²©²ÊÍøÕ¾

Kabar Pasar

5 Kabar Penting Bursa RI: Indofood Diobral Asing - Rekor Saham Rp 1

Chandra Dwi, ²©²ÊÍøÕ¾
27 March 2024 07:17
Infografis/ Amazing! 70% Investor Angkatan Corona Adalah Milenial/Aristya Rahadian
Foto: Infografis/ Amazing! 70% Investor Angkatan Corona Adalah Milenial/Aristya Rahadian

Jakarta, ²©²ÊÍøÕ¾ - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup di zona merah pada perdagangan Selasa (26/3/2024) kemarin, berbanding terbalik dengan perdagangan sehari sebelumnya yang berhasil bangkit di akhir perdagangan.

IHSG ditutup melemah 0,16% ke posisi 7.365,66. IHSG lagi-lagi gagal untuk mencoba menembus kembali level psikologis 7.400 kemarin.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 11 triliun dengan melibatkan 16 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 980.670 kali. Sebanyak 219 saham terapresiasi, 356 saham terdepresiasi, dan 208 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor transportasi menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 3,02%.

Investor asing tercatat kembali melakukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 798,5 miliar di pasar reguler kemarin.

Adapun berikut berita-berita terkait IHSG

1. Ini Saham Penekan IHSG

Emiten telekomunikasi BUMN yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan kemarin yakni mencapai 12,9 indeks poin.

Tak hanya itu saja, dua saham perbankan raksasa juga menjadi penekan IHSG yakni saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar 6,8 indeks poin dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 1,8 indeks poin.

Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG kemarin.

2. Saham-saham Ini Dilepas Asing Saat IHSG Melemah

Beberapa saham terpantau sedang dilepas asing. Adapun saham yang paling banyak dilepas asing kemarin yakni saham telekomunikasi PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang dilepas sebanyak Rp 491,9 miliar.

Berikutnya ada saham perbankan terjumbo di Indonesia yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang juga kembali dilepas asing sebanyak Rp 197,8 miliar.

Berikut saham-saham yang dilepas asing kemarin.

3. Saham Di bawah Gocap Makin Banyak, Gegara Papan Pemantauan Khusus?

Terpantau sudah ada 86 saham yang sudah berada di bawah level psikologis Rp 50 per saham atau level gocap hingga akhir perdagangan Selasa kemarin.

Beberapa saham tersebut bahkan sempat menyentuh harga Rp 1 per saham atau satu perak di perdagangan intraday kemarin. Namun di akhir perdagangan, saham tersebut bangkit menuju Rp 2 per saham. Adapun saham tersebut yakni PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT).

Bahkan, ada beberapa saham dari anak usaha BUMN Karya yakni PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) dan PT PP Properti Tbk (PPRO), di mana keduanya ambles 8,89% ke posisi Rp 41/saham.

Berikut saham-saham yang sudah berada di bawah harga Rp 50 per saham hingga perdagangan kemarin.

4. Pecah Telor, 2 Saham Ini Sentuh Harga 1 Perak

Beberapa saham sempat menyentuh harga Rp 1 per saham dalam setidaknya dua hari terakhir.

Pada perdagangan Selasa kemarin, ada saham emiten tekstil yang sempat menyentuh harga Rp 1 per saham yakni saham SBAT. Namun di akhir perdagangan, saham SBAT berhasil bangkit dan terbang hingga 100% menjadi Rp 2 per saham.

Sebelum saham SBAT, pada perdagangan Senin lalu, ada juga saham yang sempat menyentuh harga Rp 1 per saham, sebelum berakhir di harga Rp 2 per saham yakni PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk (MKNT). Untuk saham MKNT pada perdagangan kemarin cenderung stagnan di harga Rp 2 per saham.

Baik SBAT maupun MKNT yang sudah mencicipi posisi Rp 1 per saham, keduanya karena telah masuk kedalam Papan Pemantauan Khusus, sehingga potensi untuk mencapai harga tersebut cukup besar.

Seperti diketahui, bursa telah melakukan penerbitan Peraturan Bursa Nomor I-X tentang Penempatan Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas pada Papan Pemantauan Khusus yang berlaku pada 9 Juni 2023 dan Peraturan Bursa Nomor II-X tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas pada Papan Pemantauan Khusus yang akan berlaku pada 12 Juni 2023.

Pada Papan Pemantauan Khusus Tahap I, masih berlakuhybrid. Namun per Senin kemarin, BEI meresmikan Papan Pemantauan Khusus Tahap II, sehingga berlakufull periodic call auction.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Irvan Susandy menjelaskan, ada konsukuensi dari penerapan papan ini. Salah satunya, jika suatu emiten masuk ke papan ini selama satu tahun berturut-turut maka ada kemungkinan sahamnya akan di suspensi oleh bursa.

Perlu diketahui, salah satu kriteria perusahaan tercatat yang masuk dalam papan pencatatan khusus adalah apabila perusahaan tidak dapat memenuhi persyaratan untuk tetap tercatat di BEI, salah satunya adalah memiliki ekuitas atau modal negatif.

"Secara aturan umum bagi saham yang masuk ke dalam papan pemantauan dosis secara satu tahun berturut-turut dapat dikenakan suspensi," ungkap Irvan dalam konferensi pers secara virtual.

Namun, ia mengatakan, bursa tidak akan serta merta menggembok saham yang setahun mendekam di papan pemantauan khusus tersebut. Melainkan, pihaknya akan melakukan evaluasi terlebih dahulu lebih lanjut terkait sebab ekuitasnya bisa negatif.

"Terkait dengan suspensi ini memang apabila emiten ekuitas negatif karena terdampak pandemi maka otomatis tidak akan dilakukan suspensi ya untuk seluruh kriteria tidak hanya terkecuali pada ekuitas negatif," ujar Irvan.

Tentunya, Papan Pemantauan Khusus ini tidak hanya berlaku bagi saham yang berada di bawah harga Rp 50 per saham, tetapi juga berlaku pada saham yang memiliki beberapa notasi khusus.

5. Miris! Saat Sentuh 1 Perak, Miliaran Investor Ritel Nyangkut

Masih terkait dengan saham SBAT dan MKNT, kedua saham tersebut sebagian besar dimiliki oleh masyarakat publik.

Berdasarkan data dariRTIBusinessper 29 Februari 2024, masyarakat publik yang menggenggam saham MKNT sebanyak 3,6 miliar lembar atau sekitar 66,11% dari total keseluruhan kepemilikan. Nilainya pun mencapai Rp 7,3 miliar.

Mirisnya, direktur MKNT ternyata sudah mengundurkan diri pada akhir Januari lalu. Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), MKNT menyampaikan telah menerima surat pengunduran diri dari Redi Sopyadi. Pengunduran diri ini diajukan Redi Sopyadi pada 30 Januari 2024.

"Bersama ini kami informasikan bahwa kami telah menerima surat pengunduran diri atas nama Bapak Redi Sopyadi selaku Direktur pada tanggal 30 Januari 2024," tulis Direktur Utama MKNT Jefri Junaedi dalam suratnya ke Bursa, Jumat (2/2/2024).

Redi tercatat menjadi Direksi MKNT sejak tahun 2018. Adapun dengan pengunduran diri Redi ini, maka Direksi MKNT saat ini hanya tersisa satu orang, yakni Direktur Utama Jefri Junaedi. Jefri merupakan Direktur Utama MKNT sejak tahun 2015.

Senasib dengan MKNT, saham SBAT ternyata juga banyak dimiliki oleh masyarakat. Ada sekitar 2,45 lembar saham atau sekitar 51,52% masyarakat yang menggenggam saham SBT hingga per 29 Februari 2024. Nilainya pun mencapai Rp 2,5 miliar.

²©²ÊÍøÕ¾ INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan:Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan ²©²ÊÍøÕ¾ Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation