
Orang Miskin RI Disiksa Utang Menumpuk, Orang Kaya Pesta!

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Kelompok masyarakat dengan pengeluaran Rp1-4 juta mulai menahan belanjanya sementara kelompok menengah atas berfoya-foya. Kondisi tersebut tercermin dari survei Bank Indonesia (BI).
Survei Bank Indonesia (BI) terkait Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada dasarnya menunjukkan kenaikan menjadi 124,3 atau lebih tinggi dibandingkan periode September dengan skor 121,7.
Menguatnya keyakinan konsumen pada Oktober 2023 didorong oleh meningkatnya keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi terhadap ekonomi ke depan. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Oktober 2023 tercatat masing-masing sebesar 114,4 dan 134,2.
Survei juga menunjukkan adanya perbedaan dalam hal belanja antara kelompok berpenghasilan. Porsi konsumsi masyarakat dengan pengeluaran Rp1-2 juta turun menjadi 76,7%. Proporsi tersebut adalah yang terendah sejak Juni 2023 atau dalam empat bulan terakhir.
Sementara itu, konsumsi masyarakat dengan pengeluaran Rp2,1-3 juta melemah menjadi 76,5%, lebih rendah dibandingkan September yang tercatat sebesar 77,1%
Sedangkan konsumsi masyarakat dengan pengeluaran Rp3,1-4 juta juga menurun menjadi 73,7%, terendah sejak Mei 2023 atau dalam lima bulan terakhir.
![]() Sumber: Bank Indonesia |
Untuk kelompok pengeluaran di atas Rp5 juta, porsi konsumsi naik menjadi 68,4% pada Oktober atau naik tipis dibandingkan pada September yang tercatat 68,3%. Sementara kelompok tersebut mengorbankan tabungannya yang akhirnya turun menjadi 18%.
Tidak sampai di situ, kelompok tersebut pun menggunakan tabungannya untuk membayar cicilan yang mengalami kenaikan dengan porsi 13,6% pada Oktober 2023 atau naik 0,2 percentage point dibandingkan September.
Masyarakat Pengeluaran Rendah Tahan Konsumsi
Pergerakan survei di atas menunjukkan konsumsi masyarakat menengah ke bawah Indonesia tercermin tertahan. Kelompok masyarakat dengan pengeluaran Rp 1-2 juta mengurangi konsumsi karena ada cicilan yang dibayar lebih besar (7,1%) dan menambah proporsi tabungannya (15,7%).
Kelompok masyarakat berpengeluaran Rp 2,1-3 juta mengurangi konsumsi dan tabungan karena harus membayar cicilan yang jauh lebih besar. Proporsi cicilan naik menjad 8,2% pada Oktober 2023, lebih tinggi dibandingkan 7,4% pada September.
Proporsi belanja yang berkurang bisa disebabkan oleh makin meningkatnya harga pangan. Sebagai catatan, 75% pengeluaran masyarakat berpenghasilan rendah biasanya habis untuk memenuhi kebutuhan pangan. Sebagai catatan, beberapa kelompok bahan pangan melonjak pada periode Oktober, terutama beras dan cabai.
Di saat pendapatan masyarakat cenderung tetap, namun harga barang mengalami kenaikan, maka masyarakat dengan pengeluaran rendah tidak menyanggupi untuk berbelanja layaknya situasi normal. Alhasil mereka cenderung menabung yang dibuktikan dengan porsi tabungan yang mengalami peningkatan.
Penyebab Masyarakat Pengeluaran Rendah Tahan Konsumsi
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Indonesia naik menjadi 2,56% (year on year/yoy) dan 0,17% (month to month/mtm) pada Oktober 2023. Inflasi volatile sebesar 5,54% (yoy) ada di atas target pemerintah dan Bank Indonesia (BI) yakni 4-5%.
Kelompok pangan masih menjadi penyumbang inflasi terbesar karena lonjakan harga beras, bensin dan cabai rawit. Hal ini menunjukkan bahwa harga pangan di Indonesia mayoritas menjadi lebih mahal dibandingkan sebelumnya sehingga membebani masyarakat.
Jika dilihat berdasarkan tahunan, penyumbang utama inflasi Oktober 2023 yakni kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 1,39% dengan komoditas utama yakni beras, rokok kretek filter, dan daging ayam ras.
Sementara kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga memiliki andil yang sama besar dengan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yakni masing-masing sebesar 0,23% terhadap inflasi Oktober 2023 secara tahunan.
Deni Surjantoro, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan El Nino telah mendorong kenaikan inflasi volatile food termasuk beras.
Untuk merespons kondisi tersebut, pemerintah merilis paket kebijakan untuk stabilisasi ekonomi dan melindungi daya beli masyarakat. Paket kebijakan tersebut terdiri dari tiga kebijakan utama.
Kebijakan pertama, yaitu Penebalan Bansos untuk melindungi daya beli masyarakat miskin dan rentan. Kebijakan kedua yaitu Percepatan Penyaluran Program KUR ditujukan untuk penguatan UMKM guna menopang pertumbuhan di tengah peningkatan suku bunga.
Kebijakan ketiga yaitu Penguatan Sektor Perumahan. Kebijakan ini ditempuh dengan pertimbangan efek pengganda sektor yang besar. Sampai dengan September 2023, kinerja sektor Perumahan berada dalam trend melambat sehingga perlu adanya intervensi untuk menggairahkan kembali kinerja sektor ini. Hal tersebut diharapkan mampu menopang kinerja perekonomian di tengah risiko perlambatan global.
Hal ini dilakukan untuk tetap melindungi daya beli masyarakat miskin dan rentan, serta dapat menjaga pertumbuhan ekonomi 2023 di kisaran 5%.
²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)