²©²ÊÍøÕ¾

Pesta Akhir Tahun Ritel RI Bisa Bubar Karena Boikot Israel

Tasya Natalia, ²©²ÊÍøÕ¾
24 November 2023 08:50
Ilustrasi (Photo by Hobi industri from Pexels)
Foto: Ilustrasi (Photo by Hobi industri from Pexels)

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Emiten retail dan konsumer biasanya akan mendapatkan berkah di akhir tahun karena ada  kenaikan konsumsi di tengah seasonality natal dan tahun baru (nataru). Namun, akhir tahun ini jadi cukup berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena ada geliat dari kampanye politik dan tantangan dari aksi boikot akibat memanasnya perang di Timur Tengah.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey menyatakan optimisme sektor retail akhir tahun ini lantaran sejumlah indikator ekonomi yang positif serta pesta demokrasi yang berjalan ini akan meningkatkan konsumsi masyarakat.

"Pertumbuhan ritel saat ini kita masih ada optimisme, berkaitan sepanjang tahun ini kita ketahui inflasi terjaga, patokannya di inflasi bulan Oktober kemarin 2,56%, kita punya indeks penjualan riil, indeks kepercayaan konsumen masih terjaga dengan baik" Ungkap Roy kepada ²©²ÊÍøÕ¾.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan inflasi secara tahunan (yoy) per Oktober 2023 masih terjaga di 2,56%. Nilai tersebut sudah terjaga dalam rentang target Bank Indonesia (BI) di 2% - 4%.

Indikator ekonomi lain yang menunjukkan optimisme konsumsi masih terjaga dengan baik juga terlihat dari data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang nilainya masih di atas 100.

Menurut data survei penjualan eceran Bank Indonesia (BI) per Oktober 2023, nilai IKK tetap terjaga di 124,3. Angka tersebut bahkan naik dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 121,7, serta masih terjaga dalam tren penguatan.

Lebih lanjut, Roy menjelaskan bahwa pesta demokrasi atau kampanye politik yang akan dimulai pada 28 November 2023 mendatang akan menggenjot ekstra konsumsi. Dimana, konsumsi tak hanya dari rumah tangga melainkan juga dari pemerintah.

Pesta demokrasi diyakini bisa memberikan peningkatan pada permintaan konsumsi seperti pada makanan, minuman, seragam, dan lain-lain,


Prospek Cerah Emiten Retail dan Konsumer Tiap Akhir Tahun Secara Historis

Menelisik lebih dalam, dari emiten retail terlebih dahulu ²©²ÊÍøÕ¾ Research melakukan olah data pendapatan secara agregat terhadap empat emiten yaitu PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA). PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), dan PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA).

Dari hasil perhitungan, kami menemukan pendapatan agregat emiten retail selalu meningkat tiap akhir tahun yakni dari kuartal III ke kuartal IV tiap tahunnya. Seperti terlihat pada grafik berikut sejak 2018 - 2022, pendapatan retail selalu meningkat, bahkan 2020 yang terdampak Covid-19, pada akhir tahun pendapatan masih melonjak.

Kemudian dari emiten konsumer ²©²ÊÍøÕ¾ Research juga melakukan olah data secara agregat pada pendapatan emiten PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR).

Dari enam emiten konsumer tersebut, kami menemukan data bahwa selama tiga tahun terakhir (2020 - 2022) pendapatan konsumer selalu meningkat dari kuartal III ke kuartal IV, akan tetapi pada 2018 dan 2019 pendapatan di akhir tahun malah menyusut.

Kesimpulan dari perhitungan ²©²ÊÍøÕ¾ Research emiten retail memiliki sensitif yang lebih tinggi dibandingkan konsumer terhadap kenaikan pendapatan jelang akhir tahun. Kendati begitu, prospek retail dan konsumer pada akhir tahun ini masih cukup cerah sejalan dengan daya beli masyarakat yang masih optimis diikuti dengan pesta demokrasi dan seasonality nataru.

Dua Tantangan Retail dan Konsumer Akhir Tahun Ini
Kendati prospek emiten retail dan konsumer akhir tahun ini cukup cerah, akan tetapi masih ada ada dua tantangan yang dihadapi saat ini. Roy menegaskan tantangan pertama dari kondusifitas ketika kampanye seperti kemacetan, hiruk pikuk masyarakat, dan lain-lain bisa menjadi tantangan terutama pada konsumen berpendapatan menengah ke atas yang punya buying power tinggi, yang kedua dari aksi boikot yang merajalela akibat memanasnya perang di Timur Tengah.

"Kondusifitas dari kampanye kita harapkan biar masyarakat tidak khawatir untuk berbelanja, Mulai kampanye kan 28 November, kemacetan, hiruk pikuk pesta demokrasi, kita berharap tidak menurunkan animo masyarakat khususnya menengah ke atas yang punya buying power, kalo yang menengah ke bawah tergantung BLT, subsidi-nya. dan lainnya" tegas Roy.

Lebih lanjut terkait aksi boikot, Roy menjelaskan jika hanya berlangsung jangka pendek seperti satu sampai dua minggu harusnya tak akan berdampak signifikan. Akan tetapi, jika ini berlarut-larut sampai akhir Desember ditambah perang yang tak diketahui kapan selesainya tentu akan sangat berdampak pada ketahanan bisnis retail.

"Kemudian faktor yang mempengaruhi adalah aksi boikot, kita tidak tahu hanya jangka pendek kalau hanya dua minggu tidak signifikan, tapi akan signifikan jika berlanjut sampai Desember, karena kita tidak tahu selesainya kapan gejolak di Timur Tengah" Ungkap Roy kepada ²©²ÊÍøÕ¾.

Tak hanya berdampak pada ketahanan bisnis perusahaan, aksi boikot ini jika berlarut-larut bisa memicu aksi pengurangan tenaga kerja atau PHK. Efek domino boikot yang mempengaruhi konsumen dalam belanja membuat masyarakat akan mengurangi konsumsi, hal ini akan berdampak pada perusahaan yang akan mengurangi produksi juga.

Ketika produksi dikurangi, maka tenaga kerja juga akan berkurang. Roy juga menyatakan "Untuk apa banyak tenaga kerja kalau produksinya sedikit, ini dampaknya multiplier effect bisa sampe PHK, kalau nanti pada kehilangan pekerjaan, daya beli akan turun, nah ini bisa menggerus ekonomi"

Kekhawatiran Aprindo terhadap aksi boikot ini sudah menuju ke arah yang lebih lanjut, maka dari itu diperlukan campur tangan pemerintah sebagai penengah guna menjaga kemampuan perusahaan agar rentetan PHK tak akan berdampak ke ekonomi secara keseluruhan.

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation