

Padahal dari valuasinya sendiri, saham BREN terbilang cukup mahal. Dengan menggunakan dua rasio multiples, BREN akan diperdagangkan 64,77-75,40 kali di atas laba perusahaan (berdasarkan price-to earnings ratio/PER) dan 9,33-10,33 kali di atas nilai buku perusahaan (price-to book value/PBV ratio).

Adapun untuk PER BREN saat ini sudah mencapai 180,21 kali. Angka ini jauh lebih mahal ketimbang PER rata-rata industri yang masih berada di 49,65 kali. Sedangkan untuk PBV BREN saat ini mencapai 95,63 kali, juga jauh lebih mahal dari PBV rata-rata industri yang mencapai 20,93 kali.

Meski begitu, minat investor masih cukup tinggi terlihat dari jumlah order beli atau bid pada penutupan perdagangan Jumat lalu. Dari order bid BREN, totalnya mencapai 1,1 juta lot atau sekitar Rp 110 juta.

Lini bisnis BREN juga masih prospektif karena berhubungan dengan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Apalagi dengan sudah adanya bursa karbon, maka BREN cenderung lebih leluasa untuk mengembangkan bisnisnya.

Adapun sentimen dari Paris Agreement yang berdampak mempercepat adaptasi renewable energy menjadi pengganti pembangkit listrik batu bara dan kebijakan smelter metal mining untuk mulai menggunakan renewable energy ini yang meningkatkan permintaan untuk listrik yang dihasilkan dari BREN.

Meski begitu, jika ada pelaku pasar yang ingin masuk ke saham BREN, pada saat ini sudah terbilang telat karena kenaikan saham BREN sangat signifikan dan tentunya valuasi sudah tidak murah atau menarik lagi.

Barito Renewables Energy. (Dok: BNI Sekuritas)Foto: Barito Renewables Energy. (Dok: BNI Sekuritas)
Barito Renewables Energy. (Dok: BNI Sekuritas)

Selain BREN, Saham Apa Lagi yang Pernah ARA Berjilid-Jilid

Saham BREN mungkin menjadi satu-satunya saham IPO 2023 yang berhasil mencetak ARA berjilid-jilid. Namun sebelum BREN, sudah ada beberapa saham yang pernah mencetak ARA berjilid-jilid.

Lalu saham apa saja?

Memang di tahun ini, saham yang berhasil mencetak ARA berjilid-jilid sepertinya hanya saham BREN. Namun di tahun lalu, ada saham emiten teknologi dunia metaverse yang juga sempat ARA beberapa hari setelah melantai di bursa, yakni saham PT WIR Asia Tbk (WIRG).

Saham WIRG sendiri sempat mencetak ARA selama enam hari beruntun dan hari berikutnya meski tidak mencetak ARA, tetapi masih melesat cukup tinggi.

Dari perdagangan perdananya pada 4 April 2022 hingga 12 April 2022, saham WIRG sempat melesat hingga 278,32%. Sedangkan sejak IPO hingga 12 April 2022, saham WIRG sempat meroket 408,93%.

Tak hanya saham WIRG, ada juga saham emiten pertambangan batu bara yakni PT Black Diamond Resources Tbk (COAL).

Saham COAL sendiri sempat mencetak ARA selama lima hari beruntun, sama seperti saham BREN saat ini. Dari perdagangan perdananya pada 7 September 2022 hingga 14 September 2022, saham COAL sempat terbang 248,15%. Sedangkan sejak IPO hingga 14 September 2022, saham COAL sempat meroket 370%.

Namun kini, keduanya berada di bawah harga IPO-nya. Untuk saham WIRG sendiri per Jumat lalu berada di harga Rp 126/saham. Jika dihitung-hitung dari harga IPO-nya, saham WIRG masih ambles 25% dari posisi IPO-nya di Rp 168/saham.

Sedangkan saham COAL per Jumat lalu berada di harga Rp 51/saham, atau terkoreksi 49% dari harga IPO-nya di Rp 100/saham.

Jika dilihat dari kasus saham WIRG dan COAL, saham-saham IPO memang wajar mencetak ARA berjilid-jilid karena minatnya yang masih tinggi. Namun, belum tentu saham-saham IPO akan bertahan berada di harga yang cukup tinggi.

Oleh karena itu, meski prospeknya masih cukup menarik bagi saham-saham IPO, tetapi investor juga perlu mencermati kinerja keuangannya, penggunaan dana IPO, dan valuasinya.

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation